Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Derita janda kembang

Derita janda kembang

Meli ve

5.0
Komentar
300
Penayangan
3
Bab

Kisah seorang janda muda yang suaminya meninggal dunia, dia harus menghudupi anak anaknya diantara beban hidup dan kesulitan hingga harus merantau ke kota. Dia juga harus menanggung rasa sakit dari hinaan orang orang di sekelilungnya.

Bab 1 SUAMI SAKIT

Pada suatu hari, diperkampungan yang asri, hidup seorang wanita anggun bersama suami dan kedua anaknya.

Sebut saja nama wanita itu ayu dan suaminya bernama ilyas.

Kedua anak mereka bernama cantika dan deni.

Suaminya ayu pada saat itu sedang sakit dan sudah berobat kesana kemari tapi belum juga sembuh.

Pagi itu, ayu melihat didapurnya sama sekali tidak ada beras dan bahan makanan lainya.

Waktu itu dia juga tidak punya uang untuk membeli bahan makanan.

Ayu tertunduk dilantai, airmatanya menetes memikirkan anak anaknya harus makan apa hari itu.

Mau ngutang diwarung tapi sudah menumpuk hutang sebelumnya, yang ada hanya hinaan menjadi makanan sehari harinya.

Ayu mencoba untuk tenang dan beranjak kamudian menemui suaminya yang terbaring lemah diatas ranjang.

Aku duduk disamping ranjang sambil tanganya menggenggam jemari ilyas.

Ilyas tersadar dari tidurnya dan menatap istrinya dengan tatapan sayu.

"Ada apa, sayang ?" kenapa matamu bengkak, katakan padaku penyebab kamu menangis.

Ucapan ilyas khawatir dengan istrinya tersebut.

"Beras habis mas, uang juga tidak tidak ada," aku bingung mau ngutang diwarung, utang yang kemarin aja belum dibayar.

Sahut ayu sembari meneteskan airmata.

"Maafkan aku sayang !" seharusnya beban itu aku yang nanggung, tapi dengan keadaanku yang sakit membuatmu menderita.

Ucap ilyas tidak berdaya.

"Mas jangan ngomong seperti itu," semua sudah menjadi kehendaknya, yang penting kita sudah berusaha dan berdoa.

Ayu pun pamit kewarung, kemudian dan mencium punggung tangan suaminya tersebut, kemudian beranjak dari tempat duduknya berjalan keluar kamar.

Baru saja melangkahkan kakinya, tiba tiba kedua anaknya memanggilnya.

Ibu ..... Cantika ikut.

Deni juga ikut, bu !

Kedua anak ayu merengek agar bisa ikut denganya kewarung.

Tapi ayu hanya terdiam, dalam hatinya bingung kalau kedua anaknya tersebut minta jajan.

Cantika dan deni terus merengek dengan menarik baju ayu.

Ayu pun tidak sanggup menolaknya dan mengajak mereka pergi ke warung.

Sesampainya diwarung, ayu mendekati pemilik warung tersebut dan mohon untuk diperbolehkan ngutang lagi.

"Maaf bu, apa boleh kalau aku ngutang beras lagi," kalau ada rezeki, pasti akan langsung aku lunasi semua hutang hutangku. ucap ayu.

"Tidak bisa !" hutang yang kemarin saja belum dibayar, koq mau ngutang lagi, terus kapan dilunasinya. Balas pemilik warung.

"Tolong, bu !" kasihanilah kami, aku janji akan melunasi hutang kalau ada rezeki.

Ayu memohon kepada pemilik warung tersebut dengan airmata yang terus mengalir membasahi pipinya.

Sementara itu, cantika dan deni mengambil roti yang ada diatas meja.

Pemilik warung tersebut melihatnya dan mengambil kembali roti yang ada genggaman kedua anak anaknya ayu.

Tangisan dari kedua anaknya ayu itupun menyayat hatinya, tapi dengan sabar ayu memberi pengertian kepada kedua anaknya untuk tidak menangis.

Tiba tiba dari belakang terdengar suara yang tidak asing ditelinga ayu.

Beliau adalah ustadzah dikampung tersebut.

"Harga roti itu berapa, bu ?" tolong bungkusin dua potong dan kasih ke anak anak itu.

ucapan ustadzah yang baik hati itu membuat hati ayu terenyuh.

Pemilik warung itu pun membungkus roti tersebut dan memberikanya kepada anak anaknya ayu.

"Sekalian bungkusin juga berasnya, ya bu ?" tidak hanya sampai disitu, ustadzah itu juga meminta pemilik warung untuk memberikan beras itu kepada ayu.

"Terimakasih, bu ustadzah !" InsyaAllah kalau ada rezeki aku akan menggantinya. Ucap ayu.

"Tidak usah, mbak !" anggap saja itu sebagai rasa terimakasihku karena kemarin mbak sudah membantu anakku saat jatuh dari sepeda.

Sesama hamba wajib saling membantu, ya kan mbak.

Ayu menganggukan kepala dan pamit pulang duluan.

Ustadzah itu mempersilahkan ayu sembari mengusap kepala cantika dan deni.

Sesampainya dirumah, ayu segera menuju ke dapur dan membuat bubur dengan sedikit garam agar terasa asin untuk makan mereka sekeluarga.

Setelah bubur itu jadi. ayu mengambil piring dan menaruh bubur itu diatasnya kemudian berjalan menuju kamar.

Ayu menghampiri suaminya dan membantunya untuk bersandar ditepi ranjang, kemudian menyuapinya.

"Kamu ngutang lagi ya, sayang ?" apa pemilik warung itu mengizinkan kamu untuk ngutang beras lagi. Ucap ilyas.

"Tidak mas," tadi pemilik warung itu tidak boleh untuk aku ngutang lagi, tapi beras itu dibelikan oleh ustadzah. Balas ayu.

"Masya Allah, baik banget ustadzah itu," terus kenapa aku tidak dengar suara anak anak, sedang apa mereka, sayang. Ucap ilyas.

Mereka sedang makan roti pemberian ustadzah, mas. Jawab ayu.

Lagi lagi ilyas mengucapkan rasa syukur atas kebaikan ustadzah itu.

Setelah selesai menyuapi suaminya, ayu pun pamit untuk bekerja sebagai buruh nyuci di rumah tetangga.

Diciumnya punggung tangan suaminya dan berjalan keluar kamar untuk pamit juga pada kedua anaknya yang pada saat itu sedang menikmati roti.

"Ibu pergi kerja dulu ya, nak !" hati hati dirumah, jangan main jauh jauh, ucap ayu.

Cantika dan deni menganggukan kepala sambil mencium punggung tangan ibunya.

Ayu pun pergi dengan hati senang karena suami dan anak anaknya sudah sarapan.

Sesampainya dirumah majikanya, ayu mengetuk pintu sambil mengucap salam.

Dari balik pintu, keluar seorang wanita seusianya yang mempersilahkanya masuk.

Ayu disuruh menyetrika terlebih dahulu pakaian yang akan dipakai majikanya hari itu.

Dengan cekatan ayu mengambil baju tersebut dan memulai menyetrikanya.

Tapi tiba tiba, kepala ayu terasa pusing dan perutnya sakit.

Ayu lupa tadi tidak sarapan makanya terasa lemas.

Disenderkanya tubuhnya ditembok sambil memegangi perutnya yang sakit, dia lupa mematikan setrikaan tersebut.

Dan tercium bau gosong yang sampai ke majikanya.

Sontak majikanya ayu menjerit ketika melihat baju kesayanganya gosong.

Ayu yang juga melihat hal itu segera melakukan tindakan dengan mencabut kabel itu.

Ayu ......

Kenapa bajuku sampai gosong seperti ini ? Dari tadi Kamu ngapain.

Dengan nada keras majikan ayu memarahinya karena telah teledor membuat bajunya tidak bisa di kenakan lagi.

Maaf, bu ! tadi kepalaku pusing dan perutku sakit. sekali lagi maafin aku, bu. Jawab ayu dengan tertunduk.

Pokoknya kamu harus ganti bajuku yang gosong, aku tidak mau tau, minggu ini gaji kamu untuk menggantinya. Ucap majikanya ayu.

Tapi bu ....

Tolong jangan di ambil semua, sisain untuk beli beras bu, aku mohon. sahut ayu.

Tidak bisa !

Itu juga belum cukup untuk menggantinya, harga baju itu lebih mahal dari gajimu selama seminggu. ucap majikan ayu.

Ayu pun terdiam dan dengan hati pedih, dia pun melanjutkan pekerjaanya menyuci.

Selesai menyuci, ayu pamit pulang dengan tangan kosong.

Dilihatnya makanan yang tersaji diatas meja makan yang begitu banyak, kemudian berjalan keluar rumah dengan gontai.

Hatinya sangat sedih membayangkan minggu ini tidak digaji.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku