Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Kembang Desa
5.0
Komentar
869
Penayangan
65
Bab

Memiliki wajah yang cantik tentu akan membuat bangga bagi setiap wanita, tapi tidak bagi Lasmini. Baginya kecantikan yang dia miliki justru membuat dia kesulitan. Bahkan membawanya pada kehancuran. Di usianya yang masih sangat muda, dia sudah merasakan pahitnya hidup, karena ulah kekasihnya yang tidak bertanggung jawab. Di usianya yang masih muda dia sudah menjadi orangtua tunggal dari anak hasil hubungannya dengan kekasihnya. Akankah Lasmini menemukan cinta sejatinya dan hidup berbahagia?

Bab 1 Pesona Gadis Desa

Pagi itu desa Sukorejo kedatangan para mahasiswa dari kota untuk melakukan KKN di desa itu selama enam bulan.

Mereka ditempatkan di beberapa rumah penduduk yang ditunjuk oleh kepala desa. Mereka selama berada di desa itu hidup membaur dengan warga desa setempat untuk dapat beradaptasi, sehingga bisa melaksanakan program KKN mereka dengan baik.

Ario Saputra salah seorang rombongan mahasiswa, ditempatkan di salah satu rumah penduduk yang bernama ibu Sulastri, yang memiliki seorang anak gadis yang cantik bernama Lasmini.

Lasmini seorang gadis berusia 17 tahun dan saat ini duduk di bangku SMA kelas 2. Dia gadis yang sangat cantik bahkan bisa dibilang paling cantik di desa itu, dia memiliki hidung mancung, alis tebal dan bibir merah alami serta kulit yang putih bersih, begitu juga dengan tubuhnya, dia memiliki bentuk tubuh yang proporsional sehingga banyak pria menginginkan dirinya.

Dan saat ini dia sangat senang ada seorang mahasiswa tinggal di rumahnya, sehingga dia bisa konsultasi pelajaran sekolah. Hubungan Ario dan Lasmini seperti kakak dan adik karena usia mereka terpaut lima tahun, Ario dengan senang hati mengajari Lasmini memecahkan soal-soal sekolah yang kurang dia mengerti. Semakin lama hubungan mereka semakin akrab dan itu tidak lepas dari pengamatan Sulastri.

"Mini kamu jangan terlalu dekat dengan Nak Ario, ya!" Sulastri menegur anaknya suatu malam di kamar nya.

"Kenapa Bu? Mas Ario baik kok dia suka ngajarin aku kalau ada soal-soal sekolah yang tidak aku mengerti," Lasmini mencoba membela diri.

"Tapi banyak perbedaan kita sama dia, Nak," Sulastri tetap Keukeh pada pendiriannya..

Lasmini terdiam tidak bisa berkata apa-apa lagi kalau ibu nya sudah bicara mengenai status sosial mereka.

"Terus aku harus gimana Bu masak aku diam dan menghindari mas Ario, sedangkan dia tinggal di rumah kita."

"Ya tidak harus diam juga, tapi kamu membatasi diri jangan terlalu dekat sama dia, mengerti!" tegas sulastri.

Lasmini menganggukkan kepalanya

Sementara itu di ruangan lain, Ario tidak bisa memejamkan matanya walaupun dia sudah berusaha, tapi tetap bayangan Lasmini yang ada di pikirannya yang membuat dia kesulitan untuk tidur.

Dia teringat saat siang tadi dia ada di balai desa dan dia melihat Lasmini pulang sekolah berjalan perlahan, dia mengenakan seragam sekolah yang sedikit sempit sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya yang indah, dan seketika Ario menelan saliva nya melihat pemandangan yang indah di depan mata.

Dia ingin berusaha mengenal lebih dekat lagi dengan gadis itu, yang sejak awal pertemuan mereka sosoknya telah mengganggu pikirannya.

Baru sekitar pukul satu dini hari Ario baru bisa memejamkan mata.

***

Esok pagi saat akan berangkat ke sekolah, Lasmini belum melihat Ario keluar kamar nya sehingga dia memberanikan diri mengetuk pintu kamar laki-laki itu.

Tok...tok...tok

Karena tidak ada Jawaban, Lasmini memberanikan diri membuka kamar pemuda itu dan benar saja kalau saat ini Ario masih tertidur pulas di ranjang nya.

Lasmini membuka jendela kamar laki-laki itu dengan harapan sinar matahari dapat membangunkan tidur Ario.

Dan benar saja saat sinar matahari menerobos masuk dari celah jendela, Ario membuka matanya saat sinar terang itu menerpa wajahnya.

"Selamat pagi, Mas," sapa Lasmini ramah.

"Eh Mini, selamat pagi maaf aku kesiangan," sahut Ario gugup karena gadis yang membuat dia tidak bisa tidur semalam pagi ini ada di depannya.

"Ibu sudah siapkan sarapan Mas, kalau Mas Ario mau sarapan bisa langsung ambil makanan di meja ya, aku mau berangkat ke sekolah."

"Bareng saja berangkatnya aku juga mau ke balai desa pagi ini." Ario berusaha menahan Lasmini agar jangan pergi dulu.

"Tapi kalau nunggu Mas Ario nanti aku kesiangan, aku duluan aja ya mas," ucap Lasmini sambil berlalu dari hadapan Ario.

Sebenarnya Lasmini bisa saja menunggu Ario untuk berangkat bareng, karena jalan ke balai desa dan sekolahnya searah dan waktu masuk sekolah masih sekitar empat puluh menit lagi, tapi karena ibunya meminta dia untuk tidak terlalu dekat dengan Ario maka dia beralasan kalau dia sudah kesiangan.

Ario menatap punggung gadis itu tanpa semangat, karena dia berharap bisa berjalan berdua dengan Lasmini pagi ini tapi ternyata harapan itu tidak kesampaian.

Sementara di jalan Lasmini pun merasakan hal yang sama dengan Ario, dia menundukkan kepalanya untuk menutupi kesedihannya, karena dia di suruh ibunya untuk tidak terlalu dekat dengan Ario sehingga dia menghindar dari ajakan pemuda itu.

"Kok jalan nya menunduk saja sih," tegur seseorang tiba-tiba yang membuat Lasmini seketika mendongak.

"Eh mas Parman," sahut Lasmini tersenyum menanggapi sapaan Suparman sang anak Kepala desa.

"Mau berangkat sekolah? Yuk aku antar," tawar Suparman.

" Terima kasih Mas sudah dekat kok," sahut Lasmini mempercepat langkahnya.

'Kenapa kamu susah sekali aku dekati Lasmini' batin Suparman

Suparman putra kepala desa sejak setahun lalu jatuh cinta pada Lasmini, tetapi Lasmini tidak menanggapi karena Suparman sudah memiliki istri tapi masih suka mendekati perempuan lain sehingga membuat Lasmini takut didekati olehnya.

***

Siang itu setelah para mahasiswa memberikan penyuluhan kepada warga desa, Bima sang ketua kelompok KKN mahasiswa mengumpulkan rombongan nya, "teman-teman hari ini saya sudah mendapat rumah kontrakan untuk kita jadikan tempat tinggal selama disini, sehingga akan memudahkan kita untuk kerja kelompok daripada kita tinggal terpisah dan kita bisa mulai menempati rumah itu sore ini juga," ucapnya sambil menatap temannya satu per satu.

"Apa ada yang ingin ditanyakan?" Tanya Bima.

"Tidak Bim cukup jelas jadi nanti aku tinggal pamit sama ibu Sulastri," Ario menjawab mewakili teman-teman nya.

"Ok kalau begitu kita pulang sekarang sekaligus kita pamit pada tuan rumah tempat kita tinggal selama ini, kemudian kita ketemu di rumah kontrakan kita ya," ucap Bima yang diangguki oleh teman-temannya.

Sesampainya di rumah ibu Sulastri, Ario langsung membenahi pakaiannya dan pamit untuk pindah dari rumah itu.

"Bu Sulastri terima kasih banyak sudah bersedia menampung saya selama disini, dan hari ini saya akan pindah ke rumah kontrakan bersama teman-teman saya agar bisa mempermudah kami untuk kerja sama melaksanakan KKN di sini," ucap Ario yang kemudian memberikan amplop berisi sejumlah uang kepada Sulastri.

"Nak Ario apa ini?" tanya Sulastri.

"Ini ada sejumlah uang untuk ibu sebagai ganti biaya selama saya tinggal disini, mungkin uang ini tidak bisa membayar apa yang sudah ibu berikan kepada saya dengan tulus tapi saya mohon terima uang ini ya bu," ujar Ario meraih tangan Sulastri untuk menyerahkan amplop itu.

"Terima kasih banyak nak, sebenarnya tidak usah di bayar juga tidak apa-apa ibu ikhlas," ucap Sulastri terharu.

"Saya juga ikhlas kok memberikan amplop ini ke ibu," balas Ario sambil tersenyum.

Lasmini yang mengetahui kalau Ario akan pindah sore ini merasa sedih dan tiba-tiba hatinya merasa kehilangan.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Romantis

4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku