Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Gairah Cinta Kedua

Gairah Cinta Kedua

Ria_rkive

5.0
Komentar
117
Penayangan
2
Bab

perjodohan antara Veer dan Zania, membuat Zania harus menanggung derita dalam pernikahannya. jalan menuju cinta dalam rumah tangganya, memiliki batu sandungan yang terjal. mampukah Zania mempertahankan rumah tangganya yang terus goyah akibat sikap sang suami?

Bab 1 Part 1 Kesendirian

"Cie-cie yang mau menikah," ledek beberapa wanita yang ada di rumah seorang calon pengantin perempuan.

"Jangan meledekku seperti itu," ujar wanita yang sedang fokus pada henna yang menghiasi jari jemarinya.

"Zania, apakah kamu benar-benar yakin pada pernikahan ini?" tanya salah satu teman Zania.

"Jika aku tidak yakin, rumah ini tidak akan di dirikan pelamin megah seperti itu dan tanganku juga tidak akan dihenna," jawab wanita yang berwajah cantik dan berkulit putih itu.

"Bukankah kamu tau kalau Veer itu playboy, hampir semua anak gadis di kampung ini udah dipacarinya semua dan sekarang dia juga mempunyai kekasih," ujar teman Zania yang lainnya.

"Ini sudah merupakan takdirku dan aku tidak bisa menghindarinya," jawab Zania. "Tapi rasanya aku ingin berteriak dan meminta pada orang tuaku untuk membatalkan pernikahan ini," ujar Zania lagi dengan ekspresi barbarnya.

"Dek, jangan banyak bergerak dulu, hennanya bisa rusak," ujar sang wanita yang sedang menghenna tangan Zania.

"Maaf, Kak," ujar Zania sembari cengegesan.

Beberapa teman Zania tertawa melihat tingkah temannya itu.

¤¤¤¤¤

//Sebulan sebelum hari pernikahan//

Azzania putri seorang petani padi yang di desa mereka, seorang gadis cantik yang berumur 25 tahun.

Zania nama yang sering dipanggil oleh kedua orang tuanya, Pak Amran dan Bu Sayyidah membesarkan kedua putrinya dengan baik.

Namun Zania berbeda dari sang adik Azzalwa yang mau mengikuti kata-kata orang tuanya, Zania lebih sering mengungkapkan keinginannya dan tidak memendamnya.

Bahkan penolakan untuk masuk sekolah pesantren pun pernah dilakukannya hingga kedua orang tuanya tidak bisa melakukan apapun untuk memaksa sang putri memenuhi keinginan mereka.

Orang tua Zania ingin anaknya memiliki ilmu agama supaya memiliki adab dan etika yang baik.

Namun Zania menolak hal itu dan orang tuanya tidak bisa memaksa sang putri.

Zania bahkan kuliah di universitas umum, bukan di universitas islam yang diinginkan orang tuanya. Masa kuliahnya sama seperti masa kuliah teman-temannya yang lain.

Meskipun memiliki sikap yang sedikit bar-bar, Zania tetap tau pada tanggung jawabnya sebagai mahasiswi.

Setelah menyelesaikan masa kuliahnya, Zania tidak langsung kembali ke kampung halamannya. Zania mencoba peruntungan di kota besar untuk mencari pekerjaan. Sesuai dengan jurusan yang dia ambil, Zania mendapatkan pekerjaan disalah satu Bank swasta yang ada di kota besar Pekanbaru.

Zania terlihat nyaman di tempat pekerjaannya itu, dia memiliki banyak teman dan juga pengalaman.

Namun jam kerja serta tidak pedulinya dengan kisah asmara karena Zania pernah memiliki kisah asmara yang pahit membuat dia tidak ingin terburu-buru untuk mencari pendamping hidupnya.

Akan tetapi hal itu tidak membuat kedua orang tua Zania diam, terutama sang ayah. Beliau sangat ingin melihat sang putri segera menikah karena mereka khawatir pada sang putri yang hanya tinggal sendirian di kota besar tersebut.

Malam menjelang, Zania tampak duduk di meja kerjanya dengan sebuah laptop di hadapannya.

Terdengar nada ponsel Zania berbunyi dan dia menjawab panggilan itu.

"Assalamualaikum, Bu," ucap Zania ketika menerima telpon dari sang ibu.

"Wa'laikumsalam," jawab sang ibu.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya sang ibu.

"Zania sedang mengerjakan beberapa pekerjaan kantor, Bu," ujar Zania.

"Kamu sudah makan?' tanya Bu Sayyidah.

"Sudah, Bu," jawab Zania.

"Kamu terdengar sangat sibuk, ibu tutup telponnya ya," ujar sang ibu.

"Maafkan Zania, Bu. Zania tidak bermaksud mengabaikan ibu, pekerjaan Zania cukup banyak hari ini hingga Zania harus membawanya ke kontrakan," ujar Zania.

"Ibu mengerti, Nak. Akan tetapi kamu jangan terlalu memaksakan tenaga kamu. Kamu bisa jatuh sakit," ujar sang ibu.

"Baik, Ibu," ujar Zania.

"Jangan terlalu capek dan jangan lupa jaga kesehatan," pesan sang ibu.

"Baiklah, Ibu. Zania akan selalu menjaga kesehatan Zania dengan baik," ujar Zania.

Sang ibu mengakhiri panggilan telpon itu, Zania kembali pada pekerjaannya. Sedangkan sang ibu tampak terdiam sembari memegang gagang telpon yang didekap dekat dadanya.

Sayyidah tampak menghela nafasnya sembari meletakkan gagang telpon tersebut.

"Ibu masih belum menyampaikan apa yang ingin ibu sampaikan pada Zania?" tanya Amran pada sang istri.

"Ibu belum memiliki kebaranian untuk memberi tau Zania, bapak tau sendiri bagaimana kerasnya Zania pada pendiriannya," ujar Sayyidah.

"Zania memang selalu mengungkapkan apa yang diinginkannya dan yang tidak diinginkannya. Akan tetapi kalau kita menjelaskan secara perlahan dan memberi dia pengetian, maka dia pasti akan menerimanya," ujar Amran.

"Ibu akan bicara lagi dengan Zania nanti, ibu hanya takut jika kisah cintanya di masa lalu akan diingatnya kembali," ujar Sayyidah.

"Itu hanya kisah cinta anak remaja saja, dia pasti sudah melupakan hal itu. Lagian mau sampai kapan dia mengingat mantannya," ujar Amran.

"Ibu tau, Pak. Akan tetapi hingga saat ini Zania tidak bisa melupakan Andi," ujar sang istri.

"Lalu ibu mau membatalkan permintaan keluarga Pak Abraham yang sudah kita setujui?" tanya Amran.

"Ibu tidak memikirkan hal itu, ibu hanya memikirkan bagaimana kita menyampaikan hal ini pada Zania supaya dia tidak merasa terbebani atas permintaan kita," ujar Sayyidah.

"Zania bukan anak kecil lagi, dia sudah dewasa dan memiliki pemikiran yang matang. Dia bisa memikirkan hal ini dengan baik dan dia juga pasti tidak akan mau mengecewakan kita," ujar Amran.

Sayyidah hanya terdiam ketika mendengar omongan sang suami.

"Bagaimana kalau Zania menolak perjodohan ini, apa yang harus kita katakan pada keluarga Pak Abraham?" tanya sang istri.

"Tidak akan ada penolakan dari kita, kita harus meyakinkan Zania tentang perjodohan ini," jawab Amran.

"Ibu tidak ingin memaksa putri kita, bagaimana kalau dia tidak bahagia nantinya karena kita memaksa dia?" tanya Sayyidah.

"Cukup dengan argumen kita, bapak tidak mau mendengar keluhan ibu. Jika ibu seperti ini, maka Zania juga akan bersikap seperti ini. Dia pasti akan menolaknya jika kita terlihat ragu," ujar Amran.

"Baiklah, ibu hanya bisa menuruti keinginan bapak dan berharap putri kita bisa bahagia nantinya," jawab Sayyidah.

Malam itu berlalu dengan perdebatan kedua orang tua Zania tentang perjodohan sang putri.

Kedua orang tua Zania menerima perjodohan ini karena hutang budi, keluarga Abraham selalu membantu Amran dalam kesulitannya ketika membangun lahan padinya.

Meskipun ketika kedua orang tua Veer meminta putri Amran untuk menikahi sang putra bukan untuk membayar kebaikan mereka, tapi rasa suka dan kagum sang mama pada Zania yang membuat dia ingin menikahi putra semata wayangnya dengan gadis cantik itu.

Mama Veer sangat menyukai sifat Zania yang sederhana dan juga lembut, Zania memiliki keindahan tersendiri di mata sang calon mertua hingga keputusan untuk menikahi Veer dan Zania semakin kuat.

Meskipun dia tau Veer tidak menginginkannya karena Veer telah memiliki seorang kekasih, tapi sang mama tetap pada pendirian dan keinginannya.

☆☆☆☆☆☆

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku