Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sipir Jutek I Love You Sampai Meletek

Sipir Jutek I Love You Sampai Meletek

Winda Andriana V

5.0
Komentar
31
Penayangan
2
Bab

Menjadi penjual petasan keliling membuat Daniel harus selalu repot berurusan dengan satpol PP, dikejar kejar, disita seluruh dagangannya, bahkan dirampas seluruh uangnya. Namun, hal itu tak membuatnya kapok, ia terus menjajakan dagangannya hingga nasib apes menimpanya, ia harus mendekam di bui karena ketahuan menjual barang berbahaya, hingga akhirnya didalam sel ia jatuh cinta pada seorang sipir cantik yang mana mempunyai tingkat kejudesan level langit ketujuh, akankah Daniel dapat meluluhkan hati sang sipir cantik?

Bab 1 1.Cekcok Perkara Kopi

"Aduh kamu ini bisa gak sih kalau jalan hati-hati? Lihat nih baju saya jadi kotor ketumpahan kopi!" Protes seorang wanita cantik berambut panjang dan berkulit putih pada seorang pemuda berparas sederhana yang tak sengaja menabraknya saat hendak menikmati segelas kopi ditangannya.

Kelopak mata Daniel melebar seketika, saat melihat pakaian sang gadis menghitam dan kotor karena ulahnya. Dengan sigap ia meraih satu botol air mineral yang berada diatas meja, lalu ia tumpahkan diatas noda hitam pada pakaian sang gadis tersebut. Menyadari pakaiannya basah diguyur air, mata gadis itu spontan terbelalak.

Amarahnya mulai tersulut melihat Daniel dengan wajah tanpa dosa memperlihatkan barisan giginya yang terpampang nyata tepat dihadapannya.

"Arghhh! Kenapa kamu malah siram saya? kamu ini gak pernah diajari sopan santun atau gimana? Hah?" Sungut nya pada Daniel.

"Mbak jangan marah marah mulu nanti cepet tua loh, saya cuma mau bersihin noda kopi di baju mbak, kenapa mbak malah marah-marah kesaya? Niat saya kan baik mbak, saya mau tanggungjawab." Timpa Daniel.

"Sejak kapan saya nikah sama abangmu? Seenak jidatmu saja kamu panggil saya mbak, Tanggungjawab macam apa ini? Lihat, Baju saya basah semua, mana saya gak bawa jaket, ini sudah malam, kalau sampai saya nanti masuk angin gara-gara pulang dengan baju basah seperti ini, apa kamu mau tanggung jawab?" Sungutnya sembari mengusap pakaiannya.

Karena perdebatan mereka semakin sengit, tak sedikit orang yang berada disana berusaha mendekat kearah mereka untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Bahkan, sang pemilik warung pun sampai keluar dan berusaha melerai perdebatan yang terjadi antara Daniel dan sang gadis. Namun, nampaknya sang gadis telah dikuasai oleh amarah, bagaimanapun cara Daniel meminta maaf ia tetap terlihat salah dimatanya. Daniel menepuk dahinya sambil menggelengkan kepalanya.

"Mbak, kalau difikir-fikir saya ini gak sepenuhnya salah loh, mbak yang jalan gak lihat-lihat sampai nabrak saya, harusnya saya yang marah sama mbak, bukannya mbak yang ngamuk kesaya, mbak ini lagi punya banyak beban hidup atau bagaimana? Oke saya minta maaf, ini saya ada jaket, sementara mbak bawa saja untuk menutupi badan mbak biar tidak masuk angin." Tutur Daniel sambil menyodorkan jaketnya.

"Kamu ini sudah salah masih saja berkelit, sudah jelas kamu yang salah, masih saja mojokin saya!" Sungut sang gadis sambil menyambar jaket Daniel.

"Terserah mbak, kalau memang mbak masih mau marah-marah tunggu disini, biar saya pinjam mikrofon sama mbok Darmi diruang karaoke, mbak pakai saja nanti biar ngomelnya makin seru, tunggu sebentar saya ambilkan."

Mata sang gadispun melebar sempurna mendengar ucapan Daniel, diapun menghentakkan kakinya keatas lantai sambil menatap kesal kearah Daniel yang mulai berjalan menjauh darinya. Dari sisi lain nampak pria yang duduk di sudut ruangan berjalan mendekat kearahnya.

"Mbak, sudah lah, ini si Daniel kan juga sudah minta maaf, kenapa mbak masih saja marah-marah? Nanti cantiknya luntur loh, oh iya kenalkan saya Tobi, saya seorang Intel loh, dan Daniel ini anak buah saya, kalau mbak mau saya bisa antarkan mbak pulang jadi mbak tidak perlu kedinginan dijalan karena saya bawa mobil. Bagaimana?" Tawar seorang pria muda tersebut sambil menunjuk kearah mobilnya.

"Oh ya? Intel? Bodoamat!." Jawab sang gadis sambil berjalan menjauh dari area warung yang membuat Daniel semakin serba salah.

Daniel berusaha berlari mengejar sang gadis, namun sayang, saat Daniel berlari beberapa meter dari warung setelah ia membayar pesanannya untuk mengejar sang gadis, ia telah kehilangan jejak. Gadis tersebut telah pergi entah kemana. Setelah mengitari jalanan ibu kota selama lebih dari satu jam dan ia tak menemukan sang gadis, Daniel memutuskan untuk pulang, sembari membawa rasa bersalahnya.

Pagi buta, Tobi menghubungi Daniel dan memintanya untuk datang ketempat biasa mereka bertemu, disana Tobi mengatakan jika dia mencurigai salah satu pedagang sebagai sindikat kriminal, ia meminta Daniel untuk menyelidiki pedagang tersebut agar menemukan barang bukti. Ya, karena Tobi adalah seorang Intel yang menyamar sebagai orang biasa, ia meminta kepada Daniel untuk menjadi rekan kerjanya untuk menjalankan tugas, dengan iming-iming Daniel akan ia angkat sebagai asisten Intel untuk dirinya setelah misinya berhasil. Pucuk dicinta, ulampun tiba, pedagang yang dimaksud oleh Tobipun datang, ia nampak dengan semangat menjajakan dagangannya menunggu pembeli datang dengan duduk dibawah pohon sambil mengusap keringat diwajahnya. Daniel segera melancarkan aksinya, tanpa basa basi ia mengobrak-abrik dagangan pria paruh baya tersebut yang sukses membuatnya marah hingga berteriak.

"Maling!! Tolong ada maling!" Pekik sang penjual.

Tak perlu waktu lama, wargapun mulai berdatangan dengan membawa panci, galah, bahkan celurit, mereka mendekat kearah Daniel dan bersiap mengamuknya. Daniel merasa sangat kesal pada Tobi, bukannya membantu menolongnya, si Tobi malah melarikan diri. Sungguh teman yang tidak mempunyai hati nurani. Daniel sudah pasrah saat gerombolan warga bar-bar tersebut mulai mendekat kearahnya, ia merasa jika nasibnya akan suram, ia hanya bisa pasrah sembari menunggu keajaiban datang, dengan berharap datang seorang Ibu peri cantik yang akan menyelamatkannya dan membawanya pergi dari sana. Sungguh pemikiran yang sangat tidak berguna.

Untunglah, tak lama kemudian satpol PP pun datang dan meringkus Daniel karena dianggap telah berusaha ingin merampok sang pedagang. Sejenak Daniel menarik nafas panjang, ia merasa sedikit lega, walaupun bukan seorang ibu peri cantik dan bersayap yang datang menyelamatkan dirinya, melainkan para kaum pejantan bertubuh dempal berwajah garang yang menyeretnya menjauh dari kerumunan warga, setidaknya nasibnya kini sedikit mujur karena tak sampai terkena amukan dari para warga.

"Pak lepasin saya! Bapak ini kenapa sih? Bukannya kita teman?, kok bapak malah nangkap saya?" Protes Daniel pada petugas satpol PP yang memaksanya masuk kedalam mobil tugasnya.

Tanpa jawaban berarti, petugas satpol PP tersebut menarik tangan Daniel dan memintanya untuk segera masuk kedalam mobil tugas dari satpol PP tersebut.

Rasa kesal bercampur jengkel berkecamuk dalam diri Daniel, ia merasa heran, mengapa ia bisa di tangkap oleh petugas satpol PP saat ia sedang melancarkan aksinya, iapun merasa ada yang tak beres pada Tobi, Intel profesional yang ia kenal beberapa hari yang lalu diwarung kasi kucing mbok Darmi. Tobi berujar jika tukang kredit pakaian dalam tersebut adalah sindikat kriminal yang menjual barang terlarang, maka dari itu, Tobi sebagai Intel meminta Daniel menyelidiki pedagang tersebut sembari mencari dimana ia menyembunyikan barang terlarang yang ia simpan. Namun sayang, saat Daniel mencoba menyibak tumpukan BH dan celana dalam, ia tak dapat menemukan apa-apa selain uang lusuh pecahan dua ribuan yang berada didalam kantong plastik. Mobilpun melaju dengan cepat hingga beberapa saat kemudian Daniel dibawa masuk kedalam ruangan kecil untuk diinterogasi.

"Pak lepaskan saya! Saya masih punya beban hidup! Istri saya mau melahirkan pak!" Tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang tak asing di telinga Daniel.

Dan benar saja, saat Daniel menoleh kebelakang, seorang satpol PP berbadan dempal, nampak menarik tangan Tobi dan memaksanya masuk kedalam sel yang berada tak jauh dari tempatnya duduk. Mata Daniel terbelalak saat melihat Tobi memelas dihadapan satpol PP dan meminta keluar dari sel. Rasa bingung mulai memenuhi kepala Daniel. Dia merasa heran, kenapa seorang Intel bisa ditangkap oleh satpol PP. Untuk menyudahi rasa penasarannya, Daniel pun menanyakan hal tersebut pada petugas Satpol PP yang bertugas.

"Pak, itu Intel kenapa bisa ditangkap? Salah dia apa pak?"

"Intel? Intel darimana? Kamu kenal sama dia?"

"Iya kenal, dia yang nyuruh saya selidiki tukang kredit BH tadi pak, dan suka nyuruh saya minta setoran sama pedagang yang ia curigai sindikat kriminal, saya kenal dia waktu makan dilesehan masi kucing mbok Darmi."

"Hahaha, kasihan sekali kamu nak, ganteng-ganteng kok blo'on! mana ada Intel makan di warung nasi kucing? mana level? Asal kamu tahu! Dia itu buronan!. Dia preman yang suka meresahkan banyak orang! Dia sering nodong anak sekolah, pedagang kecil bahkan para pengamen, karena mungkin sadar dia dalam pencarian polisi, dia menyamar sebagai Intel untuk melancarkan aksinya dengan menipu orang-orang macam kamu agar tetap mendapatkan uang! Dan bodohnya kamu nurut-nurut saja!"

"Apa????? Kurang ajar! Dasar sempak!"

Amarah Daniel pun memuncak saat mendengar penuturan dari Tobi saat diinterogasi oleh petugas, dengan santainya mengatakan jika ia tak mengenal Daniel sama sekali, ini Daniel harus tetap mendekam dalam bui sementara waktu karena tak ada bukti akurat yang menunjukkan jika Tobilah yang memintanya untuk memeras pedagang pakaian dalam. Didalam ruangan sempit yang di penuhi koloni nyamuk nakal, Daniel maratapi nasibnya, ia merasa sangat menyesal harus dengan bodohnya menuruti perintah Tobi yang ternyata adalah seorang tukang tipu.

"Permisi, ini jatah makan malam kamu, silahkan dimakan." Terdengar suara lembut menusuk kalbu yang memecah kesunyian.

Dengan cepat Daniel menatap kearah gadis cantik yang membawa satu kotak nasi ditangannya. Namun mulutnya menganga saat melihat wajah sang gadis. Ternyata, gadis yang ia buat kesal semalam adalah seorang sipir.

"Kamu lagi? Kamu ternyata seorang penjahat? Pantas saja tidak punya moral! Nyesel saya datang kesini!" Ujar gadis cantik tersebut sambil memalingkan mukanya dan berjalan menjauh dari Daniel.

"Mbak! Jangan pergi dulu mbak! Mbak tolongin saya, mbak bebasin saya, saya bukan penjahat mbak, saya difitnah! Tolong bilang sama Bapak berkumis tebal didepan kalau Tobi yang sudah suruh saya berbuat jahat, mbak tolong, masadepan saya ada ditangan mbak."

"Sebentar, saya ambilkan mikrofon, kamu nanti pakai saja untuk minta tolong sama orang lain, biar makin seru teriaknya." Tegas sang gadis pada Daniel sambil menarik sebelah bibirnya.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku