Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
SEMURNI CINTA FATIMAH

SEMURNI CINTA FATIMAH

Muthi Mozla

5.0
Komentar
73
Penayangan
4
Bab

Sejatinya mencintai dan dicintai adalah fitrah manusia. Rayhana pernah mendengar kisah sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Baginda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam, yang mencintai diam-diam sepupu ayahnya, Ali bin Abi Thalib. Pun begitu halnya dengan Ali yang juga memiliki rasa yang sama. Keduanya hanya bermunajat, memohon di sepertiga malam. Jika berjodoh, dekatkanlah. Bila tidak, jauhkanlah. Kini Rayhana laiknya sayyidah Fatimah. Ia merasakan indahnya cinta dalam diam itu. Hanya mampu mengagumi dan berdoa dalam hati jika lelaki itu muncul di hadapannya. Gadis itu tak berani berharap lebih. Rayhana menyadari latar belakang keluarganya tak memungkinkan untuk mewujudkan harapannya. Ayahnya seorang pemabuk dan penjudi. Ibunya bekerja banting tulang menghidupi keluarga dengan menjadi asisten rumah tangga keluarga priyayi. Keluarga di mana lelaki pujaannya itu mendapat curahan kasih sayang lebih dari cukup. Diam-diam Rayhana mencuri pandang setiap kali ia menggantikan posisinya ibunya ketika sakit. Tapi cinta itu menjadi rasa sakit baginya. Karena ia sadar betul siapa dirinya. Tapi bukankah kasih Allah kepada hambanya tak pernah pilih-pilih? Itulah yang diyakini seorang Rayhana.

Bab 1 Cinta Dalam Diam

Rayhana memandangi kolam ikan di hadapannya. Kolam yang berada di taman belakang sebuah rumah yang tampak megah ini berisi puluhan ikan koi dan ikan mas warna-warni. Macam warna ikan-ikan itu memanjakan pandangan mata siapa pun yang melihat. Kedua netra dengan bulu mata lentik itu berbinar. Jelas tampak kebahagiaan tersirat.

Gadis berhijab pastel dengan tunik dan celana panjang berwarna senada itu asyik mencelupkan jemarinya. Ruas jemari yang lentik, memainkan air dalam kolam hingga beriak. Tanpa disadarinya, ada sepasang mata yang sedari tadi memandangi diam-diam gadis itu di balik koran yang sedang dibacanya.

"Hana," tegur sebuah suara. Rayhana menoleh. Segurat senyum terpatri pada wajah yang mulai menua. Itu wajah perempuan berusia hampir separuh abad yang melahirkannya belasan tahun lampau. Rayhana menghentikan aktifitasnya bermain air kolam. Gadis itu berjalan dengan sedikit tergesa menghampiri sang ibu.

Di tangan kanan Bu Hayati, ibu Rayhana, menjinjing tas belanja yang terbuat dari anyaman tali berbahan plastik.

"Nak, tolong bantu ibu pergi ke pasar, ya. Belikan bahan sambal, tiga kilo ayam, bumbu ayam ungkep dan bahan-bahan keperluan dapur yang sudah ibu tulis di kertas ini. Hati-hati dompetnya jangan sampai jatuh. Itu uang belanja mingguan yang ibu pegang. Amanah dari Bu Rahma," ibu menitipkan pesan sambil menyerahkan tas belanja pada putri sulungnya.

"Baik, Bu." Rayhana menyambar halus tas belanja dan mengantungi dompet ibunya yang sederhana. Ia simpan dompet kesayangan sang ibu di saku celananya. Gadis itu berpamitan dan berlalu pergi melalui sebuah pintu pagar di halaman belakang.

**

Rayhana tengah menghitung sisa kembali uang belanja di depan sebuah ruko yang sedang tutup. Seorang pria menyambar kasar uang yang dipegangnya. Rayhana terkaget mendapat perlakuan kasar seperti itu. Bertambah kaget pula ketika mengetahui siapa pelakunya. Sosok pria bertubuh tegap yang sangat ia kenali dan dari mulutnya menguar aroma alkohol.

"Kembalikan, Pak. Itu uang belanja amanah bu Rahma, Pak." Rayhana memohon pada bapaknya agar mengembalikan uang tersebut. Tapi pria yang tengah mabuk itu hanya mengipas-ngipaskan lembaran merah di tangannya. Lelaki itu tertawa menyudutkan.

"Elu kan bisa cari gantinya. Kan elu kerja di sono sama ibu lu, Ray." Pria yang disebut bapak itu terlihat tak peduli. Sosok yang harusnya ia kagumi dan ia panuti itu hanya bisa uncang-uncang kaki menikmati jerih payah istri dan anak sulungnya. Sosok yang seharusnya menjadi kebanggaan dan pengayom keluarga itu tak lebih berguna dari seonggok sampah. Kerjanya hanya membebani, baik fisik maupun pikiran. Acap kali bertindak kasar.

Kedua tangan Rayhana mengepal. Ingin sekali rasanya mengeluarkan jurus penakluk lawan yang ia pelajari dalam ilmu bela diri. Tapi yang kini berada di hadapannya adalah ayahnya sendiri. Jemari gadis itu bergemeretak sebab menahan emosi dan amarah.

"Udah lu sono pergi. Lanjut kerja. Bawa duit yang banyak bergepok-gepok. Awas kalo kagak. Ibu elu jadi sasaran gue." Pria mabuk itu memberi ancaman. Warga pasar takada satu pun yang berani mencegah. Karyadi, sang ayah, adalah preman pasar yang ditakuti. Lelaki itu membawa sajam dan siap melukai kapan pun dan siapa pun. Jeruji besi adalah tempat langganan di mana ia mendekam setelah dendamnya tertuntaskan bila ia berseteru dengan seseorang. Itulah sebabnya takada yang berani berhadapan dengannya. Pria itu tak pernah jera.

Dan warga satu pasar itu pun tahu, bila Rayhana adalah putri sulung Karyadi. Gadis itu hanya meringis. Ada luka menganga di dalam dadanya. Gemuruh amarah yang terbendung dan siap dimuntahkan suatu saat. Segera ia beristighfar. Bagaimana pun pria itu adalah ayahnya. Ayahnya! Tanpa lelaki itu, sosoknya takkan ada di dunia ini.

Beberapa ibu pedagang pasar yang sudah tahu seluk-beluk kehidupannya datang menghampiri, mengelus bahu gadis yang hampir menangis itu.

Tangis tak terbendung akhirnya pecah. Bahu Rayhana berguncang. Di salah satu pundak ibu pedagang, air matanya bertumpah-ruah.

**

Bu Hayati memandang cemas ke arah pintu pagar halaman belakang. Sudah hampir siang putri sulungnya belum juga datang. Ia khawatir Bu Rahma akan marah jika menu makan siang belum terhidangkan nanti.

Tak berapa lama gadisnya muncul. "Kenapa lama sekali, Nak? Kita hampir telat menyajikan hidangan makan siang ini. Apa bapak mengganggumu?" tatapan bu Hayati menyelidik. Ia mencoba menggali informasi.

Rayhana tersenyum dan menggelengkan kepala. Bagaimana pun ibunya tak boleh tahu. Perempuan itu sudah terlalu banyak menanggung beban. Baik fisik maupun pikiran hingga mental. Sebelum tiba di rumah ini, Rayhana sempat pulang ke rumah. Ia mengambil uang simpanannya untuk mengganti uang yang direbut Karyadi. Rayhana tak ingin bu Hayati tahu. Untungnya gadis itu pintar menabung. Ia selalu mengantisipasi kejadian seperti ini.

"Syukurlah bila bapakmu tidak mengganggu. Mudah-mudahan laki-laki itu segera tersadar dari khilafnya. Ya sudah, sekarang bantu ibu mengurus keperluan makan siang, ya. Ayo, cepat!"

Kedua perempuan ibu beranak itu bergegas menuju dapur. Mereka menyiapkan segala sesuatunya dengan cekatan. Hingga waktu makan siang tiba, semua menu sudah tersaji tepat waktu.

**

Di meja makan, semua hidangan telah tersaji. Ada opor ayam, ayam goreng, ayam teriyaki, tahu tempe balado, tahu goreng, tempe goreng, lalapan, sayur lodeh, sambal goreng, kentang balado, tumis cumi asin dan capcay. Semua ini adalah menu kesukaan keluarga besar priyayi di rumah ini. Masing-masing anggota keluarga punya selera berbeda-beda.

Rayhana membantu ibunya menyiapkan segala keperluan. Piring, sendok, gelas sudah tertata rapi di depan kursi masing-masing.

Jumlah anggota keluarga ini enam. Abah Sahal mungkin seusia dengan Karyadi, Umma Salamah yang terlihat lebih muda dari bu Hayati, Aisyah si sulung yang sebentar lagi akan berkeluarga, Rifqan yang terpaut tiga tahun di atas Rayhana adalah senior sekaligus pembimbing kerohanian di kampus Rayhana, Nasywa yang sebaya dengan Rayhana dan si bungsu Tsaqif yang masih berusia balita. Keluarga besar ini sudah siap menyantap makan siang.

Di rumah megah ini ada beberapa asisten rumah tangga yang dikepalai Bu Rahma. Ada Pak Anton, supir pribadi Abah Sahal. Ada Pak Aqil, yang bertanggung jawab untuk keamanan. Ada Pak Raja, tukang kebun. Dan Bu Hayati dan Rayhana yang mengurusi keperluan rumah dan dapur, tentunya dibantu Bu Rahma.

Meskipun priyayi, anggota keluarga Abah Sahal begitu murah hati dan dermawan. Mereka sangat menghargai para asisten rumah tangga di sini. Sudah dianggap sebagai keluarga. Inilah yang membuat semua asisten merasa kerasan bekerja di rumah semegah ini. Ini pula yang membuat Rayhana jatuh hati kepada Rifqan, juragan sekaligus pembimbing kerohanian di kampusnya. Pemuda itu begitu luhur budi. Rayhana rasa, hampir seluruh mahasiswi di kampus mengaguminya.

Tapi gadis itu cukup sadar diri. Kasta mereka sangat jauh berbeda. Meskipun gadis itu cukup pintar, bahkan terpilih sebagai mahasiswi berprestasi di kampusnya, itu tidak serta-merta menjadi sebuah alasan bagi dirinya untuk pantas bersanding dengan sang idaman hati. Pemuda itu begitu jauh direngkuh.

Akhirnya Rayhana memilih menyembunyikan perasaannya. Gadis itu memutuskan mencintai dalam diam.

**

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Muthi Mozla

Selebihnya

Buku serupa

Cinta yang Tersulut Kembali

Cinta yang Tersulut Kembali

Calli Laplume
4.9

Dua tahun setelah pernikahannya, Selina kehilangan kesadaran dalam genangan darahnya sendiri selama persalinan yang sulit. Dia lupa bahwa mantan suaminya sebenarnya akan menikahi orang lain hari itu. "Ayo kita bercerai, tapi bayinya tetap bersamaku." Kata-katanya sebelum perceraian mereka diselesaikan masih melekat di kepalanya. Pria itu tidak ada untuknya, tetapi menginginkan hak asuh penuh atas anak mereka. Selina lebih baik mati daripada melihat anaknya memanggil orang lain ibu. Akibatnya, dia menyerah di meja operasi dengan dua bayi tersisa di perutnya. Namun, itu bukan akhir baginya .... Bertahun-tahun kemudian, takdir menyebabkan mereka bertemu lagi. Raditia adalah pria yang berubah kali ini. Dia ingin mendapatkannya untuk dirinya sendiri meskipun Selina sudah menjadi ibu dari dua anak. Ketika Raditia tahu tentang pernikahan Selina, dia menyerbu ke tempat tersebut dan membuat keributan. "Raditia, aku sudah mati sekali sebelumnya, jadi aku tidak keberatan mati lagi. Tapi kali ini, aku ingin kita mati bersama," teriaknya, memelototinya dengan tatapan terluka di matanya. Selina mengira pria itu tidak mencintainya dan senang bahwa dia akhirnya keluar dari hidupnya. Akan tetapi, yang tidak dia ketahui adalah bahwa berita kematiannya yang tak terduga telah menghancurkan hati Raditia. Untuk waktu yang lama, pria itu menangis sendirian karena rasa sakit dan penderitaan dan selalu berharap bisa membalikkan waktu atau melihat wajah cantiknya sekali lagi. Drama yang datang kemudian menjadi terlalu berat bagi Selina. Hidupnya dipenuhi dengan liku-liku. Segera, dia terpecah antara kembali dengan mantan suaminya atau melanjutkan hidupnya. Apa yang akan dia pilih?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku