/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
Udara siang itu panas sekali, Dinara merasa Jakarta dan Doha nyaris tidak ada bedanya meski jelas kota di bagian negara timur tengah sana berkaitan erat dengan gurun. Jakarta mungkin tidak sepanas itu, tapi ada hawa lain yang membuat udaranya satu tingkat lebih menyiksa dibanding kota dengan padang pasir.
Apa lagi namanya kalau bukan kenangan menyakitkan dan sederet problema yang menguras kewarasan? Dinara tidak tahu bagaimana mendeskripsikan sesuatu dengan baik. Yang jelas sekarang hatinya sedang tidak baik-baik saja.
“Fix!” Wanita akhir dua puluhan itu menghentak sesuatu yang ada di tangannya sekarang ke atas meja. Dia menipiskan bibir, meraba-raba sesak di dada yang nyatanya sudah tidak ada, dan membalas tatapan orang di hadapannya saat ini.
“Mbak Di—”
“Gue nggak minta apa-apa, Vi. Tolong atur pembatalan aja, semuanya, dan lelang gaun pengantin gue kalau bisa.”
Wanita di depannya menatap Dinara iba, padahal dia jelas-jelas tahu kalau Dinara sangat benci tatapan kasihan itu. Hidupnya baik-baik saja, dia masih bernapas dengan benar sampai detik ini dan tidak kehilangan apa pun iwal dari seorang pecundang sialan serta beberapa nominal uang—jangan terlalu dipikirkan, jadi semuanya tidak apa-apa. Dinara baik-baik saja.
Atau dia hanya tengah membohongi dirinya sendiri.
“Bu Melia udah tahu?” tanya wanita itu—Violeva namanya, dia berusia lebih muda, beberapa tahun di bawah Dinara dan memiliki kehidupan yang baik, sekilas terlihat sempurna.
Dinara menggeleng. “Tapi gue yakin mama pasti ngerti arahnya ke mana.”
“Gue kira lo udah obrolin ini sama bu Melia baru ambil keputusan buat batalin semuanya.” Violeva menghela napas berat, tampaknya ingin memberi empati tapi mereka tidak cukup dekat untuk saling berpeluk erat. “Siapa tahu masih ada kesempatan, Mbak.”
Kesempatan? Kesempatan macam apa lagi?
Menyebalkan adalah ketika pulang ke tanah air setelah merantau bertahun-tahun tanpa hasil. Sebagian besar uangnya raib, dibawa kabur oleh mantan kekasihnya sendiri. Dan rasanya tidak ada satu kata baik apa pun untuk mendeskripsikan hidup sialannya ini. Tidak ada kesempatan, tidak akan pernah. Mantan kekasih Dinara adalah sampah paling buruk di dunia.
Sementara kesialan itu belum cukup untuk membuat hidup wanita ini tersiksa, kenyataan lain lebih menamparnya lagi.
“Dia kerja sama lo?” Dinara bertanya sembari menunjuk potret seorang gadis cantik di katalog butik yang tengah didatanginya saat ini.
“Freelancer, Mbak.” Violeva menjawabnya dingin. “Kenapa?”
“Nope.”
“Pacarnya Danish, lo tahu, kan?”
Dinara mengangguk samar, dia tahu. Gadis dalam buku tebal itu pernah ia awasi beberapa bulan yang lalu karena tengah dekat dengan adik kandungnya.
“Namanya Sayna.”
Sialnya, Sayna adalah saudara sepupu dari lelaki bajingan itu. Dan Sayna mengencani adiknya. Luar biasa sekali hidup ini untuk seorang Dinara. Bisakah Danish cari orang lain saja? Jangan Sayna, mari tidak menjalin hubungan lagi dengan lelaki itu dan sekutunya.
Seakan belum cukup dikhianati, uangnya dibawa lari, pernikahannya dibatalkan, kini kenyataan lain menamparnya kalau Sayna dan Haikal—mari perjelas namanya mulai saat ini, adalah saudara sepupu. Dan Dinara amat tidak senang dengan kenyataan itu.
“Gaun lo nggak bisa jadi penghuni butik ini, terlalu mewah.” Violeva menginterupsinya sembari menggelengkan kepala. “Gaun Elie Saab mana mungkin gue sewain di bawah 20 juta, Mbak.”
“Sewain di atas 20 juta kalau gitu.” Dinara menjawabnya datar. “Balikin aja duitnya, itung-itung lo beli gaun dari gue, buat buang sial juga.”
“Tapi bukannya malah yang pake gaun ini ntar ketiban sial? Ketularan sial dari lo?”
Kadang-kadang Dinara punya hasrat untuk menguncir mulut Violeva yang sering asal bicara. Oke, itu benar, tapi tolong jangan mengatakannya terang-terangan seperti itu. apa Violeva bahkan paham? Bukankah sesama wanita biasanya saling menjaga perasaan?
“Bakar aja, Vi.”
“Dih, ngambek.”
Dinara memutar mata. Banyak yang ingin dia katakan sebenarnya, soal kandasnya hubungan dengan Haikal, soal betapa terluka, lelah dan sakit perasaannya saat ini, soal ibunya, adiknya, dan masih banyak lagi. Namun dia tidak pernah benar-benar memiliki seseorang yang bisa disebut teman, Dinara terbiasa sendiri. Dan kesepian bukan lagi hal menyedihkan baginya, saking dia terbiasa.
Pasti menyenangkan jadi Violeva, dia punya teman bergaul yang setia, dia sudah punya suami di usia muda, punya anak perempuan yang menggemaskan, punya usaha sesukses butik ini, Violeva punya segalanya untuk ukuran wanita berusia pertengahan dua puluh. Hidupnya sempurna, tidak seperti Dinara si perawan tua.
“Selamat siang.”
Dua wanita itu menolehkan kepala ke arah pintu butik yang terbuka. Dari sana, sosok pria berkemeja hijau Arthicoke yang menggulung lengannya hingga ke siku, memadu busananya dengan celana bahan dan sabuk hitam kulit yang menawan mendekat ke arah mereka. Sosoknya suami-able sekali, tapi jangan berharap banyak pada pria-pria tampan yang menginjakkan kaki ke butik ini.
Sebab butik Violeva adalah butik khusus jual-beli-sewa gaun pengantin, yang mana tentu hanya orang-orang ingin menikah saja mengunjunginya. Kesimpulan yang bisa ditarik di sini, pria-pria matang sempurna dengan kharisma suami-able itu tentu sudah ada yang punya. Kecuali Dinara berniat jadi pelakor, mungkin dia bisa dapat salah satu dari mereka.
Setelah ini agaknya ke Gramedia dan membeli buku panduan merebut pasangan orang terdengar seperti ide yang cukup brilian.
“Ada yang bisa saya bantu?”
“Saya Arya.” Pria itu menjulurkan tangan dan berjabat dengan Violeva. “Ada yang mau saya evaluasi terkait reservasi paket pernikahan atas nama Diana.”
Mata Violeva membola, kemudian mereka bergeser ke meja kerjanya dan duduk berhadapan. Wanita itu sempat memberi isyarat agar Dinara menunggu untuk sesaat sementara dia berbicara dengan klien, dan rencananya Dinara memang akan segera pergi. Dia harus ke suatu tempat untuk menyegarkan pikiran, membeli beberapa helai baju sepertinya tidak buruk demi mengusir rasa bosan.
/0/5795/coverorgin.jpg?v=c772e761fb3176e86a2c44b31a557f0e&imageMogr2/format/webp)
/0/12795/coverorgin.jpg?v=790f9ef8527d4a84106bfcc7e29f0ced&imageMogr2/format/webp)