Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
WANITA UNTUK MANUSIA BUAS

WANITA UNTUK MANUSIA BUAS

wolfy

5.0
Komentar
210
Penayangan
9
Bab

⚠️ WARNING Ini POLYANDRI bukan POLIGAMI!!! Pasangan pertama tidak sengaja Pasangan kedua memang yang dicintainya Pasangan ketiga atas izin Pasangan kedua Pasangan keempat balas budi sekaligus politik. ** Tiba-tiba berada di dunia antah berantah sendirian... Bertemu pemuda yang jadi cinta pertamanya... Sayangnya si pemuda harus pergi meninggalkannya dalam pengawasan Kepala Desa. Pemuda itu pergi setelah melamarnya dan meminta jawaban saat dia kembali nanti. Malang tak bisa di hindari, tepat ketika pemuda itu kembali, gadis pujaan hatinya di perkosa sampai dia dalam keadaan sekarat kemudian koma. Masalah datang ketika dia masih dalam keadaan tidak sadarkan diri. Pemuda cinta pertamanya, menyerahkannya pada dokter yang merawatnya karena terpaksa. Baru saja dia sadar dari koma, dia kembali syok, saat tahu kalau tanpa seijin darinya, dia diserahkan pada pria lain. Belum selesai semua masalah, kembali lagi dikejutkan dengan kehamilannya, buah dari insiden pemerkosaannya. Seiring berjalannya waktu dia akhirnya menerima keputusan pemuda cinta pertamanya. Dipikir masalah selesai, tapi, ternyata tidak... Dia kembali harus terpuruk dan trauma, dia trauma ketakutan saat melihat remaja, ayah dari bayi yang sedang di kandungnya. Dia menolak dengan tegas kehadiran pemuda yang jadi ayah dari bayi yang dikandungnya. Pemuda cinta pertamanya, yang akhirnya tahu kenapa insiden itu bisa terjadi. Bekerja sama dengan sang dokter untuk membiarkan remaja, ayah dari bayi yang di kandung tetap berada di sisinya secara diam-diam merawat dan menjaganya. Mereka berusaha, agar remaja itu bisa masuk dan terima oleh wanita yang sudah direnggut kesuciannya. Penasaran?! Langsung aja ke aplikasi dan baca sampai selesai...

Bab 1 HILANG

PROLOG 1

''SERIGALA APA YANG KAU LAKUKAN PADANYA?!'' seru Halvir memekik.

Aura membunuh tampak jelas di sekitarnya, Gavriel bahkan sempat terhenti oleh apa yang dilihatnya dari Halvir barusan. Tapi, sesaat kemudian Gavriel melanjutkan langkahnya kembali untuk segera mengambil Lila dari gendongan Halvir.

Pria Serigala itu merespons kemarahan Halvir dengan sangat tenang, lalu sesaat kemudian, Halvir dan Gavriel, mereka berdua sama-sama terkejut. Baik Halvir atau Gavriel keduanya tercengang sejenak, saat pria serigala itu berbalik.

''*Safir!'' pekik mereka berdua, di dalam hati, karena terkejut.

Gavriel yang sudah meletakkan Lila di tempat lain, dia dengan segera berubah menjadi bentuk Manusia Buas. Halvir tetap berdiri tegak, tapi aura di sekitarnya berubah semakin tajam dan menusuk. Melihat sinar bola mata lawannya, Halvir tahu, Serigala berperingkat *Safir di hadapannya jauh lebih senior darinya, tapi hal itu tidak akan membuat Halvir gentar, hanya saja dia harus lebih waspada dan berhati-hati.

''Kalian pasangannya?!'' seru Serigala itu bertanya, ''Ternyata dia punya seorang *Safir di sisinya...'' ujar pria Serigala itu lagi, dia menyapa kedatangan Halvir dan Gavriel sambil tersenyum santai, tapi karisma yang dimilikinya jelas terasa sangat berwibawa.

''GAVRIEL BERHENTI!'' seru Halvir memekik tajam, dia segera menghentikan langkah Gavriel, ''Jangan gegabah! Anindira sedang hamil...'' ujar Halvir menambahkan, hanya tinggal sedetik sebelum Gavriel melompat menyerang pria serigala itu.

Darah muda yang menggebu-gebu dari Gavriel yang masih remaja belia dan minim pengalaman, membuatnya tidak berpikir panjang. Dia hanya merasa jika ada Halvir yang sama-sama *Safir sebagai 'back up', dan merasa bisa melakukan apapun selama ada Halvir bersamanya. Dia tidak berpikir jika pertempuran pecah, dengan Anindira yang masih di tengah-tengah akan sangat berbahaya untuknya.

Halvir dan pria serigala itu saling menatap tajam, tidak ada yang mengendur sama sekali, dua aura ganas yang saling bertabrakan benar-benar menyesakkan dada. Gavriel yang sempat hendak menyerang sekarang merasa ciut di hadapan kedua *Safir yang sedang terbakar oleh keangkuhan masing-masing.

Di sisi lain, Hans merasakan ada yang tidak beres di arah tempat Anindira berada. Hans, menajamkan seluruh inderanya, kemudian dengan segera pergi melesat menuju ke tempat Anindira. Betapa terkejutnya dia, ketika melihat situasi yang sedang terjadi, sama seperti Gavriel, Hans pun ciut menyaksikan dua *Safir di hadapannya. Hans sekarang hanya bisa bersiaga mengambil posisi dan melihat setiap kesempatan yang ada.

''APA YANG KAU LAKUKAN, KENAPA KAU TINGGALKAN DIA?!'' seru Halvir menghardik Hans tanpa menoleh padanya.

Hans terkejut dan hanya bisa diam tidak menjawab, kakinya nyaris lunglai tidak berdaya merasakan amarah Halvir yang jelas ditujukan padanya.

''Jaguar... Tenanglah!'' seru Pria Serigala itu, ''Aku hanya berusaha menolong wanitamu,'' ujar Pria Serigala itu menjelaskan, dia kemudian mengendurkan auranya karena tahu bahwa ketiga pria itu berada di sisi wanita yang ada dalam gendongannya sekarang.

***

PROLOG 2

Harry dan Fanny lagi-lagi dibuat terperangah, mereka terkejut dengan pernyataan tegas dari Halvir. Harry yang biasanya akan mengintimidasi lawan bicaranya, kali ini dia dibuat tidak berkutik. Halvir terlihat tenang dengan wajah tanpa ekspresi, tapi, jelas terlihat kalau dia sedang serius tanpa keraguan sama sekali. Aura di sekitarnya juga sangat tegas, bahkan Harry yang sudah biasa dengan situasi seperti ini sampai bergetar, merasakan tekanan wibawa yang ditunjukkan oleh Halvir dan Aefar.

''Ha?!... Apa maksud kalian?'' tanya Fanny yang terkejut dengan ucapan Halvir, ''Bukankah kalian sudah tahu apa konsekuensinya jika sampai hubungan kalian diketahui oleh masyarakat?!'' seru Fanny menegaskan pernyataannya dengan wajah berang dan juga memelas, secara naluri dia takut dengan dua pria di hadapannya, tapi sebagai seorang ibu, tentu saja dia ingin melindungi anak perempuannya.

''Kami mengerti itu dengan sangat baik nyonya. Tapi, kami telah menjalani hal itu sebelumnya dan sudah berjalan selama belasan tahun. Kami tidak seperti kalian yang bisa memutus hubungan suami istri begitu saja. Sekali kami terikat, maka seumur hidup kami harus menjalaninya,'' ujar Halvir menjawab, dia berusaha membuat dirinya setenang mungkin agar tidak membuat Fanny takut dengan wibawanya.

''Itu di Dunia kalian, tapi tidak dengan Dunia ini!'' seru Harry langsung menyambar kalimat Halvir, segera setelah mendapatkan kembali ketenangannya.

''Tuan, kenyataannya, di Dunia kami atau pun di Dunia ini, *Ikatan pasangan kami masih tetap ada dan tidak menghilang, hubungan kami masih tetap ada, bahkan sampai ke dunia ini...'' jawab Halvir tegas.

Selama dua hari terakhir, baik Halvir atau pun Aefar, mereka berdua telah mempelajari sistem dan tata cara bagaimana mereka akan hidup di dunia ini. Mereka berdua berusaha tetap tenang untuk menghormati Harry dan Fanny sebagai wali dari wanitanya.

''Aku tidak akan mengizinkan hal itu!'' seru Harry dengan nada suaranya yang dinaikkan.

''Tuan, Dira adalah anakmu dan kami menghormati kalian, sebagai orang tua yang telah melahirkan dan mengurusnya selama ini. Tapi, faktanya Dira sudah menjadi istri kami berempat. Sampai kami mati, hal itu tidak akan bisa berubah,'' ujar Halvir menjawab penolakan Harry dengan tenang tapi tetap tegas.

''Aku sebagai ayahnya tidak akan mengizinkan hal itu, kalian tidak lagi boleh menjalin hubungan apapun dengannya!'' seru Harry yang juga bersikap tegas memberikan peringatannya.

''Tuan, kami akan mengambil Dira dari kalian secara paksa, jika kalian tidak memberikan dukungan pada kami....'' ujar Halvir serius, kali ini wibawa yang ditekan Halvir mulai dilepas perlahan.

''Kalian mengancamku?!'' seru Harry menegakkan tubuhnya bangkit berdiri dari posisi duduknya, dia sempat terkejut dengan aura berat yang tampak dari Halvir tapi emosinya sudah mencapai ubun-ubun dan tidak lagi bisa ditahan, meningkatkan adrenalinnya membuatnya tak gentar menghadapi Halvir dan Aefar yang sedang melamar anak perempuannya.

''Kami tidak melakukannya untuk mengancam, tapi jika itu menurutmu, maka iya, kami mengancam... Kami akan lakukan apapun untuk bisa membawa Dira bersama kami, apapun yang terjadi!'' seru Aefar, dia akhirnya angkat bicara.

Dia menanggapi Ancaman Hary dengan tetap santai duduk di sofa, tapi seperti Halvir dia juga mulai melepas aura berat, wibawa yang berusaha di tekan olehnya sejak tadi.

*****

Bab Pertama: HILANG

Di suatu waktu, di suatu tempat. Tampak sebuah keluarga yang sedang bertamasya. Mereka tengah asyik menikmati FAMILY TIME mereka di perairan sungai dangkal, di sebuah pegunungan.

Mereka adalah sebuah keluarga kecil yang sedang asyik berkemah. Terlihat sang ayah yang sedang sibuk merakit tenda, dan ibu yang sedang fokus memasak di atas kayu bakar tapi mulutnya tidak berhenti bersenandung. Sepasang suami istri sedang bahagia menikmati waktu bebasnya setelah beberapa bulan terjebak dengan file dan dokumen.

Tidak jauh dari sepasang suami istri yang sedang sibuk, terlihat dua orang pemuda yang terlihat juga tidak mau kalah dari orang tuanya. Mereka menyibukkan diri di tepian sungai, mereka dengan senang hati membantu kedua orang tuanya. Seorang di antara kedua pemuda itu sedang membersihkan ikan di pinggiran sungai dan yang seorang lagi asyik mencari-cari udang galah yang nyaman bersembunyi di sela-sela batu.

Selain mereka berdua, ada seorang lagi remaja yang masih sangat belia. Dia, asyik mengumpulkan ranting-ranting kayu di pepohonan dan rimbunan bambu tidak jauh dari tenda tempat ayah dan ibunya yang sedang sibuk dengan kegiatan mereka.

Mereka mengerjakan tugas masing-masing dengan riang gembira. Mereka asyik bercengkrama dan bercanda ria tanpa meninggalkan tugas masing-masing, tapi, keceriaan mereka tiba-tiba teralihkan dengan teriakan si bungsu. Seorang anak gadis remaja yang juga masih sangat belia. Sebelumnya dia sedang asyik bermain air di bebatuan, di aliran sungai dangkal, yang hanya setinggi mata kaki.

"ARGH... KAKAK!" seru Anindira memekik, dia menjerit memanggil dengan suara yang terdengar histeris.

"AKH... BLR... URRPP..." jeritnya lagi dengan suara jeritan yang terus tertahan. Itu terjadi karena dia berulang kali menelan air, tangannya terlihat seperti terus menggapai-gapai berusaha mencari pegangan.

"Kamu ngapain sih Dir?" tanya ibunya tersengeh melihat kelakuan lucu anak bungsunya, sambil terus mengaduk-aduk masakan di panci. Tidak sedikit pun dia curiga dengan kelakuan, satu-satunya anak perempuannya.

"Iseng tuh mom..." sahut Raffa kakaknya menjawab, yang sedang asyik cari udang sambil tertawa. Dia juga merasa kalau adik perempuannya itu tengah bermain-main dan hanya sedang usil ingin menjahili mereka.

"Pecicilan saja!" lanjut kakaknya yang sedang membersihkan ikan sambil geleng-geleng kepala. Seperti halnya yang lain, dia juga tidak menyadari ada keanehan dengan adik perempuannya, yang sedang berjuang untuk hidupnya.

Mereka semua mengacuhkan si bungsu sambil terkekeh geli, mengira kalau dia sedang senggang dan ingin menjahili keluarganya. Mereka sama sekali tidak menyangka, kalau si bungsu sedang berjuang sekuat tenaga untuk bisa naik ke permukaan air, karena tubuhnya tenggelam ditarik oleh sesuatu yang tidak terlihat.

Air di sungai tempat Anindira bermain air sebelumnya, sangat dangkal. Walau tubuh Anindira hanya setinggi 145 cm, ketinggian air tidak akan melewati lututnya. Biarpun Anindira tidak bisa berenang, tapi, kalau cuma terpeleset di air dangkal seperti ini mustahil dia akan tenggelam, begitu pikir keluarganya.

Anindira adalah anak perempuan yang sangat tomboy di mata keluarganya. Untuk anak perempuan yang sepantar dengannya, Anindira cukup kuat. Dia, cewek tomboy mandiri, yang tidak suka merengek karena hal sepele.

Di antara mereka semua, hanya Gavin, kakak kembar Anindira. Hanya dia, yang menyadari kalau Anindira sedang dalam masalah, mungkin karena mereka berdua adalah anak kembar, koneksinya dan Anindira begitu kuat. Dia segera berlari melesat ke arah Anindira dengan wajah panik dan sangat cemas.

"DIRA!" seru Gavin berteriak memanggil saudara kembarnya.

Mereka semua terkejut menanggapi kepanikan Gavin yang seperti dikejar setan, mereka sempat terpaku karena hal itu, tapi, akhirnya segera mereka sadar. Kemudian, seketika itu juga mereka semua serempak bangkit berdiri melihat ke arah Gavin. Mereka juga dengan segera bergerak menuju ke arah Anindira secepatnya menyusul Gavin.

***

Matahari yang terik mulai redup, matahari mulai turun dan akan segera digantikan dengan indahnya bulan purnama yang akan segera naik malam ini.

Polisi, Tim SAR, juga penduduk setempat telah dikerahkan, tapi apa daya? Jangankan orang lain. Mereka (keluarga Anindira) yang ada di situ, menyaksikan sendiri di depan mata pun tidak bisa mempercayainya. Tepat di depan mata mereka semua, satu-satunya anak perempuan keluarga itu, lenyap tak berbekas tanpa peringatan. Meninggalkan seribu tanya yang tak terjawab entah sampai kapan?

************************

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku