Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Hanya Ada Satu Cinta

Hanya Ada Satu Cinta

DeviTry_

5.0
Komentar
32
Penayangan
5
Bab

"Lo murahan Reva!" "Gw gak selingkuh!" "Oh, lo berani nyangkal saat bukti udah jelas? Lo pasti memiliki hubungan sama Dodi kan?" "Hanya jalan? Bisa dibilang gw selingkuh?" "Memangnya apa lagi, lo pegangan tangan sama dia! Lo dipeluk sama dia! Lo dirangkul sama dia!" Reva menatap Leo tak percaya. "Terus lo gak selingkuh sama Laila?" "Ini beda! Jangan mengalihkan pembicaraan! Lo punya hubungan saat kita sudah menikah, dan gw? Gw udah memiliki kekasih sebelum menikah! Ini beda! Lo selingkuh! Dan lo jalang!" Reva tersenyum pahit. "Ingat perjanjian yang sudah kita tanda tangani bersama Leo!" Deg. *** Leo dan Reva adalah sepasang Suami Istri yang memiliki hubungan pernikahan atas dasar perjodohan. Memiliki kepribadian yang sama-sama keras kepala dan pantang menyerah. Benar-benar sering membuat mereka bertengkar karena hal sepele. Lalu bagaimana caranya mereka mempertahankan hubungan pernikahan yang jadi harapan dua keluarga untuk meneruskan keturunan? Sedangkan mereka tidak saling mencintai. Instagram : @devitryy_

Bab 1 Pernikahan Yang Tak Di Harap

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Reva Aprillia Wirata binti Hermawan Wirata dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai!"

"Bagaimana para saksi? SAH!"

"SAH!"

Tes.

Tetes air mata jatuh dari kedua kelopak mata indah Reva. Orang-orang yang melihat mungkin berpikir bila ia saat ini tengah terharu dan menangis bahagia. Namun kenyataannya, di dalam lubuk hati yang paling dalam. Reva menangis meratapi nasibnya.

Menjadi Istri dari seorang laki-laki yang tidak ia cintai, menjadi pukulan keras bagi Reva.

"Selamat ya Sayang!" ujar Sera, Mama Reva.

Reva hanya diam, menatap Sera dengan air mata yang terus berjatuhan membasahi pipinya.

'Kenapa semuanya bahagia di atas kesedihanku? Tidakkah mereka tau bahwa aku adalah orang pertama yang mengharapkan kehancuran dalam pernikahanku sendiri!' batin Reva.

"Selamat ya Sayang!" Indra, mengusap puncak kepala Putrinya yang kini sudah menjadi milik laki-laki lain.

Reva hanya diam tak menanggapi. Dirinya sudah cukup terpukul menikah dengan laki-laki yang tidak ia cintai dan bahkan iapun tidak tau apakah laki-laki itu mencintainya. Ditambah dengan ucapan selamat yang akan ia dengar.

Reva dihampiri kedua sahabatnya, Sarah dan Vanya yang menatapnya dengan tatapan berbinar namun hanya mampu ia tatap dengan mata pasrah. Rasanya ingin menumpahkan segala perasaan mengganjal di dalam hatinya saat ini, namun sadar akan situasi.

Banyak rekan bisnis Leo.

Reva melirik laki-laki yang kini telah berstatus sebagai Suaminya. Laki-laki itu tampak tenang dan tersenyum saat tamu dan beberapa kerabat memberikan ucapan selamat padanya.

"Seneng banget!" ucapan Sarah membuyarkan lamunan Reva. Ia lantas menatap kedua sahabatnya yang langsung memeluknya.

'Apa mereka akan sebahagia ini saat tau bahwa pernikahan ini hanya didasarkan oleh perjodohan ya?' Reva tersenyum. 'Pasti lucu melihat ekspresi terkejut mereka!' batin Reva. Ia tersenyum membayangkan bahwa kedua sahabatnya pasti akan sangat terkejut bila tau yang sebenarnya. Dan tak akan se-excited ini.

Sarah dan Vanya melepaskan pelukan mereka. Menatap Reva dengan mata berkaca-kaca. Mereka berdua amat terkejut saat mendapatkan undangan dari wanita itu. Karena merekapun tau, bahwa sampai saat ini Reva masih gamon dengan sang Mantan.

"Selamat ya! Terharu banget, akhirnya launching!" ujar Vanya.

Buk.

Sarah memukul bahu Vanya. "Memangnya produk apa?"

Reva terkekeh. Kehadiran dua sahabatnya mampu membuatnya lupa sejenak dengan mimpi buruknya.

"Selamat Sayang!" Reva tersentak saat mendengar ucapan selamat dari Ria, Bunda dari sang Suami, Leo.

Ria memeluk Reva sejenak. Senang akhirnya bisa menjadikan wanita itu sebagai Menantunya. Jelas, tentu saja Ria mengharapkan akan segera memiliki cucu.

"Bunda senang banget, akhirnya dapat Menantu juga!" Reva hanya mampu tersenyum kikuk. Diam tanpa membalas ucapan Ria karena diapun bingung ingin menjawab apa.

"Mamapun juga senang Reva! Sebentar lagi rumah akan ramai!" Reva hanya mengerutkan dahinya bingung dengan apa yang Sera katakan.

'Hanya menikah saja, apakah rumah akan ramai? Apakah....' Reva menatap Leo, namun setelah ditatap balik oleh laki-laki itu, ia segera mengalihkan pandangan ke arah lain. 'What, apa ia satu keluarga dari dia tinggal di rumah gw? Perasaan kata Mama kemarin dia ini seorang pimpinan perusahaan! Atau, jangan-jangan dia udah nipu Papa Mama ya? Eh, tapi kayaknya gak mungkin deh!' batin Reva, berpikir keras dengan wajah seperti penuh peluh bak seorang detectif. Hal itupun tak luput dari pandangan Leo.

'Gadis aneh!' batin Leo melihat gerak gerik Reva yang tiba-tiba tidak bisa diam.

***

Ceklek.

Reva masuk ke dalam kamar hotel, lebih tepatnya adalah kamar pengantinnya yang hanya diterangi oleh cahaya lilin yang sudah disusun layaknya adegan romantis yang sering gadis itu lihat di film-film.

Reva menghempaskan tubuhnya di atas sofa dikamar hotel. Lantas merasa jijik melihat ke arah atas tempat tidur yang terdapat kelopak mawar merah membentuk love dan juga bertebaran di mana-mana.

"Untung gak di kamar gw!" gumam Reva.

Reva menghembuskan nafas panjang. Lelah? Tentu saja, acara pernikahan baru saja selesai dijam dua belas malam.

Ceklek.

Reva menatap ke arah pintu yang baru di buka.

Setelah lampu dihidupkan, barulah ia tau yang masuk adalah seorang laki-laki bernama Leo yang menjabat status sebagai Suaminya.

Reva hanya diam saja. Begitupun dengan Leo yang hanya menatap Reva sekilas saat baru masuk tadi.

Meskipun tak menatap, tapi sebenarnya Reva mengawasi gerak-gerik Leo sedari tadi. Ia jadi ngeri sendiri saat mengingat bahwa ini adalah malam pertamanya bersama laki-laki itu.

'Apan sih? Kok malah canggung gini? Gak asik banget!'

Puk.

Reva tersentak kaget dengan suara lembaran kertas yang Leo lemparkan ke atas meja.

'Dasar bocah tengil, ngagetin aja!' batin Reva sebal. Menatap Leo yang mendudukkan dirinya di sampingnya sekilas.

"Baca!" perintah Leo singkat.

Reva menatap Leo bingung. "Ha?"

Leo balas menatap Reva, lalu menunjuk beberapa lembaran kertas di atas meja menggunakan dagunya.

"Baca!" ulang Leo.

Reva menatap lembaran kertas meja, lalu meraihnya.

"Surat perjanjian?" tanya Reva menatap Leo setelah membaca judul dari lembaran itu.

Leo menghembuskan nafasnya seraya mengusap kasar wajahnya. Kesal sekali dengan Reva yang hanya ia perintahkan untuk membaca, namun malah menatapnya bingung haus dengan rasa penasaran bingung.

"Aku menyuruhmu membaca!"

Reva cemberut, lalu kembali menatap lembaran kertas ditangannya.

"Aku kan hanya bertanya. Apa susahnya menjawab!" gumam Reva kecil namun masih terdengar oleh Leo. Laki-laki itu hanya diam saja. Menunggu hingga Reva selesai membaca semua isi dari surat perjanjian yang telah ia buat. Yang jelas pastinya tidak merugikannya juga Reva.

Leo meletakkan pena di atas meja setelah melihat Reva selesai membaca seluruh isi perjanjian.

"Tanda tangani!" Reva menatap Leo dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa? Kamu tidak ingin menandatanganinya?"

'Ini cukup menguntungkan! Setidaknya menikah dengan laki-laki yang tidak kucintai bukan mimpi buruk yang berarti! Tidak ada sentuhan fisik, hanya ada nafkah yang berupa uang! Tidak mencampuri urusan masing-masing! Senangnya!'

"Siapa bilang!"

Reva segera meraih pena di atas meja dengan cepat dan menandatangani surat perjanjian itu.

"Sudahkan? Apakah ada lagi yang ingin kamu katakan?"

'Tidak menyangka semudah ini. Tapi, apakah dia tidak membaca bahwa di sana dia adalah pihak kedua yang....'

"Hei!"

Leo tersentak kaget dari pikirannya.

"Apa ada lagi yang ingin kamu katakan tentang perjanjian ini?"

"Tidak ada yang mau kamu tambahkan?" tanya balik Leo. Dan segera dibalas gelengan kepala oleh Reva. Semua isi peraturan disurat perjanjian itu sesuai dengan keinginannya.

"Baiklah!" ujar Leo berdiri. Membuka kopernya, mengambil handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Reva tersenyum senang. Ia kira, dirinya harus memberikan mahkotanya pada laki-laki yang tidak ia cintai. Dugaannya salah dan Reva cukup bahagia akan hal itu. Ingatannya kembali menuju pada sang mantan kekasih, yang membuat senyumannya seketika luntur.

'Kabar pernikahanku apakah sudah sampai ditelinga Dodi ya? Bahkan, sampai saat ini aku berharap dia kembali padaku! Meski, aku tidak tau apakah dia masih mencintaiku atau tidak. Tapi, jika pernikahan sialan ini tidak ada, mungkin dia akan berjuang untuk cinta kami lagi!' Reva menghembuskan nafas kasar. Memejamkan mata saat sudah mulai perih sebab ingin menangisi nasibnya.

Reva kembali membuka matanya saat sadar dengan surat perjanjian yang baru saja ia tanda tangani.

Menatap dengan mata berbinar. Tidak mencampuri urusan satu sama lain? Yang artinya ia bebas berhubungan dengan Dodi.

"Tunggu, aku pasti kembali padamu Dodi!"

Ceklek.

Pintu kamar mandi terbuka. Keluarlah Leo dengan hanya mengenakan handuk, serta handuk kecil yang berada di atas kepalanya.

Reva meneguk salivanya susah payah saat melihat bentuk tubuh Leo yang amat berotot. Tidak dapat ia bayangkan jika harus memberikan kesuciannya pada laki-laki itu.

Reva segera menggelengkan kepalanya. Menghilangkan segala pikiran buruk.

Dirinya segera berdiri, menyambar handuknya lalu masuk kamar mandi. Tentu tidak ingin mengotori mata sucinya dengan melihat Leo berpakaian.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku