Dipaksa Menikah dengan Hartawan Misterius
Penulis:Irita Sarkar
GenreRomantis
Dipaksa Menikah dengan Hartawan Misterius
Sopir dan pengawal itu turun dari mobil dengan sigap untuk mengejar Chelsea. Lagi pula, jika dia berhasil kabur, keduanya akan berada dalam situasi yang menyedihkan.
Chelsea bergegas mendekati mobil mewah di dekatnya dengan sekuat tenaga. Dia merasa pusing dan penglihatannya agak kabur. Untungnya, dia tidak terluka dan gerakannya tidak terpengaruh.
Tidak ada orang lain di sekitar situ. Satu-satunya yang bisa dia lihat adalah mobil tersebut. Ini merupakan satu-satunya kesempatan baginya untuk kabur.
Setelah tabrakan tersebut, mobil Bugatti Royale edisi terbatas itu berhenti di tepi tebing. Jika pengemudi mobil itu tidak kompeten, mobil tersebut mungkin akan jatuh ke dalam jurang dengan konsekuensi yang mengerikan.
Dua orang pria berjas segera keluar dari pintu depan mobil. Salah satu dari pria itu langsung memeriksa mobil, sementara yang lainnya berdiri di depan pintu belakang. Dia membungkuk dan berkata, "Maafkan kelalaian saya."
Pria di dalam mobil itu menunjukkan ekspresi datar. Dia melangkah keluar dari mobil dan menjawab ponselnya yang sudah berdering untuk sementara waktu.
Dari ujung telepon terdengar sebuah suara tegas dan marah. "Kamu sedang apa? Pengantin wanitanya hampir tiba, tapi kamu masih belum kembali. Kamu pikir kami akan melangsungkan upacara pernikahan ini jika kamu bukan putraku? Kota Harapan begitu besar. Kamu bahkan tidak bisa mencari seorang istri. Berapa lama kamu berencana untuk mempermalukan keluarga kita?"
"Aku bukan anggota Keluarga Sudrajat lagi. Aku tidak berniat untuk kembali." Setelah menyatakan ini, pria itu tiba-tiba menutup panggilan tersebut.
Setelah memeriksa mobil itu, asisten pria tersesbut, Bima Purwadi, kembali ke sisi pria itu dan berkata, "Mobil kita ditabrak mobil lain, Tuan. Tapi seharusnya semuanya baik-baik saja dan tidak akan menunda janji Tuan dengan Tuan Kusnandar."
Wajah pria itu terlihat tanpa emosi. "Lanjut menyetir. Gatot, kamu tangani masalah yang tersisa."
Sementara itu, Chelsea berusaha berlari ke arah mereka. Begitu dia melihat pria itu memasuki mobil, dia bergegas maju dan meletakkan tangannya di depan pintu yang sedang menutup.
Telapak tangannya mendapat bekas merah karena dia menghentikan pintu mobil yang sedang menutup itu. Dia berusaha masuk mobil dengan gegabah karena ingin berlindung dari bahaya yang mengincarnya. Dia menatap pria di dalam mobil itu sambil berlinang air mata dan memohon, "Tolong bantu aku!"
Pria itu menundukkan kepalanya dan memandang Chelsea dengan tajam.
Bima menahan dirinya agar tidak buru-buru bertindak. Dia menundukkan kepalanya dan bertanya, "Tuan, waktu janji temu Anda dengan Tuan Kusnandar hampir tiba. Apa yang harus kita lakukan dengan wanita ini?"
Chelsea mendengar ini dan langsung mencengkeram jas pria itu seraya memohon dengan isak tangisnya, "Tolong bantu aku!"
Matanya yang berbentuk almond dan indah dipenuhi dengan air mata.
Setelah melihat wanita yang dibalut gaun pengantin serta berada dalam keadaan kacau balau, pria itu lalu mengingat percakapan telepon dengan ayahnya dan menebak sesuatu.
Saat ini sopir dan pengawal yang bertanggung jawab untuk mengantarkan Chelsea juga tiba. Sopir tersebut melihat bahwa kendaraan di depannya merupakan mobil mewah, jadi dia menekan rasa takut serta amarahnya dan berkata dengan sopan, "Saya minta maaf karena menabrak mobil Anda barusan, Tuan. Tapi itu tidak disengaja. Kami yang salah. Kami sedang terburu-buru untuk mengantarkan pengantin wanita ini kepada Keluarga Sudrajat agar tiba tepat waktu."
Meskipun sopir ini terdengar sopan, tetapi dia menyiratkan bahwa yang terpenting sekarang adalah mengantarkan pengantin ini kepada Keluarga Sudrajat, dan akan buruk akibatnya jika mereka menyinggung keluarga kaya raya itu.
Pria itu tetap diam dengan tatapan paham di matanya.
Chelsea menggelengkan kepalanya dengan mati-matian. Afrodisiak tersebut telah meresap ke seluruh tubuhnya, membuatnya tidak bisa mengatur kata-katanya untuk membantah.
Dia hanya bisa mencengkeram pakaian pria itu dan menolak untuk melepaskannya. Dia berusaha untuk menoleransi penderitaannya sebaik mungkin dan bergumam, "Tuan, jangan ... tolong jangan percaya padanya. Mereka ... mereka ingin meniduriku. Aku butuh ... bantuanmu."
Sopir itu gelisah dan berteriak, "Omong kosong!"
Dia menghadap pria itu dan menyangkal, "Saya sangat menyarankan agar Anda tidak ikut campur dengan ini. Bertengkar dengan Keluarga Sudrajat bukanlah keputusan yang bijaksana."
Bagaimanapun, Keluarga Sudrajat adalah keluarga paling berkuasa di Kota Harapan.
Pria itu memandang Chelsea dengan ekspresi dingin.
Kedua mata Chelsea tampak kabur. Wajahnya semerah tomat sementara bahunya terbuka.
Pria itu mengerutkan kening, lalu melepas mantelnya, dan menyampirkannya di bahu Chelsea. "Masuk ke mobil."
Chelsea memasuki mobil dengan rasa terima kasih seolah-olah nyawanya diselamatkan.
Bima segera menutup pintu tersebut agar kedua pria di luar tidak bisa mendekati Chelsea.
Melihat ini, sopir itu lalu mengancam, "Berani-beraninya kamu! Apa kamu tahu akibatnya jika melawan Keluarga Sudrajat?"
"Yang aku tahu hanyalah akibat dari menyinggungku."
Nada suaranya terdengar sedingin es. Dia melihat ke luar mobil dan memerintahkan pengawalnya, Gatot Brata, "Singkirkan mereka."
Lalu dia berbalik menghadap Bima.
"Jalan."