Derita berujung bahagia
tas aku langsung keluar, melihat siapa orangny
ku di beranda depan rumah makanku. Sambil berjalan mendekatinya, aku terus menerka-nerka siapa dia itu? Sepe
angnya, aku berusaha se
sekedar untuk basa-basi saja, dan itu pu
berdenyut nyeri, melihat wajah wanita ini mengingatkan kembali pada luka hatiku belasan tahun yang lalu. Ya, sosok wanita yang sekarang ada di hadapanku ini adalah M
gan sikapnya yang tak berubah seperti dulu angk
Mira." Aku berdecak sebal, sakit r
mannya itu? Masa iya sudah belasan tahun lamanya tidak berjumpa, dia datang tiba-tiba hanya ingin membuat
agi. Aku banyak kerjaan, jadi cepat katakan! apa maksud dari kedata
ru pergi lagi," tanyanya sambil melirik ke arah kursi
fas, dan terpaksa me
u ngeloyor melangkah ke arah kursi dan
perhatikan sekeliling rumah makanku. Raut wajahnya berubah-ubah, kadang m
mpatnya ada di sini? Mungkinkah dia sengaja memata-mataiku? Entahlah malas aku untuk me
nggak miskin kayak dulu lagi," sin
bah pakai acara menghinaku segala. Lama-kelamaan wanita ini sama persis seperti s
dada seraya bersandar di kursi, dan tak lupa menyilangkan kaki ke atas. Ah, gayaku ini persis sekali
sil kerjamu mana sanggup buat buka usaha." Terlihat Mira menyunggingkan b
u berusaha tidak terpancing dengan perkataan ngawurnya it
udah sukses dan banyak uang. Tetangga-tetanggamu juga tahu,
aru sadar pasti para tetangga kepoku lah yang memberitahu semuanya pada M
kesekian kalinya aku menggelengkan kepala. Apa maksud si Mira ini, seenaknya saja mau
nya aku datang ke sini. Sekalian aku ada perlu denganmu." Tanpa ada rasa malu dan bersalah sedikitpun padaku, jika diri
ning dan menatap lekat ke ar
adi aneh saja jika kamu ada perlu denganku." Sekarang aku tak perlu untuk berusaha bersikap sopan atau
menjadi serius dan
enemuimu hanya untuk membicarakan Shaka." Mira m
menyebut nama anakku Shaka, hati dan pikiranku mulai bergejolak
ak ada urusannya denganmu Mira." Nada suaraku mulai m
akam." Dengan santainya dia berbicara begitu padaku. Apa dia tidak sadar, jika dia
h?" Aku langsung
ku sebagai wanita bodoh. Wanita yang dulu tak pernah berontak
u-buru begitu," ucapnya sambil membenarka
ng terlihat santai dan ak
rai, Shaka tak lepas dan tak pernah jauh sekalipun dari kamu. Jadi ...?" Lagi-lagi Mi
" Sumpah demi apapun aku tak bisa menahan rasa kesalku pada wanita ini
kecil padaku, dan aku
nkah itu adil? Kamu maupun Bang Hakam akan sama-sama pernah merasakan h
otaknya, hingga dia bisa berpikiran picik seperti itu. Sekarang aku mengerti kedatangan Mira hanyalah untuk memperebutkan Shaka, karena dia ta
ng ada di hadapan Mira dengan keras, hingga menimbulkan suara yang menggema di ruangan ini. Tanga
sukses kalian ingin mengambilnya dariku. Hah, jangan mimpi kamu Mira! Aku tak akan membiarkan kamu memanfaatkan anakku. Sekarang rasakan kemiskinanmu bersama suami tercinta
Ayah, bukan sosok seorang Ibu saja yang dia kenal. Jadi kamu jangan egois Arini!" Dengan tak kalah sengitnya dariku, wanita ini beruc
, termasuk ingin merebut Shaka dariku. Memang aku dulu diam saja disaat dia mengambil Bang Hakam dariku karena har
ya. Dan jika memang Bang Hakam merasa Ayah kandungnya, kenapa dulu dia menelantarkan Shaka begitu saja, hah?" Aku menc
berubah merah, mungkin ma
." Dia menunjuk kasar padaku seolah-olah dia lah wanita yang sedang terdzolimi. Atau mungkin lebih tepatny
ata-kata licikmu itu, Bahkan semut sekalipun tidak akan percaya dengan omonganmu itu. Seka
alinya aku membentaknya dan
terkepal. Terlihat dadanya naik turun,
i aku sebagai istrinya Bang Hakam berhak atas apa yang Shaka punya, ingat itu!" sungut Mira dengan
emanggil orang-orang di sini, kalau kamu sudah membuat onar di tempatku," ancamku dengan tak seg
berlari terburu-buru ke arahku. Mungkin dia
a datang jadi ribut gini, sih," tanya
ang adu mulut ini membuat emosiku terkuras habis. Lal
mang wanita gila." Kemudian aku
dia tuh gila, datang teriak-teri
itam. Mungkin dengan rasa terpaksa, dia langsung menyambar tasnya yan
ak kami mengambil Shaka." Sebelum dia pergi, sempat-sempatnya dia b
i ke belakang, dan melangkah ce
dulu. Dan gilanya dia mengancam akan mengambil Shaka dariku. Memangnya dia itu siapa? Sekedar Ibu tiri nggak lebih. Lagipula Shaka sudah dewasa, apa yang mau diperebutkan? Toh, dia sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. K