icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Derita berujung bahagia

Bab 7 Ibu tiri yang tidak punya urat malu

Jumlah Kata:1885    |    Dirilis Pada: 16/07/2022

tas aku langsung keluar, melihat siapa orangny

ku di beranda depan rumah makanku. Sambil berjalan mendekatinya, aku terus menerka-nerka siapa dia itu? Sepe

angnya, aku berusaha se

sekedar untuk basa-basi saja, dan itu pu

berdenyut nyeri, melihat wajah wanita ini mengingatkan kembali pada luka hatiku belasan tahun yang lalu. Ya, sosok wanita yang sekarang ada di hadapanku ini adalah M

gan sikapnya yang tak berubah seperti dulu angk

Mira." Aku berdecak sebal, sakit r

mannya itu? Masa iya sudah belasan tahun lamanya tidak berjumpa, dia datang tiba-tiba hanya ingin membuat

agi. Aku banyak kerjaan, jadi cepat katakan! apa maksud dari kedata

ru pergi lagi," tanyanya sambil melirik ke arah kursi

fas, dan terpaksa me

u ngeloyor melangkah ke arah kursi dan

perhatikan sekeliling rumah makanku. Raut wajahnya berubah-ubah, kadang m

mpatnya ada di sini? Mungkinkah dia sengaja memata-mataiku? Entahlah malas aku untuk me

nggak miskin kayak dulu lagi," sin

bah pakai acara menghinaku segala. Lama-kelamaan wanita ini sama persis seperti s

dada seraya bersandar di kursi, dan tak lupa menyilangkan kaki ke atas. Ah, gayaku ini persis sekali

sil kerjamu mana sanggup buat buka usaha." Terlihat Mira menyunggingkan b

u berusaha tidak terpancing dengan perkataan ngawurnya it

udah sukses dan banyak uang. Tetangga-tetanggamu juga tahu,

aru sadar pasti para tetangga kepoku lah yang memberitahu semuanya pada M

kesekian kalinya aku menggelengkan kepala. Apa maksud si Mira ini, seenaknya saja mau

nya aku datang ke sini. Sekalian aku ada perlu denganmu." Tanpa ada rasa malu dan bersalah sedikitpun padaku, jika diri

ning dan menatap lekat ke ar

adi aneh saja jika kamu ada perlu denganku." Sekarang aku tak perlu untuk berusaha bersikap sopan atau

menjadi serius dan

enemuimu hanya untuk membicarakan Shaka." Mira m

menyebut nama anakku Shaka, hati dan pikiranku mulai bergejolak

ak ada urusannya denganmu Mira." Nada suaraku mulai m

akam." Dengan santainya dia berbicara begitu padaku. Apa dia tidak sadar, jika dia

h?" Aku langsung

ku sebagai wanita bodoh. Wanita yang dulu tak pernah berontak

u-buru begitu," ucapnya sambil membenarka

ng terlihat santai dan ak

rai, Shaka tak lepas dan tak pernah jauh sekalipun dari kamu. Jadi ...?" Lagi-lagi Mi

" Sumpah demi apapun aku tak bisa menahan rasa kesalku pada wanita ini

kecil padaku, dan aku

nkah itu adil? Kamu maupun Bang Hakam akan sama-sama pernah merasakan h

otaknya, hingga dia bisa berpikiran picik seperti itu. Sekarang aku mengerti kedatangan Mira hanyalah untuk memperebutkan Shaka, karena dia ta

ng ada di hadapan Mira dengan keras, hingga menimbulkan suara yang menggema di ruangan ini. Tanga

sukses kalian ingin mengambilnya dariku. Hah, jangan mimpi kamu Mira! Aku tak akan membiarkan kamu memanfaatkan anakku. Sekarang rasakan kemiskinanmu bersama suami tercinta

Ayah, bukan sosok seorang Ibu saja yang dia kenal. Jadi kamu jangan egois Arini!" Dengan tak kalah sengitnya dariku, wanita ini beruc

, termasuk ingin merebut Shaka dariku. Memang aku dulu diam saja disaat dia mengambil Bang Hakam dariku karena har

ya. Dan jika memang Bang Hakam merasa Ayah kandungnya, kenapa dulu dia menelantarkan Shaka begitu saja, hah?" Aku menc

berubah merah, mungkin ma

." Dia menunjuk kasar padaku seolah-olah dia lah wanita yang sedang terdzolimi. Atau mungkin lebih tepatny

ata-kata licikmu itu, Bahkan semut sekalipun tidak akan percaya dengan omonganmu itu. Seka

alinya aku membentaknya dan

terkepal. Terlihat dadanya naik turun,

i aku sebagai istrinya Bang Hakam berhak atas apa yang Shaka punya, ingat itu!" sungut Mira dengan

emanggil orang-orang di sini, kalau kamu sudah membuat onar di tempatku," ancamku dengan tak seg

berlari terburu-buru ke arahku. Mungkin dia

a datang jadi ribut gini, sih," tanya

ang adu mulut ini membuat emosiku terkuras habis. Lal

mang wanita gila." Kemudian aku

dia tuh gila, datang teriak-teri

itam. Mungkin dengan rasa terpaksa, dia langsung menyambar tasnya yan

ak kami mengambil Shaka." Sebelum dia pergi, sempat-sempatnya dia b

i ke belakang, dan melangkah ce

dulu. Dan gilanya dia mengancam akan mengambil Shaka dariku. Memangnya dia itu siapa? Sekedar Ibu tiri nggak lebih. Lagipula Shaka sudah dewasa, apa yang mau diperebutkan? Toh, dia sudah bisa menentukan jalan hidupnya sendiri. K

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dasar tak tahu diri2 Bab 2 Kehadiran yang tak diinginkan3 Bab 3 Sudah minta, marah lagi4 Bab 4 Menyesal tidaklah berguna5 Bab 5 Pelit pada istri dan royal pada selingkuhan6 Bab 6 Wanita gila yang bertamu7 Bab 7 Ibu tiri yang tidak punya urat malu8 Bab 8 Memalukan9 Bab 9 Ikatan batin ibu dan anak10 Bab 10 Rencana licik Mira11 Bab 11 Wajah yang tidak asing lagi12 Bab 12 Penolakan tidak bersyarat13 Bab 13 Rasa marah dan benci yang sesungguhnya14 Bab 14 Orang-orang tidak tahu diri mati kutu15 Bab 15 Si pengirim pesan misterius16 Bab 16 Siapa malam-malam bertamu 17 Bab 17 Semakin ingin tahu18 Bab 18 Ternyata itu Pak Arjun19 Bab 19 Pelakor dan anaknya sama saja20 Bab 20 Anak tiri yang tidak tahu 21 Bab 21 Siapa wanita itu 22 Bab 22 Anak dan Ibu sama-sama gilanya23 Bab 23 Sesuatu yang aneh24 Bab 24 Terkejut25 Bab 25 Kecurigaan Arini26 Bab 26 Sebuah ancaman27 Bab 27 Sebuah persekongkolan28 Bab 28 Kewaspadaan Arjun29 Bab 29 Rencana A30 Bab 30 Siapa pemilik mobil itu 31 Bab 31 Kejadian di dalam mobil32 Bab 32 Lolos dari bahaya33 Bab 33 Kekhawatiran Arini34 Bab 34 Kejujuran Arjun35 Bab 35 Membuat perhitungan36 Bab 36 Jawaban tepat untuk mereka37 Bab 37 Perlawanan untuk mereka38 Bab 38 Cepatlah menikah!39 Bab 39 Pengambilan hak alih rumah40 Bab 40 Mati kutunya orang-orang licik41 Bab 41 Kekalahan untuk orang-orang jahat42 Bab 42 Darimana Lola mendapatkan harta 43 Bab 43 Sesuatu yang akan Pak Arjun katakan44 Bab 44 Dilema45 Bab 45 Mantan istri yang serakah46 Bab 46 Mantan istri yang selalu mengganggu47 Bab 47 Ketika hati sudah mantap48 Bab 48 Malam yang bahagia49 Bab 49 Kedekatan Arini dan calon Ibu mertua50 Bab 50 Mengunjungi saudara51 Bab 51 Adu mulut yang menyisakan luka52 Bab 52 Ketulusan hati53 Bab 53 Cepatlah menikah!54 Bab 54 Kejutan dari calon suami55 Bab 55 Kedatangan Hakam56 Bab 56 Adu mulut Arini dan Hakam57 Bab 57 Sesuatu yang dilakukan Arjun58 Bab 58 Sebuah kebaikan59 Bab 59 Hari pernikahan60 Bab 60 Tamu undangan yang bikin onar61 Bab 61 Ketakutan Hakam62 Bab 62 Adik untuk Shaka63 Bab 63 Nasihat Paman Jaya64 Bab 64 Rencana Arjun65 Bab 65 Sekarang aku punya ayah66 Bab 66 Sentuhan pertama 21+67 Bab 67 Perang di sosmed68 Bab 68 Ketulusan hati Arjun69 Bab 69 Menghilangnya Bu Rumi70 Bab 70 Cerita Bu Rumi71 Bab 71 Mengikuti72 Bab 72 Lebih baik lebih cepat73 Bab 73 Berdiskusi74 Bab 74 Menjebak75 Bab 75 Masuk jebakan76 Bab 76 Firasat buruk77 Bab 77 Kebusukan Hakam78 Bab 78 Manusia berhati Iblis79 Bab 79 Kobaran api yang menyala80 Bab 80 Bersilat lidah81 Bab 81 Rekaman CCTV82 Bab 82 Wanita-wanita yang haus nafsu83 Bab 83 Permainan cinta Ilham84 Bab 84 Bermain cantik85 Bab 85 Terima kasih Tuhan86 Bab 86 Tertangkap basah87 Bab 87 Sebuah penawaran88 Bab 88 Hati yang bahagia89 Bab 89 Sang penakluk hati, si perayu ulung.90 Bab 90 Kemarahan Mira91 Bab 91 Obrolan yang membakar hati92 Bab 92 Sebuah penyesalan93 Bab 93 Dilema94 Bab 94 Pagi hari yang terganggu95 Bab 95 Saling bersitegang96 Bab 96 Tontonan yang menarik97 Bab 97 Urusanku denganmu belum selesai, Hakam!98 Bab 98 Teruskan saja!99 Bab 99 Mendatangi Hakam100 Bab 100 Di balik diamnya seorang Arjun