Derita berujung bahagia
ku mengibaskan tangan di depan w
u. Dan Konyolnya, entah kenapa sesekali dia melirik
h. Mungkin saja itu sosok pangeran yang didatangkan oleh Tuhan untuk Mbak Arini yang canti
na. Dasar ini bocah bisa-bisanya dia me
gini masa iya dibilang cantik. Lina, Lina, kamu ini ad
Lina menggodaku. Malah dia sengaja menaikkan sedikit suaranya, hingga sebagian pen
p mulut Lina dan mel
pelan dengan suara yang tertahan. Ini bocah mulutnya benar-benar nggak
rkekeh sampai berderai airmata, h
n untuk mencari rizki. Dan waktu pun sekarang sudah mulai menjelang malam, tapi sengaja aku belum menutup rumah makank
jung pun sudah mulai tidak ada, dan a
emutuskan untuk duduk kembali, dan melihat ponselku. Ternyata Shaka yang menelepon. Rupanya dia sudah pulang bekerja. Ah, kasihan anakku Shaka pulang kerja tidak ada ak
dengar suara Shak
pulang?" tanyaku sambil duduk k
nggak, Bu?" tanya Shaka yang dari nada suar
sini," jawabku dengan suasana hati yang bahagia. Ya, meskipun kebahagiaan ini tad
ikin usaha. Ya, sudah, sekarang Ibu pulang saja! Atau kalau takut pulang malam nanti Shaka susul s
pasti numpang ikut sama Ibu, rumah dia kan dekat sama kita," tolakku lemb
Shaka?" Shaka bertanya lagi, sep
n kamu istirahat saja, pasti capek kan?" Aku
ati selalu kepikiran Ibu terus. Aku takut Ibu kenapa-kenapa." Suara Shaka terdengar mel
irkan aku terus. Ya, mungkin kejadianku tadi pagi dengan Mira itu langsung kontak batin d
asihan Lina sendirian di dapur," dustaku tidak memberitahukan perihal sebenarnya yang terjadi tadi pagi dengan Mira kepada Sha
u tak ingin menambah beban pikirannya dengan penawaran gila Si Mira itu. Biarlah
as lega, bersyukur karena Shaka tidak terlalu mempertanyakan perihal hatinya yang mendadak tidak
sa. Dia begitu cekatan dalam membantu pekerjaan. Tinggal menyapu lantai saja pekerjaan
sai. Setelah memastikan semuanya telah aman dan benar, aku
erlihat kosong, mungkin sebagian orang sudah selesai dengan aktivitasnya di
ama, Lina pun turun dari sepeda motor,
adaku. Sebelum masuk ke dalam rumahnya, sempat-sempatnya dia menggodaku seperti i
Istirahatlah!" Aku mendorong pelan tu
ecil, hingga tawanya itu menghilang seiring d
kan sepeda motorku. Setelah melewati barisan lima rumah dari tempat Lina tinggal, akhi
pintu, gagang pintu dari dalam rumah sudah terdengar diputar. Perlahan pintu terbuka, dan terlihat Shaka menyam
minum dulu, ya." Begitu hormatnya Shaka padaku, tanpa dimin
n sisa-sisa dari rasa lelah dan letihku sesudah seharian mencari rezeki, tapi aku mensyukuriny
kue untukku. Ah, anak itu membuat aku selalu terharu dan bangga padanya. Mungkin kare
hangat dan makanan di atas meja. K
erasa enak sekali pijatan Shaka, membuat tubuhku sedikit rileks. Maklumlah tubuhku yang tidak muda lagi ini
sejenak aku membiarkan mulut ini mencicipi aneka kue yang dibawa Shaka, enak sekali. Satu persatu kue-kue tersebut sudah berpindah tempat ke mulutku, hingga hampir setengah piring aku menghab
wajahnya. Apalagi ketika melihat aku lahap memakan kue ter
dia masih kecil seperti dulu, hingga aku merasa bersalah tidak bisa menyediakan dia makanan di saat pulang kerja. Malah sebaliknya sekarang dia yang menyediakan makanan untukku. Anak ini dari
nin Ibu terus." Shaka bergelayut manja di tanganku. Lah, katanya bukan anak kecil, tapi kenapa dia manja padaku?
makan siang. Katanya dia juga pernah makan siang di lingkungan rumah makan kita, Bu. Terus di
u makannya di restoran bukan di rumah makan kecil." Aku menangkupkan kedua tanganku di pipi Shaka dan me
ka itu orangnya baik banget, suka berbaur dengan siapa saja. Enak dia
anti besok Ibu akan buatkan menu spesial yang paling enak buat kalian be