Derita berujung bahagia
Bu?" tanya Shaka seten
angan dia mau minta tolong lagi sama
ia hanya cengar-cengir tak karuan saja. Sepertinya dia enggan
an 'Nak' sama seperti aku. Gayanya seperti orang lemah lembut saja, padahal dulu sewaktu Shaka
alnya, dan akhirnya menatap m
dia menggebu-gebu membenci Bang Hakam, namun di depannya dia masih mempertahankan etika kesopanannya sebagai anak, mau mema
dari Shaka. Dan berbeda balik dengan aku, rasanya hati ini kesal pada Shaka
asti akan kesal karena sikapnya yang terlalu ba
ah berbisik padaku, lalu Shaka melangkah, dan dengan santainya di
enyusul Shaka, lalu duduk
ada orang yang kehausan," sin
ndir dengan ucapanku barusan. Ya, seharusnya orang seperti dia jangan dibikin nyaman d
kin tahu aku hanya sekedar basa-basi saja, biar tidak t
h ke dalam dua gelas, tentunya untuk Shaka dan mantan suamiku. Saat menuangkan air minum ke dalam ge
ke beranda depan sambil membawa ai
aruhnya dengan sedikit kasar, hingga air minum tersebut sedikit bercipratan ke meja. Dan Bang Hakam terli
ya aku pun berinisiatif untuk memulainya, agar Bang Hakam cepat mengutarakan apa
ng ada orangnya. Cepat katakan! Ada perlu apa?" Ta
jahnya jika dia sedang susah. Tak seperti dulu yang selalu menatap tega
an, Ayah benar-benar tidak punya uang. Lagipula kan kamu sudah bekerja dan tentunya banyak uang, tolonglah orang tua
arkan demi wanita yang bernama Mira itu. Ya, dia adalah wanita selingkuhan Bang Hakam yang kini sudah menjadi istrinya dan mengandung anak
ara. Aku ingin mendengar apa yang akan d
tri baru dan anak tiri Ayah. Dan sudah aku katakan, aku tak banyak uang untuk menolong hidup kalian. Lagipula itu bukan urusan
orang tua. Berbakti pada seorang Ayah itu wajib hukumnya, Shaka," uja
enghembuskan nafas, demi mendengar ka
Sengaja aku memotong perkataan Bang Hakam. Rasanya rasa
hku dengan sorotan mata y
ng baik-baik, diajarin hormat dan sayang pada Ayahnya, bukan sebaliknya diajarin membenci Ayahnya." Ya, Gusti Allah ingin rasanya aku menimpuk
. Entah apa lagi yang harus aku katakan pada laki-laki yang
juga tidak sayang padanya. Sadar nggak sih dulu kamu menelantarkan Shaka? Sadar ngg
. Dia pun nampak ingin marah padaku, namun demi mengingat niatnya untuk
Shaka. Sedangkan kewajibanku menanggung Istri dan keluargaku." Entah
wajahnya. Sepertinya dia enggan untuk menyahuti perkataan Bang Hakam. Ya, memang jika diladeni ras
inta tolong sama dia? Ya, sudah kesusahanmu itu berbagi saja dengan Istri dan keluargamu saja
ya mantan Ayah, ingat itu!" Perkataan Bang Hakam sudah ngelantur kem
yang semakin ngelantur kemana-mana, akhirnya dia angkat bicara juga. M
untuk lahiran Istri barumu itu." Kata-kata Shaka terdengar tajam. Terlihat benar
sudah mendidik kamu jadi anak yang tidak benar." Gila ini lelaki
dulu tega sama dia, iya, kan?"
enggebrak meja. Kedua matanya memerah, den
elitnya," geram Bang Hakam dengan ge
lihat dadanya naik turun, demi men
rti ini, jadi jangan pernah satu kata pun Ayah mengeluarkan kata-kata kotor pada Ibuku. Ingat itu, camkan baik-baik!" Tan
benar-benar sudah tidak tahan den
ak mau bertemu denganmu lagi! Pergilah!" Aku menunjuk ke arah depan den
ajunya yang sedikit kusut, menandakan dia akan bers
it padaku, bukan?" Sebelum dia bangkit dari duduknya, sempat-sempatnya dia bicara seperti itu. Dasar la
banting kasar pagar rumahku. Untung saja jantungk
h minta, marah lagi," gumamku sambi
ke dalam rumah. Dan klek, aku menutup pintu deng
rdengar pintu diketuk keras dari luar. Sejenak ak
mulai panas dan dongkol lagi, kare