Derita berujung bahagia
dah janji dengan kekasihku, Mira. Ya, seperti biasa aku selalu menjemputnya di rumahnya. Dan terny
n aku pun langsung menghentikan sepeda
ya dengan suara ya
kaian yang sexi membuat setiap para lelaki yang melihatnya pasti akan meneteskan air liur. Begitupun dengan diriku yang jiwa kelakianku selalu bangkit ji
mengedipkan mata nakalku ke arahnya, dan Mira pun membalasnya
antusias ketika dia menempel di tubuhku. Ya, kami layaknya pasangan remaja yang sedang dimabuk asmara. Berbeda dengan Istri
Saat itu tak ada sedikitpun rasa takut di dalam hatiku, jika ada yang menyampaikan perselingkuhanku ini pada Arini. Malah aku merasa s
enghabiskan waktuku dengan Mira. Dia tidak segan-se
nya seraya mengalungkan k
ng aku menyebutnya dengan sebutan ya
annya, malah dia menggodaku habis-habisan. Bibirnya yang s
saran, sekaligus gemas demi meliha
eperluan sekolah Ilham. Boleh nggak aku minta uan
a. Apa sih yang tidak a
tanyaku seraya menc
Mira? Please!" Mira menggigit bibir bawa
awabku. Lalu aku merogoh dompet di saku celana, dan m
erbinar-binar ketika aku menyera
ih." Cup, satu kecupan lembut pun mendarat di pipiku. Seketika aku langsung membelalak, tak percaya jika Mira akan
juta dariku, Mira pun lang
ra. Tubuhnya yang indah dan bibirnya yang seksi, membuatku semakin tergila-gila. Dan uang dua juta tidaklah ada artinya dengan kemolekan tubuhnya. Berapapun uang
h gila berbanding jauh dengan pemberianku pada Mira, dan lebih gilanya itu untuk keperluan anaknya, Ilham. Sedangkan anakku Shaka hanya diberi jatah jatah jajan dengan jumlah di bawah kata
an keras dari suara Mira membangun
tna nagih hutang tuh," teria
ma teman-teman rempongnya itu. Ya, demi penampilan dia rela ngutang sana sini asal mendapatkan sejuta pujian dari orang lain. Berbeda dengan Arini, dia dulu selagi menjadi istriku tak pernah sekalipun dia meminta padaku untuk kepentingan penampilannya. Dia istri sederhana dan apa adan
hat Mira berjalan cepat ke arahku yang s
uangnya? Cepet! Kasihan tuh Bu Ratna udah nunggu lama. Bisa-bisa dia marah sama aku gara-gara telat bayar h
kasar wajahku. Jelas aku marah dan don
keperluan hidup, buat kepentingan dirimu sendiri saja. Ya, sudah bayar saja sendiri. Lah, uangnya juga dipakai sama kamu," balasku yang tingkat kesabaranku sudah semakin menipis. Dan jik
-orang. Malu kan harus pakai baju yang itu itu terus," bantah Mira seraya menyambar kasar pergelangan tanganku, namu
tik." Aku segera bangkit dan melengos dari hadapannya,
pintu kamar, hingga menimbulkan
idak berani biar aku saja yang minta sama anakmu itu. Dasar penakut." Meskipun aku sudah keluar dari dalam kam
haka, yang jelas-jelas dia adalah wanita yang sudah merebut aku dari ibunya, dan dia juga yang menjadi penyebab aku menelantarkan Shaka. Jadi mana mung
embuka rumah makan. Ya, meskipun itu rumah makan kecil-kecilan tapi aku sangat bersyukur sekali. Sekarang aku tidak bekerja sebagai tukang cuci dan setrik
batan anakku setelah lulus kuliah semakin melejit ke atas. Dia sekarang sedang naik daun di kantornya. Entah persis seperti apa jabatannya aku nggak tahu, karena aku ini hanya seorang Ibu biasa yang jauh dari kata m
ergian kemana-mana Shaka selalu menyempatkan untuk mengantarku, namun berhubung sekarang Shaka sedang lagi sibuk-sibuknya dengan p
ku. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, dan pas sekali di
sudah rapi, dan yang melakukannya adalah Lina te
tang," sapanya yang terl
tas selempang di atas meja dan mengambil kain lap un
yang harus dirapikan, makanya aku sengaja pagi-pagi sekali datang biar
n banyak-banyak dulu sih, nanti kita lihat ramai nggaknya d
ian Lina pun mengi
rit pembeli. Ya, memang sejak dulu kemahiranku adalah memasak. Banyak yang bilang hasil masakanku
n di dapur, tiba-tiba dari luar terdenga
anggil nama aku?" tanyaku
iak, dasar orang aneh. Ya, sudah aku lihat dulu, ya, keluar," rutuk Lina. Kemu
ermangu, bertanya-tanya siapa orang yang
n datang tergopoh-gopoh dengan
el banget tampangnya belagu kayak orang kaya saja." Lina mengedikkan bah
ang tadi memanggil namaku. Apalagi L
a?" gumamku