Derita berujung bahagia
nti-hentinya Lina menyebut Mira dengan sebutan wanita gila. Mungkin dilihat dari sik
" jawabku, dari sisa-sisa suar
g membelalak
n bercanda." Ekspresi wajah
," balasku seraya ngeloyor melangkah ke arah ruangan d
ang tuaku. Aku adalah anak semata wayang, dan sanak saudara dari almarhum dari Ibu dan Ayah pun tinggal jauh di luar pulau. Sedih bukan nasibku yang dulu? Sudah tidak punya orang tua, anak semata wayang, sanak saudara pun
siang. Ya, meskipun ini adalah hari pertamaku membuka rumah makan, namun sebelumnya aku dan Shaka sudah survei jika di lokas
iri di sampingku, melanjutkan kembali memoton
ungkin dia masih penasaran dengan siapa sosok Mira it
ni? Terus bikin ribut, kayak yang nggak punya malu, yah?" Lina terus berucap, namun
g ayam pun langsung menghembuska
am yang akan menjaga Shaka," jawabku dengan tersenyum getir. Hati in
nghentikan aktivitasnya
nya kan kalau mau ngerebutin anak waktu Shaka masih kecil saja, bukan sekarang Shaka yang udah besar, itu mah pengen enaknya aja. Lagian juga Shaka sebentar lagi
dah waktunya punya istri, ngapain harus diperebutkan? Emang si Mira dan Bang Hakam itu
edangkan dulu Bang Hakam setelah bercerai dengan aku tak pernah sepeser pun dia memberi nafkah untuk Shaka. Dia hanya peduli dengan istri baru dan anak tirinya beserta keluarganya saja. Bang Hakam semenjak dulu sudah menelantarkan Shaka," tuturku sambil menyeka buliran air m
a itu. Dasar orang gendeng! Dasar orang tidak tahu diri." Lina meremas-remas kuat sayuran yang se
al dan dongkolnya, apalagi aku dan Shaka yang merasakan ada di posisi seperti itu
di saat inilah aku memperlihatkan sisi lemahku pada Lina, yang biasanya
aja, jangan pakai acara dikasih hati dulu. Orang kayak mereka itu semakin melunjak kalau dikasih hati. Dan lebih baik mendingan sekarang Mbak Arini cari jodoh buat pendamping
ku udah tua gini mana kepikiran buat cari pendamping hidup. Lagian sekarang tuh yang pantas memikirkan calon pendamping hidup itu Shaka bukan aku. Aku tuh pantasnya sekarang
erkekeh geli, dan lang
capek, meskipun dikejar-kejar waktu dan sebegitu banyaknya pekerja
empat penyimpanan makanan di depan sana. Dengan gesitnya Lina pun satu persatu
us berdiri untuk memasak. Dan sekarang aku tinggal menunggu para pengunjung untuk untuk makan di sini. Sebentar la
dangkan aku hanya menunggu di ambang pintu dapur saja, karena m
melayani para pengunjung. Ya, masih sedikit Lina pasti bisa menanganinya seorang diri. Lama kelamaan para pengunjung pun berdatangan lagi. Sekarang rumah makanku sudah tampak ram
apek melayani para pengunjung yang memesan berbagai makanan dan minuman, namun dibalik dari rasa lelah dan capek itu di dalam hati
let," bisik Lina sambil meringis dan memegang perutnya. Rupanya
ya, nanti aku kerepotan sendirian, yang
angkah ke arah ruangan belakangan, dan sekarang t
ang melakukannya. Lina lumayan cukup lama buang air besarnya. Entahlah mungkin dia sakit perut atau apa? Jujur aku kurang
arah para pengunjung terdengar suara serak namun merdu memanggilku. Dan it
mau pesan!" pa
perti para pekerja karyawan kantor pada umumnya, bersih dan ra
u, ya," sahutku pada pe
dah terlebih dahulu memesan. Kemudian setelah itu aku pun la
, Mas?" tanyak
," jawabnya lembut. Entah kenapa pria ini selalu mencuri-cu
ahutku sambil tersenyum dan dia pun m
anan sesuai dengan apa si pria itu pesan. Setelah selesai a
u langsung menaruh makanan
-benar berbeda dari yang lain. Dia begitu sopan, hingga menyemp
dilakukan oleh para penjual kepada para pengunjungnya. Lalu aku melangk
ergelangan tanganku dan menahan tubuhku
kecapean." Ternyata orang yang menyambar tan
ubuhku ditahan oleh tangannya, hingga
mengganggu," ucapku gugup dan langs
ar tidak jatuh lagi." Terlihat pria yang sudah tidak m
ganggukkan kepala d
menghindari dari rasa malu akib
tempat penyimpanan makanan. Dan anehnya kenap
mbisikkan sesuatu yang membuat
oh. Eh, ternyata jodohnya sudah nong
menggodaku seperti itu. Apa yang dia pikirkan? Apa ja