icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Derita berujung bahagia

Bab 8 Memalukan

Jumlah Kata:1746    |    Dirilis Pada: 16/07/2022

nti-hentinya Lina menyebut Mira dengan sebutan wanita gila. Mungkin dilihat dari sik

" jawabku, dari sisa-sisa suar

g membelalak

n bercanda." Ekspresi wajah

," balasku seraya ngeloyor melangkah ke arah ruangan d

ang tuaku. Aku adalah anak semata wayang, dan sanak saudara dari almarhum dari Ibu dan Ayah pun tinggal jauh di luar pulau. Sedih bukan nasibku yang dulu? Sudah tidak punya orang tua, anak semata wayang, sanak saudara pun

siang. Ya, meskipun ini adalah hari pertamaku membuka rumah makan, namun sebelumnya aku dan Shaka sudah survei jika di lokas

iri di sampingku, melanjutkan kembali memoton

ungkin dia masih penasaran dengan siapa sosok Mira it

ni? Terus bikin ribut, kayak yang nggak punya malu, yah?" Lina terus berucap, namun

g ayam pun langsung menghembuska

am yang akan menjaga Shaka," jawabku dengan tersenyum getir. Hati in

nghentikan aktivitasnya

nya kan kalau mau ngerebutin anak waktu Shaka masih kecil saja, bukan sekarang Shaka yang udah besar, itu mah pengen enaknya aja. Lagian juga Shaka sebentar lagi

dah waktunya punya istri, ngapain harus diperebutkan? Emang si Mira dan Bang Hakam itu

edangkan dulu Bang Hakam setelah bercerai dengan aku tak pernah sepeser pun dia memberi nafkah untuk Shaka. Dia hanya peduli dengan istri baru dan anak tirinya beserta keluarganya saja. Bang Hakam semenjak dulu sudah menelantarkan Shaka," tuturku sambil menyeka buliran air m

a itu. Dasar orang gendeng! Dasar orang tidak tahu diri." Lina meremas-remas kuat sayuran yang se

al dan dongkolnya, apalagi aku dan Shaka yang merasakan ada di posisi seperti itu

di saat inilah aku memperlihatkan sisi lemahku pada Lina, yang biasanya

aja, jangan pakai acara dikasih hati dulu. Orang kayak mereka itu semakin melunjak kalau dikasih hati. Dan lebih baik mendingan sekarang Mbak Arini cari jodoh buat pendamping

ku udah tua gini mana kepikiran buat cari pendamping hidup. Lagian sekarang tuh yang pantas memikirkan calon pendamping hidup itu Shaka bukan aku. Aku tuh pantasnya sekarang

erkekeh geli, dan lang

capek, meskipun dikejar-kejar waktu dan sebegitu banyaknya pekerja

empat penyimpanan makanan di depan sana. Dengan gesitnya Lina pun satu persatu

us berdiri untuk memasak. Dan sekarang aku tinggal menunggu para pengunjung untuk untuk makan di sini. Sebentar la

dangkan aku hanya menunggu di ambang pintu dapur saja, karena m

melayani para pengunjung. Ya, masih sedikit Lina pasti bisa menanganinya seorang diri. Lama kelamaan para pengunjung pun berdatangan lagi. Sekarang rumah makanku sudah tampak ram

apek melayani para pengunjung yang memesan berbagai makanan dan minuman, namun dibalik dari rasa lelah dan capek itu di dalam hati

let," bisik Lina sambil meringis dan memegang perutnya. Rupanya

ya, nanti aku kerepotan sendirian, yang

angkah ke arah ruangan belakangan, dan sekarang t

ang melakukannya. Lina lumayan cukup lama buang air besarnya. Entahlah mungkin dia sakit perut atau apa? Jujur aku kurang

arah para pengunjung terdengar suara serak namun merdu memanggilku. Dan it

mau pesan!" pa

perti para pekerja karyawan kantor pada umumnya, bersih dan ra

u, ya," sahutku pada pe

dah terlebih dahulu memesan. Kemudian setelah itu aku pun la

, Mas?" tanyak

," jawabnya lembut. Entah kenapa pria ini selalu mencuri-cu

ahutku sambil tersenyum dan dia pun m

anan sesuai dengan apa si pria itu pesan. Setelah selesai a

u langsung menaruh makanan

-benar berbeda dari yang lain. Dia begitu sopan, hingga menyemp

dilakukan oleh para penjual kepada para pengunjungnya. Lalu aku melangk

ergelangan tanganku dan menahan tubuhku

kecapean." Ternyata orang yang menyambar tan

ubuhku ditahan oleh tangannya, hingga

mengganggu," ucapku gugup dan langs

ar tidak jatuh lagi." Terlihat pria yang sudah tidak m

ganggukkan kepala d

menghindari dari rasa malu akib

tempat penyimpanan makanan. Dan anehnya kenap

mbisikkan sesuatu yang membuat

oh. Eh, ternyata jodohnya sudah nong

menggodaku seperti itu. Apa yang dia pikirkan? Apa ja

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dasar tak tahu diri2 Bab 2 Kehadiran yang tak diinginkan3 Bab 3 Sudah minta, marah lagi4 Bab 4 Menyesal tidaklah berguna5 Bab 5 Pelit pada istri dan royal pada selingkuhan6 Bab 6 Wanita gila yang bertamu7 Bab 7 Ibu tiri yang tidak punya urat malu8 Bab 8 Memalukan9 Bab 9 Ikatan batin ibu dan anak10 Bab 10 Rencana licik Mira11 Bab 11 Wajah yang tidak asing lagi12 Bab 12 Penolakan tidak bersyarat13 Bab 13 Rasa marah dan benci yang sesungguhnya14 Bab 14 Orang-orang tidak tahu diri mati kutu15 Bab 15 Si pengirim pesan misterius16 Bab 16 Siapa malam-malam bertamu 17 Bab 17 Semakin ingin tahu18 Bab 18 Ternyata itu Pak Arjun19 Bab 19 Pelakor dan anaknya sama saja20 Bab 20 Anak tiri yang tidak tahu 21 Bab 21 Siapa wanita itu 22 Bab 22 Anak dan Ibu sama-sama gilanya23 Bab 23 Sesuatu yang aneh24 Bab 24 Terkejut25 Bab 25 Kecurigaan Arini26 Bab 26 Sebuah ancaman27 Bab 27 Sebuah persekongkolan28 Bab 28 Kewaspadaan Arjun29 Bab 29 Rencana A30 Bab 30 Siapa pemilik mobil itu 31 Bab 31 Kejadian di dalam mobil32 Bab 32 Lolos dari bahaya33 Bab 33 Kekhawatiran Arini34 Bab 34 Kejujuran Arjun35 Bab 35 Membuat perhitungan36 Bab 36 Jawaban tepat untuk mereka37 Bab 37 Perlawanan untuk mereka38 Bab 38 Cepatlah menikah!39 Bab 39 Pengambilan hak alih rumah40 Bab 40 Mati kutunya orang-orang licik41 Bab 41 Kekalahan untuk orang-orang jahat42 Bab 42 Darimana Lola mendapatkan harta 43 Bab 43 Sesuatu yang akan Pak Arjun katakan44 Bab 44 Dilema45 Bab 45 Mantan istri yang serakah46 Bab 46 Mantan istri yang selalu mengganggu47 Bab 47 Ketika hati sudah mantap48 Bab 48 Malam yang bahagia49 Bab 49 Kedekatan Arini dan calon Ibu mertua50 Bab 50 Mengunjungi saudara51 Bab 51 Adu mulut yang menyisakan luka52 Bab 52 Ketulusan hati53 Bab 53 Cepatlah menikah!54 Bab 54 Kejutan dari calon suami55 Bab 55 Kedatangan Hakam56 Bab 56 Adu mulut Arini dan Hakam57 Bab 57 Sesuatu yang dilakukan Arjun58 Bab 58 Sebuah kebaikan59 Bab 59 Hari pernikahan60 Bab 60 Tamu undangan yang bikin onar61 Bab 61 Ketakutan Hakam62 Bab 62 Adik untuk Shaka63 Bab 63 Nasihat Paman Jaya64 Bab 64 Rencana Arjun65 Bab 65 Sekarang aku punya ayah66 Bab 66 Sentuhan pertama 21+67 Bab 67 Perang di sosmed68 Bab 68 Ketulusan hati Arjun69 Bab 69 Menghilangnya Bu Rumi70 Bab 70 Cerita Bu Rumi71 Bab 71 Mengikuti72 Bab 72 Lebih baik lebih cepat73 Bab 73 Berdiskusi74 Bab 74 Menjebak75 Bab 75 Masuk jebakan76 Bab 76 Firasat buruk77 Bab 77 Kebusukan Hakam78 Bab 78 Manusia berhati Iblis79 Bab 79 Kobaran api yang menyala80 Bab 80 Bersilat lidah81 Bab 81 Rekaman CCTV82 Bab 82 Wanita-wanita yang haus nafsu83 Bab 83 Permainan cinta Ilham84 Bab 84 Bermain cantik85 Bab 85 Terima kasih Tuhan86 Bab 86 Tertangkap basah87 Bab 87 Sebuah penawaran88 Bab 88 Hati yang bahagia89 Bab 89 Sang penakluk hati, si perayu ulung.90 Bab 90 Kemarahan Mira91 Bab 91 Obrolan yang membakar hati92 Bab 92 Sebuah penyesalan93 Bab 93 Dilema94 Bab 94 Pagi hari yang terganggu95 Bab 95 Saling bersitegang96 Bab 96 Tontonan yang menarik97 Bab 97 Urusanku denganmu belum selesai, Hakam!98 Bab 98 Teruskan saja!99 Bab 99 Mendatangi Hakam100 Bab 100 Di balik diamnya seorang Arjun