Derita berujung bahagia
ra itu yang tak lain adalah Bang Hakam m
ti antara buka atau tidak? Dan sialnya suara ketukan
u. Cepat buka pintunya! Atau aku akan teriak." Suara ketukan itu semakin keras. Bahkan tak
orang tidak tahu diri ini. Berani-beraninya dia
Mengganggu orang sa
pintu. Terlihat Bang Hakam berdiri de
agi?" tany
ku habis," ja
ekilas menatapnya, lalu m
" Aku bertanya kembali, dengan
sama sekali tidak punya uang," ucapny
begitu beraninya, sampai dia tid
ar tanganku dan bersiap-siap untuk menutup pintu kembali. Namun deng
t aku jalan kaki?" Terlihat kesabarannya sudah semakin menipis. R
akan berlama-lama lagi di sini, akhirnya aku pun terpaksa m
jangan pernah kemari lagi," ucapku sambil menyod
an mata berbinar-binar, Bang Hakam
minta uang sama kamu atau Shaka." Tanpa mengucapkan kata terima kasih, dia lang
a butuh sesuatu, dia akan meminta uang lagi pada aku atau Shaka. Memangnya dia itu siapa? Sedangkan dulu jika aku sedang kesulitan tidak punya uang untuk
a Bang Hakam akan balik lagi. Bisa jadi kan orang
aka mengagetkanku, karena saat
bensin. Ya, Ibu kasih saja daripada berisik dia ngomong terus. Di
kesal dan menata
bantu di saat kita kesulitan." Terlihat raut wajah Shaka sedang menerawang. Ya, aku t
Hitung-hitung sedekah pada orang pelit," sahutku
n Shaka rasa dia tidak pernah ngasih," ucapnya serak, seperti menahan tangisann
at di benakku, Bang Hakam pernah sekali memberi Shaka nafkah setelah kami berpisah. Dia melemparkan uang 100 ribu untuk jajan Shaka, dan semenj
nnya. Kamu juga pasti masih lapar, kan?" Tak perlu menunggu Jawaban dari
tangan Bang Hakam. Shaka begitu lahap menikmati makanannya. Seolah-olah dia melampiaskan s
a
h. Rasa kesal ini rasanya sudah di ubun-ubun kepalaku. Langsung
h kamar terlihat Mira datang tergopoh-gopoh menyambut kedatanganku, dan tent
nya dibanting? Kan berisik," sapanya
berhasil meminta uang pada Shaka. Aku malah memilih duduk dan membi
ng kalau kamu tidak berhasil," tanyanya, yang
etus. Boro-boro mau ngomong panjang le
i dengan langkah yang cepat, dia langsu
uangnya. Masa, sih, tidak ngasih uang sama kamu. Atau jangan-jangan kamu yang tidak berani minta uang sama dia?" Tanp
isa beli bensin, itu pun Arini yang ngasih 100 ribu bukan Shaka," ucapku s
0 ribu pada Mira. Terserah dia mau terima atau tidak, yan
ek 50 ribu itu. Lalu dengan kasar dan tidak sop
rlontar dari mulutnya. Padahal dulu sewaktu aku berpacaran dengannya, tepatnya ketika aku selingkuh di belakang Arini, Mira terlihat begitu manis dan memanjakan aku. Bahkan dia bisa membuat aku tergelepar-gelepar dengan rayuan mautnya itu, hingga aku
sa dulu telah menelantarkannya, tak pernah sepeser pun aku memberinya n
aja yang langsung minta pada Si Shaka." Mira bukannya mengerti, malah semakin kacau
memintanya langsung pada Shaka. Ingat, aku ini sudah menelantarkan Shaka. Malu dong kalau minta terang-terangan maksa." Aku
ib menafkahi si Shaka bukan kamu. Tanggung jawab kamu tuh aku, anakku, dan anak yang sedang aku kandung ini," bantahnya
jak dia masih kecil, kira-kira usianya sama 5 tahun seperti Shaka ketika aku menikahi Mira. Aneh bukan aku lebih mengutamakan menafkahi anak tiriku daripada Shaka anak kandungku sendiri? Padahal Ilham sekarang sudah bekerja di luar kota, dan seharusnya dia membantu pe
h memilih meninggalkannya duduk sendirian. Aku bergegas melangkah k
a nasi putih saja yang ada di sana, berarti Mira tidak masak. Ah, rasa lapar
ku yang sudah tidak bisa