icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Derita berujung bahagia

Bab 4 Menyesal tidaklah berguna

Jumlah Kata:1554    |    Dirilis Pada: 16/07/2022

ra itu yang tak lain adalah Bang Hakam m

ti antara buka atau tidak? Dan sialnya suara ketukan

u. Cepat buka pintunya! Atau aku akan teriak." Suara ketukan itu semakin keras. Bahkan tak

orang tidak tahu diri ini. Berani-beraninya dia

Mengganggu orang sa

pintu. Terlihat Bang Hakam berdiri de

agi?" tany

ku habis," ja

ekilas menatapnya, lalu m

" Aku bertanya kembali, dengan

sama sekali tidak punya uang," ucapny

begitu beraninya, sampai dia tid

ar tanganku dan bersiap-siap untuk menutup pintu kembali. Namun deng

t aku jalan kaki?" Terlihat kesabarannya sudah semakin menipis. R

akan berlama-lama lagi di sini, akhirnya aku pun terpaksa m

jangan pernah kemari lagi," ucapku sambil menyod

an mata berbinar-binar, Bang Hakam

minta uang sama kamu atau Shaka." Tanpa mengucapkan kata terima kasih, dia lang

a butuh sesuatu, dia akan meminta uang lagi pada aku atau Shaka. Memangnya dia itu siapa? Sedangkan dulu jika aku sedang kesulitan tidak punya uang untuk

a Bang Hakam akan balik lagi. Bisa jadi kan orang

aka mengagetkanku, karena saat

bensin. Ya, Ibu kasih saja daripada berisik dia ngomong terus. Di

kesal dan menata

bantu di saat kita kesulitan." Terlihat raut wajah Shaka sedang menerawang. Ya, aku t

Hitung-hitung sedekah pada orang pelit," sahutku

n Shaka rasa dia tidak pernah ngasih," ucapnya serak, seperti menahan tangisann

at di benakku, Bang Hakam pernah sekali memberi Shaka nafkah setelah kami berpisah. Dia melemparkan uang 100 ribu untuk jajan Shaka, dan semenj

nnya. Kamu juga pasti masih lapar, kan?" Tak perlu menunggu Jawaban dari

tangan Bang Hakam. Shaka begitu lahap menikmati makanannya. Seolah-olah dia melampiaskan s

a

h. Rasa kesal ini rasanya sudah di ubun-ubun kepalaku. Langsung

h kamar terlihat Mira datang tergopoh-gopoh menyambut kedatanganku, dan tent

nya dibanting? Kan berisik," sapanya

berhasil meminta uang pada Shaka. Aku malah memilih duduk dan membi

ng kalau kamu tidak berhasil," tanyanya, yang

etus. Boro-boro mau ngomong panjang le

i dengan langkah yang cepat, dia langsu

uangnya. Masa, sih, tidak ngasih uang sama kamu. Atau jangan-jangan kamu yang tidak berani minta uang sama dia?" Tanp

isa beli bensin, itu pun Arini yang ngasih 100 ribu bukan Shaka," ucapku s

0 ribu pada Mira. Terserah dia mau terima atau tidak, yan

ek 50 ribu itu. Lalu dengan kasar dan tidak sop

rlontar dari mulutnya. Padahal dulu sewaktu aku berpacaran dengannya, tepatnya ketika aku selingkuh di belakang Arini, Mira terlihat begitu manis dan memanjakan aku. Bahkan dia bisa membuat aku tergelepar-gelepar dengan rayuan mautnya itu, hingga aku

sa dulu telah menelantarkannya, tak pernah sepeser pun aku memberinya n

aja yang langsung minta pada Si Shaka." Mira bukannya mengerti, malah semakin kacau

memintanya langsung pada Shaka. Ingat, aku ini sudah menelantarkan Shaka. Malu dong kalau minta terang-terangan maksa." Aku

ib menafkahi si Shaka bukan kamu. Tanggung jawab kamu tuh aku, anakku, dan anak yang sedang aku kandung ini," bantahnya

jak dia masih kecil, kira-kira usianya sama 5 tahun seperti Shaka ketika aku menikahi Mira. Aneh bukan aku lebih mengutamakan menafkahi anak tiriku daripada Shaka anak kandungku sendiri? Padahal Ilham sekarang sudah bekerja di luar kota, dan seharusnya dia membantu pe

h memilih meninggalkannya duduk sendirian. Aku bergegas melangkah k

a nasi putih saja yang ada di sana, berarti Mira tidak masak. Ah, rasa lapar

ku yang sudah tidak bisa

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Dasar tak tahu diri2 Bab 2 Kehadiran yang tak diinginkan3 Bab 3 Sudah minta, marah lagi4 Bab 4 Menyesal tidaklah berguna5 Bab 5 Pelit pada istri dan royal pada selingkuhan6 Bab 6 Wanita gila yang bertamu7 Bab 7 Ibu tiri yang tidak punya urat malu8 Bab 8 Memalukan9 Bab 9 Ikatan batin ibu dan anak10 Bab 10 Rencana licik Mira11 Bab 11 Wajah yang tidak asing lagi12 Bab 12 Penolakan tidak bersyarat13 Bab 13 Rasa marah dan benci yang sesungguhnya14 Bab 14 Orang-orang tidak tahu diri mati kutu15 Bab 15 Si pengirim pesan misterius16 Bab 16 Siapa malam-malam bertamu 17 Bab 17 Semakin ingin tahu18 Bab 18 Ternyata itu Pak Arjun19 Bab 19 Pelakor dan anaknya sama saja20 Bab 20 Anak tiri yang tidak tahu 21 Bab 21 Siapa wanita itu 22 Bab 22 Anak dan Ibu sama-sama gilanya23 Bab 23 Sesuatu yang aneh24 Bab 24 Terkejut25 Bab 25 Kecurigaan Arini26 Bab 26 Sebuah ancaman27 Bab 27 Sebuah persekongkolan28 Bab 28 Kewaspadaan Arjun29 Bab 29 Rencana A30 Bab 30 Siapa pemilik mobil itu 31 Bab 31 Kejadian di dalam mobil32 Bab 32 Lolos dari bahaya33 Bab 33 Kekhawatiran Arini34 Bab 34 Kejujuran Arjun35 Bab 35 Membuat perhitungan36 Bab 36 Jawaban tepat untuk mereka37 Bab 37 Perlawanan untuk mereka38 Bab 38 Cepatlah menikah!39 Bab 39 Pengambilan hak alih rumah40 Bab 40 Mati kutunya orang-orang licik41 Bab 41 Kekalahan untuk orang-orang jahat42 Bab 42 Darimana Lola mendapatkan harta 43 Bab 43 Sesuatu yang akan Pak Arjun katakan44 Bab 44 Dilema45 Bab 45 Mantan istri yang serakah46 Bab 46 Mantan istri yang selalu mengganggu47 Bab 47 Ketika hati sudah mantap48 Bab 48 Malam yang bahagia49 Bab 49 Kedekatan Arini dan calon Ibu mertua50 Bab 50 Mengunjungi saudara51 Bab 51 Adu mulut yang menyisakan luka52 Bab 52 Ketulusan hati53 Bab 53 Cepatlah menikah!54 Bab 54 Kejutan dari calon suami55 Bab 55 Kedatangan Hakam56 Bab 56 Adu mulut Arini dan Hakam57 Bab 57 Sesuatu yang dilakukan Arjun58 Bab 58 Sebuah kebaikan59 Bab 59 Hari pernikahan60 Bab 60 Tamu undangan yang bikin onar61 Bab 61 Ketakutan Hakam62 Bab 62 Adik untuk Shaka63 Bab 63 Nasihat Paman Jaya64 Bab 64 Rencana Arjun65 Bab 65 Sekarang aku punya ayah66 Bab 66 Sentuhan pertama 21+67 Bab 67 Perang di sosmed68 Bab 68 Ketulusan hati Arjun69 Bab 69 Menghilangnya Bu Rumi70 Bab 70 Cerita Bu Rumi71 Bab 71 Mengikuti72 Bab 72 Lebih baik lebih cepat73 Bab 73 Berdiskusi74 Bab 74 Menjebak75 Bab 75 Masuk jebakan76 Bab 76 Firasat buruk77 Bab 77 Kebusukan Hakam78 Bab 78 Manusia berhati Iblis79 Bab 79 Kobaran api yang menyala80 Bab 80 Bersilat lidah81 Bab 81 Rekaman CCTV82 Bab 82 Wanita-wanita yang haus nafsu83 Bab 83 Permainan cinta Ilham84 Bab 84 Bermain cantik85 Bab 85 Terima kasih Tuhan86 Bab 86 Tertangkap basah87 Bab 87 Sebuah penawaran88 Bab 88 Hati yang bahagia89 Bab 89 Sang penakluk hati, si perayu ulung.90 Bab 90 Kemarahan Mira91 Bab 91 Obrolan yang membakar hati92 Bab 92 Sebuah penyesalan93 Bab 93 Dilema94 Bab 94 Pagi hari yang terganggu95 Bab 95 Saling bersitegang96 Bab 96 Tontonan yang menarik97 Bab 97 Urusanku denganmu belum selesai, Hakam!98 Bab 98 Teruskan saja!99 Bab 99 Mendatangi Hakam100 Bab 100 Di balik diamnya seorang Arjun