Derita berujung bahagia
ng dagu. Ya, sangat menyedihkan sekali hidupku saat ini, sudah tak punya peke
ira berjalan ke arahku denga
Berisik tahu?" tanyanya yang terl
aku makan. Aku tuh lapar dari pagi belum makan," sungutku seraya menunjuk ke arah me
h, sama aku? Udah pengangguran banyak tingkah segala." Perkataan Mira
Ya, meskipun aku sudah tidak bekerja di kantor, namun sebisa mungkin bekerja serabutan apa saja yang penting halal. Mungkin Mira tidak tahu semenjak a
buat makan mana cukup." Mira mencebikkan bibirnya sambil berkacak pinggang di hadapanku. Memang Mira ini benar-benar kete
imana kita bisa makan kalau kamu habiskan untuk kepentingannmu sendiri." Aku mem
sekarang enak-enak hidup dari uang Si Shaka, dan kamu sendiri dapat apa, hah?
nakan uang, bukan ngebahas Arini. Sudahlah aku pusing ngomong sama kamu seperti orang gila saja." Aku mengibas
ngkah," cerocos Mira dari kejauhan, yang ma
amar, tak peduli dengan Mira yang t
erah Mira mau mengumpat atau tidak dengan suara gaduh tersebut, sunggu
kerap terjadi setiap harinya. Tiba-tiba di ingatanku terlintas beberapa belas tahun yang lalu, dimana aku dengan bodohnya menceraikan Arini demi Mira dan orang tuaku. Di saat dulu pekerjaanku seda
nggak?" tanya Arini di saat aku selesai s
h pada Arini, dan aku hanya sibuk membalas chat yang terus-terusan masuk di kota
bur agar aku bisa ngangetin makanannya dulu, k
arus makan makanan dingin, kan nggak enak. Atau jangan-jangan kamu sengaja tidak mau mela
ang Hakam pulang ke rumah," sela Arini yang masih mempertahankan sikap hormatnya pada Ibuku, ya meskipun Ibu memperlakukannya dengan ti
ka dipikir-pikir Arini tidak melakukan kesalahan apapun pada Ibu, hanya Ibu saja yang mencari-cari masalah dengan A
r Arini disemprot habis oleh Ibu, dan
aku merogoh saku celanaku mengambil selembar ua
wajah Arini yang penuh dengan penolakan. Namun entah kenapa wanita yang ada di hadapanku ini hatinya begitu sabar, tak me
mana tidak? Gajiku pada waktu itu sekitar 8 juta perbulan dan aku hanya memberi jatah Arini uang 50 ribu untuk dua hari, benar-benar saat itu aku sudah gil
dan canggung pada Arini, Ibu meminta uang begitu saja pada aku. Ya, memang aku akui
di dalam tas kerjaku, dan mengambil uang lima
ribu yang ada di tangannya dan tanpa berkata apapun lagi padaku, dia langsung pergi ngeloyor ke ruang keluarga dan terlihat dia langsung menggendong Sh