icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Bab 5
Pelukan Hangat
Jumlah Kata:863    |    Dirilis Pada:04/07/2022

"Apa maksudmu?" Diana kebingungan.

'Sejak kapan aku punya kekasih masa kecil?' Dia bertanya-tanya.

Ricky menatapnya tajam. "Apa kamu pikir aku tak akan tahu jika kamu menyukai orang lain?"

Diana terkejut dan sakit hati mendengar Ricky menuduhnya seperti itu. "Satu-satunya pria yang kucintai adalah ...." Dia mengatupkan giginya, menelan kembali kata-katanya, karena dia tahu bahwa hal itu hanya akan menjatuhkan harga dirinya.

Sebenarnya, dia ingin mengatakan pada Ricky bahwa dialah satu-satunya pria yang pernah dan akan selalu dicintainya seumur hidup.

Namun, dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya. Karena Ricky tak membalas cintanya, maka tak perlu mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya. Dia bukanlah seorang wanita murahan.

'Setelah Lili meneleponnya tadi malam, dia meninggalkanku sendirian di rumah walaupun saat itu sudah larut malam. Dia juga tak pulang semalaman, kok dia masih berani bilang bahwa aku mencintai orang lain? Benar-benar sulit dipercaya!' keluh Diana dalam hati.

"Kenapa kamu tidak menyelesaikan kata-katamu? Apa kamu takut kalau aku akan membuatnya terkena masalah?" Ricky mencibir. Ucapannya yang tak berperasaan itu seperti bilah pisau yang mengoyak hati Diana.

Akan tetapi, Diana tetap memasang ekspresi datar dan berpura-pura tenang. "Berhentilah bersikap kasar seperti itu. Kamulah yang meminta cerai duluan. Aku hanya mengabulkan keinginanmu!" Kemudian dia berbalik badan dan bergegas kembali ke kamarnya, karena takut air matanya akan menetes jika dia berjalan lebih pelan lagi.

"Diana!" Terdengar suara yang tidak asing dari arah belakang, dia terdengar panik.

Tiba-tiba Diana berhenti di tengah jalan dan merasa mual. Dia buru-buru masuk ke kamar mandi dan muntah-muntah. Dia merasa seluruh organ di dalam tubuhnya bergejolak. Perasaan mual menguasainya dan hampir membuatnya pingsan.

Butuh beberapa saat sebelum akhirnya dia membuka pintu kamar mandi.

Saat Diana keluar, Ricky telah tak ada di sana. 'Apa yang kamu harapkan, Diana? Apakah kamu sebodoh itu?' tanya Diana dalam hati.

Saat Ricky turun ke bawah, dia melihat beberapa pelayan tengah sibuk dengan pekerjaannya.

"Diana sakit. Apa kalian bermalas-malasan mengurusnya?" Dia memastikan suaranya terdengar keras dan memasang ekspresi tegas. Para pelayan langsung gugup saat mendengar intonasi suaranya yang tegas.

"Um ... tadi malam ... Nyonya Fuadi masih baik-baik saja."

Memikirkan Diana yang muntah-muntah di dalam kamar mandi membuat Ricky mengernyitkan dahi.

"Masakkan sup bergizi tinggi untuknya dan gandakan nutrisinya!" perintahnya.

"Baik, Tuan."

Tiba-tiba ponsel Ricky berdering. Dia mendengar suara Joko saat menjawab panggilan itu.

"Tuan Fuadi, terjadi sesuatu pada proyek itu. Sepertinya, Anda harus mengatasinya sendiri."

Saat panggilan itu berakhir, sopir yang menyetir mobilnya sudah sampai di pintu gerbang vilanya. Diana berdiri di depan jendela, memperhatikan Ricky pergi. Wajahnya pucat pasi dan hatinya sakit.

Sejak Ricky membahas tentang perceraian kemarin, mereka belum berbicara secara normal. Diana akan mengurung diri di dalam kamar atau Ricky pergi dari rumah. 'Sepertinya kita tak akan bisa kembali ke masa-masa bahagia itu lagi,' pikirnya getir.

Malam hari.

Belajar dari situasi kemarin, Diana tak lagi menunggu Ricky pulang dan tidur lebih awal.

Saat Ricky pulang, dia sudah tidur. Akan tetapi, lampu di samping tempat tidur masih menyala. Diana selalu membiarkan satu lampu menyala setiap malam untuknya.

Ricky menutup pintu pelan-pelan lalu pergi ke ruang kerja.

'Diana sedang tidak enak badan. Sebaiknya aku tak mengganggunya,' pikirnya.

Ricky bekerja di ruang kerjanya sampai larut malam. Lalu dia berbaring di tempat tidur kecil di dalam ruang kerjanya. Namun, karena tak terbiasa tidur di sana, dia hanya bolak-balik gelisah di atas tempat tidur.

Akhirnya dia duduk, membuka ponselnya, dan menemukan sebuah pesan yang tadi diabaikannya. Pesan itu berasal dari salah satu pelayannya. Pesan itu berbunyi, "Tuan Fuadi, jangan khawatir. Nyonya Fuadi sudah minum supnya dan tidak muntah lagi hari ini."

Ricky merasa jauh lebih baik setelah membaca pesan itu.

Setelah merasa ragu-ragu selama beberapa saat, dia memutuskan untuk kembali ke kamar tidur. Dia berbaring di atas ranjang dengan pelan-pelan dan berusaha tak menimbulkan suara, lalu memeluk Diana.

Istrinya sudah tertidur pulas. Saat dia memeluknya, secara naluriah, tubuh Diana bergerak mendekat padanya dan menyesuaikan diri ke posisi tidur yang lebih nyaman.

Ricky menatap istrinya dalam diam.

Wajah Diana bersinar penuh energi. Kulitnya bercahaya dan bibirnya yang kemerahan membuatnya semakin memesona. Setiap kali Diana mengerucutkan bibirnya, lesung pipinya akan terlihat. Dia tidak menyadari betapa cantiknya Diana saat ini.

Karena tak bisa menahan pesonanya lagi, Ricky mendaratkan sebuah ciuman di keningnya.

"Selamat malam, Diana."

Mereka saling berpelukan di atas ranjang.

Sejak Ricky masih kecil, dia memiliki ketakutan tersendiri pada kegelapan. Berada di lingkungan yang gelap dan terpencil akan memicu teror di dalam hatinya. Ini adalah rahasia Keluarga Fuadi yang disimpan rapat-rapat.

Orang luar hanya tahu bahwa lampu-lampu di Keluarga Fuadi selalu menyala, membuat mereka mengira bahwa keluarga kaya raya ini sengaja melakukannya tanpa alasan yang jelas.

Melihat wajah Diana yang mengernyit karena terkena cahaya lampu membuat Ricky berpikir bahwa dia merasa tidak nyaman karena cahaya itu memengaruhi tidurnya.

Setelah merenung selama beberapa saat, dia memutuskan untuk mematikan lampu di samping tempat tidur.

Begitu kegelapan menerjang, perasaan bahaya yang mencekam langsung membanjiri hatinya. Kegelapan menguasai hatinya dan dia merasa ada sesuatu yang sedang tersembunyi di bawahnya yang akan segera muncul dan mengoyaknya.

Saat memeluk Diana, semua ketakutan yang meluluhlantakkan jiwanya mulai terurai. Sudah lama dia menyadari fenomena yang aneh ini. Setiap kali bersama Diana, dia tak takut lagi pada kegelapan. Seolah-olah, semuanya kembali normal.

Namun, beberapa saat kemudian, dia ingat bahwa orang yang menemaninya saat itu sebenarnya adalah Lili.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 Kehamilan dan Perceraian2 Bab 2 Titik Balik3 Bab 3 Dia Tidak Ingin Punya Anak4 Bab 4 Kekasih Masa Kecil5 Bab 5 Pelukan Hangat6 Bab 6 Mengunjungi Kakek7 Bab 7 Di Rumah Sakit Lagi8 Bab 8 Hari Peringatan Kematian Nenek9 Bab 9 Perceraian Setelah Peringatan Kematian Nenek Ricky10 Bab 10 Lili11 Bab 11 Kamu Pikir Kamu Sedang Melakukan Apa 12 Bab 12 Dalam Hidup dan di Ranjang13 Bab 13 Dia Terburu-buru Ingin Bertemu Siapa 14 Bab 14 Wanita yang Tidak Logis15 Bab 15 Apakah Kita Berdua Dekat 16 Bab 16 Merusak Citra Keluarga Fuadi17 Bab 17 Apakah Diana Cemburu 18 Bab 18 Apakah Kamu Hamil 19 Bab 19 Tidak Boleh Menunda Lagi20 Bab 20 Aku Kesakitan21 Bab 21 Dia Tidak Akan Menginginkannya22 Bab 22 Pasangan yang Sangat Serasi23 Bab 23 Merobek Surat Perjanjian Cerai24 Bab 24 Sepuluh Miliar Rupiah25 Bab 25 Aku Adalah Satu-satunya Istri Ricky26 Bab 26 Sayang27 Bab 27 Meninggalkan Rumah Sakit Sendirian28 Bab 28 Kamu Tak Dibutuhkan Di Sini29 Bab 29 Foto Pertama Mereka Sebagai Pasangan30 Bab 30 Kejadian di Masa Kecil31 Bab 31 Kamu Mencintai Banyak Pria32 Bab 32 Penyelamat Masa Kecil Ricky33 Bab 33 Mengganggu Pria yang Sudah Menikah34 Bab 34 Keluarga Fuadi Akan Membuangmu35 Bab 35 Album Foto36 Bab 36 Dia Mungkin Akan Mengambil Anak Diana37 Bab 37 Aku Tidak Benar-Benar Ingin Menceraikanmu38 Bab 38 Tamu Tak Diundang39 Bab 39 Mansion Lola Dibangun Untuknya40 Bab 40 Dia Tersesat Dalam Hujan41 Bab 41 Apakah Kamu Tidak Apa-apa 42 Bab 42 Ketika Dia Lemah43 Bab 43 Kakeknya44 Bab 44 Apa Tujuan Lili 45 Bab 45 Mengapa Kamu Tidak Berkencan Denganku Lagi46 Bab 46 Kakek, Ada Sesuatu yang Ingin Kami Katakan47 Bab 47 Reaksi Kakek48 Bab 48 Perawatan Darurat49 Bab 49 Jaga Dia Untukku50 Bab 50 Aku Tidak Akan Menceraikan Diana51 Bab 51 Barang-barang Peninggalan Kakek52 Bab 52 Mari Kita Batalkan Perceraiannya53 Bab 53 Seorang Pria Misterius54 Bab 54 Menjalani Hidup Bahagia Berdua55 Bab 55 Suamiku Tersayang56 Bab 56 Jangan Cemburu57 Bab 57 Imbalan Apa yang Aku Dapatkan dari Membantumu 58 Bab 58 Mengikuti Keinginan Hati59 Bab 59 Wawancara60 Bab 60 Perusahaan Terakhir61 Bab 61 Teman Lama62 Bab 62 Ricky Cemburu63 Bab 63 Ricky, Apakah Kamu Gila 64 Bab 64 Apakah Dia Mendengar Tentang Kehamilannya 65 Bab 65 Wawancara Kompetitif66 Bab 66 Siapa Diana 67 Bab 67 Terbangun dari Mimpi68 Bab 68 Pasangan Selalu Mendukung Satu Sama Lain69 Bab 69 Urusan di Antara Kita70 Bab 70 Menurutmu Dia Tampan71 Bab 71 Kehidupan Pribadi yang Memburuk72 Bab 72 Kenapa Kamu Begitu Berantakan 73 Bab 73 Memulai Selalu Menjadi Bagian Tersulit74 Bab 74 Undangan dari Edi75 Bab 75 Aku Ingin Mengejarmu76 Bab 76 Menjemputnya Dari Tempat Kerja77 Bab 77 Apa yang Ingin Kamu Katakan Padaku 78 Bab 78 Aku Juga Melihat Pacarnya79 Bab 79 Ricky Tidak Percaya Padanya80 Bab 80 Kegembiraan Rahasia81 Bab 81 Kejadian Penyebab Konflik82 Bab 82 Ricky Cemburu83 Bab 83 Lili Menghilang84 Bab 84 Kembalilah Padaku85 Bab 85 Pilihan Ricky86 Bab 86 Keguguran 87 Bab 87 Penyelamatan88 Bab 88 Merahasiakannya89 Bab 89 Pemandangan yang Familier90 Bab 90 Saatnya Kita Pulang91 Bab 91 Bagaimana Denganku 92 Bab 92 Saling Membalas93 Bab 93 Ada Apa Dengannya94 Bab 94 Pergi Dari Rumah95 Bab 95 Diana, Maafkan Aku96 Bab 96 Akan Kuhabiskan Sisa Hidupku Bersamamu97 Bab 97 Hanya Dia yang Bisa Membuatnya Bahagia98 Bab 98 Toko yang Dia Beli Untuknya99 Bab 99 Dia Berbohong100 Bab 100 Utang Besar