Cinta yang Membara: Tidak Bisa Melupakanmu
Penulis:Sancho Pintus
GenreRomantis
Cinta yang Membara: Tidak Bisa Melupakanmu
Rio selalu menganggap Diana seolah-olah dia adalah cucu perempuan kandungnya dan dia lebih menyayanginya daripada Ricky.
Setelah Diana menikahi Ricky, seorang bintang yang kurang terkenal memanfaatkan ketenarannya dan menyuruh paparazi mengambil foto dirinya bersama dengan Ricky yang tampak intim di sebuah pesta.
Meskipun Keluarga Fuadi mampu menekan berita itu sebelum tersebar ke publik, Rio masih memanggil Ricky untuk pulang dan memukulinya di depan Diana.
Pria tua itu hanya berhenti memukul Ricky ketika Diana memohon belas kasihan padanya.
Sebenarnya, Rio tidak mengkhawatirkan cucunya. Sebaliknya, dia jauh lebih mengkhawatirkan Diana. Dia telah mengatakan berkali-kali bahwa satu-satunya cucu menantu perempuan yang akan dia terima di dalam keluarganya adalah Diana.
Karena itu, Keluarga Fuadi mendukungnya tanpa syarat.
Sekarang, setelah dia dan Ricky berencana untuk bercerai, satu-satunya cara Rio akan menyetujuinya adalah jika Diana yang memintanya sendiri.
Jika tidak, Rio hanya akan menghukum Ricky dan memberinya pelajaran tentang bagaimana cara untuk menjadi suami yang setia.
"Bisakah kamu memberi tahu kakekku tentang ini? Aku mohon padamu. Dia hanya akan mendengarkan permintaanmu saja."
Mungkin karena Diana tidak menanggapi, Ricky merasa harus berbicara lagi.
Mendengar ini, wanita itu merasakan perih di hatinya. Terlahir dalam keluarga kaya, Ricky jarang membiarkan dirinya terlihat lemah dan dia jarang meminta bantuan kecuali benar-benar diperlukan.
Namun, agar proses perceraian lebih lancar dan posisi sebagai Nyonya Fuadi terbuka kembali, dia mampu menurunkan harga dirinya.
'Apakah Lili begitu penting baginya? Lalu, kenapa barusan dia begitu bergairah denganku? Apakah baginya, aku hanya mainan seks untuk memuaskan nafsunya?'
Air mata menggenang di pelupuk mata Diana. Dia mencengkeram seprai di dalam genggamannya erat-erat, pembuluh darah menonjol di punggung tangannya.
Akhirnya, Ricky merasakan sesuatu yang aneh dan mendongak.
Diana sekarang sedang duduk di tepi tempat tidur, tepat berada dalam jangkauannya. Namun, dia tidak memiliki keberanian untuk memegang tangan wanita itu lagi.
Baju tidurnya dalam keadaan berantakan, menonjolkan tubuh seksinya. Ujung pakaiannya yang terangkat memperlihatkan kakinya yang ramping. Bahunya setengah terbuka, membuatnya terlihat semakin memesona di mata Ricky.
"Oke," ucap Diana yang pada akhirnya memecah keheningannya.
Namun, yang bisa Ricky pikirkan saat ini hanyalah betapa tipisnya gaun tidur yang Diana kenakan sekarang.
'Dia baru saja muntah-muntah kemarin. Bagaimana jika dia masuk angin lagi hari ini?' Dia bertanya-tanya dalam diam. Hatinya menegang. "Kamu harus cepat berpakaian," ucapnya.
Tangan Diana gemetar. Dia merasa seolah-olah dia baru saja dilemparkan ke dalam gudang es. Dia baru saja menyetujui permintaan Ricky dan dia sudah mendesaknya untuk berganti pakaian dan pergi.
'Tidak bisakah dia menunggu walau cuma sebentar? Apakah dia begitu ingin bertemu dengan kakeknya dan memberitahunya bahwa kami akan bercerai?'
Semua darah di tubuhnya tampaknya telah membeku dan pikirannya kacau. Rasa sakit di hatinya begitu kuat sehingga dia hampir tidak mampu untuk bernapas.
Diana turun dari tempat tidur, tampak setengah melamun. Seolah-olah dia berjalan melintasi awan dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya terdistorsi dan kabur. Satu-satunya hal yang bisa dia rasakan saat ini adalah kesedihan yang menyayat hati yang disebabkan oleh lelucon mengerikan yang dibuat oleh takdir.
Diana berjalan ke kamar mandi, menatap wajahnya di cermin. Cahaya di kamar mandi terasa sangat menyilaukan sehingga dia merasa pusing. Pada saat dia kembali tersadar, dia sudah mulai terjatuh ke samping.
'Aku tidak boleh jatuh! Bayiku .…'
Diana berusaha keras untuk tetap sadar. Sementara dia tenggelam dalam lamunannya, dia merasakan ada tangan hangat di belakang punggungnya.
Akhirnya di saat itu dia melepaskan kesadarannya. Penglihatannya langsung memudar menjadi hitam.
Pada saat dia sadar, dia sudah berada di rumah sakit. Bau desinfektan tajam menyebar di udara.
Yang pertama kali dia lihat adalah Ricky dan pandangannya melekat erat pada pria itu.
Pria itu sedang berbicara dengan seorang dokter di dekatnya. "Apa lagi yang perlu kami perhatikan?" tanyanya.
Dokter menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Tidak ada lagi. Istri Anda hanya kurang istirahat akhir-akhir ini dan dia tidak cukup mendapatkan nutrisi karena dia tidak makan dengan baik. Semua hal itu dikombinasikan dengan stresnya menyebabkan tubuhnya menjadi lemah. Anda tidak perlu terlalu khawatir."
Suara dokter tersebut terdengar cukup akrab dalam ingatannya.
Diana melihat lebih jeli dan berkeringat dingin. Itu adalah dokter yang memberitahunya beberapa hari yang lalu bahwa dia sedang mengandung.
"Tapi, Tuan Fuadi ... " Dokter itu mengerutkan kening. "Apakah Anda tahu bahwa istri Anda sedang ham ... "
"Ricky!"