Cinta yang Membara: Tidak Bisa Melupakanmu
Penulis:Sancho Pintus
GenreRomantis
Cinta yang Membara: Tidak Bisa Melupakanmu
Ketika pagi tiba, sinar matahari pertama mengintip ke dalam ruangan.
Diana perlahan membuka matanya, terkejut melihat wajah tampan yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. 'Bukankah kemarin malam dia sudah pergi?' Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Ricky memiliki alis yang menawan dan sepasang mata yang cerah. Dia adalah pria yang tampan, tapi dia tidak suka tersenyum. Ekspresinya selalu datar sepanjang hari.
Saat dia tidur, tatapannya yang biasanya tajam tidak terlihat dan ekspresinya terlihat jauh lebih lembut.
Diana tidak bisa menahan keinginan untuk menyentuh alisnya.
"Diana ...." gumam Ricky nyaris tak terdengar.
Dia tidak tahu apa yang sedang pria ini impikan.
Di detik berikutnya, dia merasakan Ricky mengencangkan cengkeramannya di pinggangnya. Seolah-olah dia takut kehilangan sesuatu.
Diana meringkuk ke dalam pelukan hangatnya, serakah untuk menerima semua kasih sayangnya.
Sebelum Ricky mengajukan perceraian, dia tidak percaya bahwa pria itu akan pernah tega meninggalkannya. Sejak mereka menikah, pria ini telah terus memanjakannya.
Ricky yang dulu pendiam dan tanpa emosi tampaknya telah berubah menjadi orang lain.
Dia sangat murah hati pada Diana dan dia tidak pernah peduli berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk Diana. Ricky bahkan menukar salah satu tanah milik Keluarga Fuadi yang bernilai lebih dari ratusan miliar untuk sebuah gelang antik, hanya karena Diana melihatnya.
Sejak malam pernikahan mereka, Ricky sangat bersemangat berhubungan seks dengannya setiap malam.
Dan setelah mereka berhubungan seks, dia ingat bahwa Ricky akan selalu membantunya membersihkan tubuhnya dengan lembut dan penuh perhatian.
Diana tersenyum ketika dia mengingat kembali betapa bahagianya masa-masa pernikahan mereka dulu.
Ketika dia mengetahui bahwa dia hamil, yang ada di dalam pikirannya hanyalah masa depan mereka bersama.
Namun, tiba-tiba, Lili kembali. Semua kedamaian dan kebahagiaan yang dirasakan Diana dengan seketika hancur berkeping-keping.
Ricky mengajukan surat cerai dengan wajah muram. Dia pasti begitu mengharapkan untuk bisa kembali ke sisi Lili sesegera mungkin.
'Apakah dia terbangun dengan memeluk tubuh Lili kemarin pagi?' tanyanya dalam hati.
Dalam sekejap, Diana merasakan ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Amarah memenuhi dirinya. Dia meraih lengan Ricky dan ingin mendorongnya menjauh dengan marah. Karena dia sudah menyentuh wanita lain, Diana merasa jijik padanya.
Tapi Ricky telah mengunci pinggang Diana di antara kedua lengannya dengan erat. Sepertinya dia sama sekali tidak berniat untuk melepaskan istrinya.
Kemudian, dia memeluk Diana lebih erat lagi.
Cara dia mengerahkan begitu banyak kekuatan untuk memeluk tubuh Diana membuat Ricky tampak seperti dia ingin memasukkannya ke dalam tubuhnya, agar mereka tidak akan pernah berpisah lagi.
"Lepaskan aku!" Diana mendengus.
Perlahan, Ricky mulai membuka matanya. Bertentangan dengan sikap tenang dan tabah yang biasanya dia tunjukkan, pria itu bertindak malas dan cuek. Namun, sikapnya masih sekeras kepala dulu.
Saat dia mencondongkan tubuh lebih dekat ke dahi Diana, kedua matanya terlihat redup.
"Apa? Kamu bahkan tidak ingin tidur di dalam pelukanku lagi?"
'Apakah dia begitu menolak pelukanku karena dia ingin setia pada pria yang dicintainya? Kami berdua bahkan belum bercerai! Apakah dia akan memutuskan semua hubungannya denganku setelah ini?' Dia memikirkan pertanyaan ini sendiri dengan pahit. Hati Ricky diliputi kecemburuan.
Di sisi lain, emosi Diana mendidih karena marah. Tidak menunjukkan tanda-tanda kelemahan, dia membalas ucapannya, "Bukankah kamu punya Lili sekarang? Pergi dan peluk dia daripada menggangguku seperti ini!"
Ricky tercengang saat mendengarnya mengatakan itu. Sebuah senyuman tipis terbentuk di bibirnya. Matanya tampak berbinar, membuatnya terlihat lebih tampan.
"Apa kamu cemburu?"
"Apa? Tentu saja tidak!"
Diana berusaha keras untuk melepaskan diri darinya, tetapi Ricky justru mencengkeram rahangnya.
"Aku hanya bisa tidur ketika ada dirimu di dalam pelukanku," ucap Ricky.
Sedetik kemudian, auranya yang luar biasa menyelimuti tubuh mungil Diana. Pria itu menanamkan ciuman lembut dan penuh gairah di bibirnya.
Air mata menggenang di pelupuk mata Diana. Semua keluhan juga keengganan yang terkubur jauh di lubuk hatinya, kini meledak keluar dari dadanya. Air mata mengalir membasahi pipinya saat dia dengan erat merenggut bahu Ricky.
Ciuman mereka langsung berubah menjadi lebih bergairah, mencuri setiap tarikan napasnya dan membangkitkan nafsunya.
Ricky mengangkat baju tidur yang dikenakan Diana dan mengusap perutnya. Saat kulit mereka bersentuhan, hawa nafsu yang ada di hati mereka menjadi semakin tak terkendali.
Namun, Diana tiba-tiba tersentak kembali ke kenyataan.
'Bayiku!' Dia langsung mendorong Ricky menjauh.
Napas pria itu terengah-engah dan menatapnya seolah-olah dia akan melahapnya sampai habis.
"Aku ... aku sedang menstruasi," tutur Diana berbohong.
Ricky mengangkat alis padanya dan berkata, "Jadwal menstruasimu biasanya di awal bulan."
"Akhir-akhir ini, aku sedang dalam suasana hati yang buruk. Mungkin itu sebabnya periode menstruasiku datang terlambat." Diana melepaskan diri dari rengkuhannya dan duduk tegak.
Tubuh Ricky menegang.
'Dia bilang dia dalam suasana hati yang buruk? Apakah dia merasa kesal karena dia masih terjebak denganku dan tidak bisa bersama Edi?'
Nafsunya yang membara menghilang seketika. Ricky menunduk dengan perasaan sedih. Bulu matanya yang panjang membentuk bayangan di wajahnya, yang menutupi kemarahan dan kesedihan di matanya.
Dengan susah payah, dia berkata, "Ayo kita pergi mengunjungi kakekku hari ini. Dia tidak akan menghentikan perceraian kita jika kamu yang meminta cerai."