Luka Kakiku, Tawa Mereka

Luka Kakiku, Tawa Mereka

Gavin

5.0
Komentar
Penayangan
15
Bab

Aku kehilangan kakiku untuk menyelamatkan suamiku, Yudha, seorang politisi muda yang karismatik. Namun, pengorbanan itu terasa sia-sia saat aku menemukan videonya berselingkuh dengan Selvia, terapis fisikku sendiri. Dalam video itu, mereka tertawa. Menertawakan cara jalanku yang timpang. Di depan publik, Yudha membangun citranya di atas tubuhku yang hancur, memanggilku pahlawan yang inspiratif. Sementara di belakangku, ibu mertuaku terus menghinaku, menyebutku 'beban' yang memalukan bagi keluarga. Aku mengorbankan karier baletku, masa depanku, dan tubuhku. Inikah balasannya? Aku menutup laptop. Tidak ada lagi air mata, hanya tekad dingin yang membeku. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja. Aku akan membuat mereka membayar, dengan harga yang sangat mahal.

Bab 1

Aku kehilangan kakiku untuk menyelamatkan suamiku, Yudha, seorang politisi muda yang karismatik.

Namun, pengorbanan itu terasa sia-sia saat aku menemukan videonya berselingkuh dengan Selvia, terapis fisikku sendiri.

Dalam video itu, mereka tertawa. Menertawakan cara jalanku yang timpang.

Di depan publik, Yudha membangun citranya di atas tubuhku yang hancur, memanggilku pahlawan yang inspiratif.

Sementara di belakangku, ibu mertuaku terus menghinaku, menyebutku 'beban' yang memalukan bagi keluarga.

Aku mengorbankan karier baletku, masa depanku, dan tubuhku. Inikah balasannya?

Aku menutup laptop. Tidak ada lagi air mata, hanya tekad dingin yang membeku. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja. Aku akan membuat mereka membayar, dengan harga yang sangat mahal.

Bab 1

Aluna Surjadi POV:

Darah Yudha yang merembes di kakiku tidak seberapa dibandingkan dengan darah di hatiku. Aku kehilangan kakiku untuk Yudha, tapi itu tidak seberapa saat aku melihat videonya bersama Selvia. Video itu berputar di layar laptop, berulang-ulang, setiap putaran menusukku lebih dalam. Setiap tawa yang dibagikannya dengan Selvia, terapis fisikku sendiri, terasa seperti belati yang berputar di luka amputasiku yang belum sembuh.

Tanganku gemetar saat menekan tombol jeda. Wajah Yudha, suamiku, politisi muda yang karismatik, tampak begitu hidup di sana. Begitu lepas, begitu bahagia. Kebahagiaan yang tidak pernah kulihat lagi di wajahnya sejak kecelakaan bom itu. Sejak aku mengorbankan segalanya untuknya.

Aku ingat jelas bau mesiu dan asap yang menyesakkan. Tubuhku bergerak refleks, mendorong Yudha. Ledakan itu menghantamku. Rasa sakit yang merobek. Lalu kegelapan. Ketika aku terbangun, kakiku sudah tidak ada. Dokter Jefry menatapku dengan mata sendu. "Kita berhasil menyelamatkan nyawa Bapak Yudha, Nona Aluna."

Yudha datang setelah itu, dengan karangan bunga dan air mata buaya. Dia memelukku erat, mencium keningku. "Kamu pahlawanku, Aluna. Aku tidak akan pernah melupakan pengorbananmu." Kata-katanya terasa seperti madu. Manis, tapi kini kurasakan pahitnya racun di setiap kalimat itu.

Di depan publik, Yudha adalah suami setia yang berduka. Dia menggandeng tanganku di setiap acara, berbicara tentang "istri tercinta yang kuat dan inspiratif". Dia membangun citra dirinya di atas puing-puing tubuhku. Sementara di belakang pintu tertutup, dia jijik. Aku melihatnya dalam video itu. Bukan hanya perselingkuhan, tapi tatapan matanya saat Selvia meniru gaya jalanku yang timpang. Mereka tertawa. Tertawa lepas.

Sakitnya melampaui batas fisik. Ini adalah pengkhianatan yang meruntuhkan jiwaku. Aku mencintai Yudha, aku mengorbankan karier baletku yang gemilang, masa depanku di atas panggung, demi melindunginya. Dan inilah balasannya.

Aku menutup laptop dengan suara keras. Suara itu menggema di kamarku yang sunyi, seperti tembakan peringatan. Tidak ada lagi air mata. Hanya kehampaan yang dingin. Dan di tengah kehampaan itu, sebuah keputusan terbentuk. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja. Aku akan membuat mereka membayar. Mahalnya.

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Gavin

Selebihnya
Penolakan Sang Luna: Hancurnya Hati Alpha Vincent

Penolakan Sang Luna: Hancurnya Hati Alpha Vincent

Likantrof

5.0

Ayahku menjualku kepada Alpha Vincent sebagai "Kontrak Disiplin", menjadikan aku bukan sebagai Mate yang dihormati, melainkan tawanan yang disembunyikan di gudang berdebu. Namun, neraka yang sesungguhnya dimulai saat Isabel, wanita licik yang ia puja, datang menginvasi hidupku. Isabel memalsukan penyerangan dan menuduhku sebagai pelakunya. Tanpa mendengar penjelasanku, Vincent menyeretku ke penjara bawah tanah dan merantaiku dengan perak murni—racun paling mematikan bagi kaum kami. Saat kulitku melepuh dan mendesis terbakar oleh lilitan rantai, Vincent justru melakukan hal yang paling kejam. Dia melelang kalung peninggalan almarhum ibuku tepat di depan mataku. "Vincent, belikan itu untukku," rengek Isabel manja. "Anjingku butuh kalung baru." Tanpa menatapku, Vincent memberikannya. "Terjual untuk Isabel." Hancur. Bukan hanya tubuhku, tapi juga jiwaku. Mereka menertawakanku, menyebutku jalang yang tidak berguna, sementara aku menahan rasa sakit dari *Silver* yang menggerogoti tulangku. Vincent tidak tahu satu hal. Darah yang ia tumpahkan malam ini bukanlah darah Omega lemah. Itu adalah darah *White Wolf*, serigala paling langka dan suci yang memiliki kekuatan penyembuh mutlak. Di ambang kematian, aku mendongak, menatap mata pria yang dulu kucintai itu dengan tatapan kosong. "Saya, Sofia Permana..." Vincent tertegun, matanya membelalak melihat aura putih menyilaukan yang tiba-tiba meledak dari tubuhku, melelehkan rantai besi itu. "...menolakmu, Vincent Dirgantara, sebagai Mate-ku." Malam itu, saat dia meraung kesakitan karena putusnya ikatan jiwa kami, aku bangkit dari abu, membakar penjara itu, dan berlari menuju takdirku sebagai Luna di Pack lain yang jauh lebih kuat.

Bangkit Dari Luka: Istri Yang Terbuang

Bangkit Dari Luka: Istri Yang Terbuang

Romantis

5.0

Aku menghabiskan seribu sembilan puluh lima hari mencintai Elton, tapi hanya butuh satu detik baginya untuk membuktikan bahwa nyawaku tidak ada harganya. Di tepi dermaga itu, saat Rachel—wanita masa lalunya—terpeleset, Elton tanpa ragu menghempaskan tubuhku ke samping. Aku terlempar ke dalam ombak ganas, meminum air asin yang membakar paru-paru, sementara dia mendekap Rachel erat-erat agar wanita itu tidak tergores sedikit pun. Saat aku berjuang naik ke permukaan dengan napas tersengal, yang menyambutku bukanlah uluran tangan suamiku, melainkan pemandangan dia yang sedang menenangkan Rachel dengan lembut. Di rumah sakit, kekejamannya berlanjut. Dia membiarkan Rachel memakan buah jatahku dan menuduhku hanya mencari perhatian. Dia tidak tahu, di balik wajahku yang pucat dan tubuhku yang menggigil, aku sedang menyembunyikan hasil laboratorium yang menyatakan aku hamil enam minggu. Melihatnya memayungi Rachel dengan mesra dan meninggalkanku kedinginan di tengah hujan, aku sadar aku hanyalah tokoh figuran di kisah cinta mereka. Malam itu, aku membuang cincin berlian seharga mobil mewah itu ke tumpukan sampah dapur. Aku berpura-pura patuh, menelan semua penghinaan, hanya untuk merencanakan pelarian sempurnaku. Sebulan kemudian, saat badai menghancurkan kota persembunyianku, Elton datang. Dia menggali reruntuhan dengan tangan telanjang hingga berdarah, menangis saat melihat perutku yang mulai membesar. "Beri aku kesempatan, Jilly. Demi anak kita," mohonnya sambil berlutut di lumpur. Aku menepis tangannya yang kotor dengan tatapan dingin, lalu berkata pelan namun menusuk: "Ini anakku. Bukan anak kita. Ayah dari anak ini sudah mati bagiku saat dia mendorong istrinya ke laut demi wanita lain."

Buku serupa

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku