Luka Kakiku, Tawa Mereka
/0/31009/coverbig.jpg?v=19beff9ba5352933290676b9b1dcca72&imageMogr2/format/webp)
elamatkan suamiku, Yudha, seoran
aat aku menemukan videonya berselingkuh
tertawa. Menertawakan ca
ranya di atas tubuhku yang hancur, m
aku terus menghinaku, menyebutku '
letku, masa depanku, dan t
ang membeku. Aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja.
a
Surjad
berapa saat aku melihat videonya bersama Selvia. Video itu berputar di layar laptop, berulang-ulang, setiap putaran menusukku lebih dalam. S
ik, tampak begitu hidup di sana. Begitu lepas, begitu bahagia. Kebahagiaan yang tidak pernahitu menghantamku. Rasa sakit yang merobek. Lalu kegelapan. Ketika aku terbangun, kakiku sudah tidak ad
ium keningku. "Kamu pahlawanku, Aluna. Aku tidak akan pernah melupakan pengorbananmu." Kata-
t dan inspiratif". Dia membangun citra dirinya di atas puing-puing tubuhku. Sementara di belakang pintu tertutup, dia jijik. Aku melihatnya
jiwaku. Aku mencintai Yudha, aku mengorbankan karier baletku yang gemilang
tan. Tidak ada lagi air mata. Hanya kehampaan yang dingin. Dan di tengah kehampaan itu, sebuah keputusan