Petaka Dua Garis
kan Mahameru yang memanggilnya di belakang sana. Baginya, Mahameru sudah melewati batas. Suda
an dilakukannya saat ini sudah pernah mereka bahas sebelumny
olehmu. Aku terlalu kotor, tak ingin kamu mengalami rasa
*
bilnya di parkir dengan manis sejak semalam. Baru saja ia akan membuka pintu mobil, sekelebat bayangan seorang
ah tinggal beberapa langkah lagi m
elarikan diri. Namun, dengan sigap Arimbi berhasil memotong
Aku sudah mencari
imbi Say
us bicara
ita makan siang bersama," ucap wanit
penjelasanmu!" s
r Tante jelaskan. Sekarang
inan wanita itu. Ia pun berjalan berdamp
ng ...," ucap Tante Mona
rasakan kepalsuan dari ucapan w
negosiasi. Ia memesan beberapa menu makanan untuk dinikmati bersama Arimbi. Namun, Arimbi yan
u tidak pu
... sa
akku? Maksud Tante apa? Aku tida
, Saya
n wajah kesal hanya mendengar ucapan man
ik itu terkesiap mendengar bentakan dari Arimbi. Ia p
... apa yang ingi
aki itu, kan? Sekarang aku berbadan dua, Tante!
benar tidak bisa menerima semua ini. Tak pernah dibayangkannya bila i
u tidak tah
tuk ini semua. Kenapa aku harus menjadi korban? Ta
dak tahu, Sayan
nggelayuti perasaannya. "Kamu sudah terbiasa berbohong sekarang mau memboh
g ... Tante b
bohong, selanjutnya ka
a mengakhiri kuliahnya tahun ini dan menyandang gelas Sarjana Psikologi. Arimbi lalu menjatu
p Tante Mona dengan nada pelan. Jelas dia merasa bersalah dengan kejadian tersebut. "Percayalah,
ante Mona, tapi di satu sisi ia tahu betul bahwa wanita cantik itu sangatlah mengenalnya.
anya." Arimbi bangkit berdiri lalu
sinya ya. Tante akan bantu," ucap
ntu saat ini? Semua sia
menemukan lelaki
berjalan menuju keluar dari diskotek tersebut denga
*
ng menimpanya hari ini. Di dalam mobil, ia meletakkan kepala di atas kemudi dengan kedua tan
lakukan hal yang semestinya kulakukan?" Arimbi
la saja ia memilih bekerja dengan aman dan tidak terlibat dengan segala k
ara Tante Mona terngiang-ngiang di telinganya. Senyum sinis membentuk di bibir
ng jawaban darinya? Aku ingin bebas, tidak perlu terkekang dengan ikatan pernikahan yang hanya membuatku muak." Arimbi memukul kemudi dengan kepalan tangan. "Apa yang kudapat b
ngan alis berkerut dan pikiran melayang entah ke mana. Satu hal yang pasti, Arimbi mengingi
r berantakan, mengorbankan anak. Bukankah hidup seorang diri tanpa seorang
ng cukup ramai siang itu. Satu tujuannya saat ini, berada
*
g telepon. Walaupun dengan malas-malasan ingin menjawab, mau
m .
nglah kamu, Sayang. Aku akan bertemu d
nginkannya. Apa yang akan kudapatkan bila berha
li keuntungan bagimu. Lelaki
ap Arimbi di dalam hati, tanpa ingin mengatakan se
ak berminat, Tan
an seorang pria kaya raya yang akan menyokong hidupmu dan bayi dalam perutmu? Kam
kiri. Tangannya yang terbebas memijit kepalanyanya yang berdenyut. Uca
ntamu mencari siapa ayah dari janin di dalam perutku. Mengapa kamu harus seteledor it
nginkan hal itu terjadi. Tapi ... karena sudah begini, bukankah sebaikny
ntang masa depan," hardik Arimbi. "Satu lagi, jangan pernah mengatakan siapa lelaki itu p
terdiam dalam panggilan telepon yang berjeda
e akan berbuat begitu? Tante benar
? Kepalaku sudah cukup pusing. Jadi, jangan
ini bukan om
Kita akhiri pembicaraan kita in
bantal, ia tenggelamkan kepalanya, lalu terdengar isak tangisnya. Pilu. Meskipun ia berusaha tegar, tidak mudah
*