Petaka Dua Garis
er persegi. Suara hembusan angin dari pendingin ruangan yang berada di atas
awah kepala. Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Tak terlihat hawa kantuk di kedua matanya yang terbuk
ya lalu mendengkus. "Apa yang sebenarnya terjadi pad
emas sisi pembaringan hingga tangannya memutih. Berulang kali ia menghe
ediksi Mama benar, seharusnya ia sedang mempersiapkan persa
di telinga Mahesa yang semakin merasa
ilnya tidak ada. Bisakah Mama berhenti berharap menemukan gadis itu? Lagipula, kita tidak pernah tahu
era menemukannya agar bisa melakukan tes DNA untuk memastikan bahwa anak yang dikand
asa. Di satu sisi, ia begitu prihatin dengan keadaan Arimbi yang harus menanggung
l berwarna abu-abu tua serta sebuah topi bisbol berwarna senada. Setelah memakainya, i
luar sana. Siapa yang tahu kalau ma
artemennya, menuju ke parkiran di mana mobil
*
ir ini sering dikunjunginya, untuk mencari seorang gadis. Tak biasanya ia akan melakukan hal ini. Sebagai seorang d
coba dibentuknya. Angan-angan mengenal seorang gadis baik-baik yang membuatnya jatuh cint
aguan dalam benaknya yang tak sanggup ia ungkapkan dalam kata-kata. Berharap bahwa kali ini adalah usah
keberadaan gadis malang itu. Secara tidak langsung, ia telah menghancurkan hidup gadis itu. Hal itu tidak d
mantap ke arah pintu masuk. Kalau biasanya dia selalu bersama Adam, a
ang mengenalnya dijawab dengan senyum tipis. Bukan ini kemauannya, k
ngan ingar bingar musik yang memekakkan telinga. Setidaknya itu adalah perasaa
i, yang kemungkinannya sangatlah kecil ia tetap harus b
u meja bartender yang berada di salah satu sudut ruangan. Di sana, tak banyak orang yang sedang duduk di meja p
berkadar alkohol rendah," pinta Mahesa
jawabnya sambil menyu
berperawakan tinggi dengan garis wajah tegas tampak sedang menikmati minumanny
gedarkan pandangan ke penjuru ruangan yang cukup luas itu,
saya sangat menyukai campuran yang say
ya akan menikmati
kan Mahesa lalu berdiri di depan
saja? Lagipula dia sudah memilih untuk menghindar dan menjalani hidupnya sendiri. Itu
r optimis seperti itu. Sayangnya, aku ti
ekarang kamu bisa menyadarinya, kenapa gak dari dulu saja k
yang berkhianat mencintainya. Apalah dayaku bila berhubungan dengan cinta. M
dengan tatapan prihatin. Ingin rasanya ia menyadarkan lelaki itu ag
menanggapinya? Kemudian pergi
g kali hingga kepalanya terantuk mej
i. Arim ... di manakah kamu berada? Jangan menambah bebanku seperti ini. Minimal izinkan aku menemuk
tadi duduk cukup dekat dan mendengar pembicaraan Mario sang barten
ari lelaki yang tidak mereka kenali itu. Mereka sama-
Mario dan Maha berta