Petaka Dua Garis
di pelataran parkir diskotek. Lumayan terseok-seok dengan kondisi
i menolaknya. Baginya, Andre sama mata keranjangnya dengan pria-pria di d
agar posisi tubuhnya yang terhuyung tidak jatuh terjerembab. Berkali-kali
da di tengah-tengah pelataran parkir, Arimbi tidak melihat sebuah mobil yang akan mel
ga Arimbi. Bukannya ketakutan, gadis itu malah te
sir aku?" Arimbi menepuk dada Maha-lelaki yang menyelamatkannya-sa
ini!" bentak Maha pada Arimbi, lalu merangkul tubu
u. Kamu memang teman yang setia ...!" Arimbi menepuk bah
i-laki hidung belang itu? Jangan sok kuat dengan alkohol. M
antuku atau mau mengomel? Ha?!" Arimbi lagi-lagi me
rimbi hingga gadis itu hampir jatuh terjengkang kal
at dirasakan oleh Maha. Jantungnya berdebar tidak karuan, dengan sensasi itu. Tid
sambil terkikik geli. Bahkan tubuhnya
u cinta padamu, Maha!" ucap Arimbi mas
ahabatnya sendiri. Ia pun segera membopong tubuh mungil Arimbi, lalu membawanya masuk ke dalam mobilny
!" Arimbi mengomel setelah tubuhnya terbaring pada kursi
dengan Mona brengsek i
jawab sama yang ada dalam perutku
h terjadi pada Arimbi. Matanya yang tertuju pada jalanan, dilirik
" umpatnya pelan ketika ia menyadari sesuat
n Arimbi dalam posisi mabok ke rumahnya sendiri. Ia lebih memilih mencari aman dala
embuka pintu kemudi. Sebelumnya sempat dilirik gadis yang t
osong yang menjadi kamar tamu. Itu lebih baik dari pada ia harus membiarkan gadis itu p
itu tidak lagi mengomel karena pengaruh alkohol di tubuhnya. Maha
um kecut tiba-tiba menghiasi wajah Maha, mengingat kenyataan yang terucap oleh Arimb
*
an sambil mengerjap karena silau terkena sinar matahari yang menimpa waja
a merasakan embusan napas pada bahunya yang terbuka. Sesosok la
tempat tidur. Sementara Mahameru yang masih terlelap tersentak kaget, lalu terb
ha yang memijit kepalanya yang sakit, efek
angkit dari tempat tidur, be
eru Arimbi kesal, karena pertany
i!" seru
an bantal yang ada di s
Lelaki itu mendelik, lalu melanjutkan
itujukan padanya. Padahal lelaki itu berhutang pen
atanya mengedari ruangan yang asing baginya. Ia coba mengingat kejadian
lu berakhir dengan menikmati minuman keras bersama Andre. Ia juga mengingat ketika Ma
padaku!" serunya lalu berjalan
ngan warna cat berwarna putih dengan perabot yang identik dengan warna hitam. Lantai marmer papa
di tenggorokannya. Matanya mengedari ruangan, mencari keberadaan Maha y