Petaka Dua Garis
kakinya menuju ke lantai lima. Kelas yang telah penuh itu tampak berisik, kasak kusuk p
lebar sambil menyapu ruangan yang penuh
ntak meninggalkan suara yang penuh semangat. Maklum saja, masih
arnya? Apakah
k, P
ikan kalian benar-benar hadir dengan membawa
arkan senyum tipis, matanya masih menyapu ruangan. Sayangnya, tak d
lagi bersemangat mengabsen, hanya menanyakan sia
samping Arimbi menjawab dengan cepat. Hati Mahesa mencelos, kekecewaa
Mahesa asal. Karena ini
k ada
da Dimas. Mahasiswanya itu terpaku di tempatnya duduk, tampak sekali mencoba m
ya benar-benar tidak
khir, temui saya
ap wajah serba salah, seolah-olah ia telah mela
edangkan di satu sisi ia harus tetap profesional mengisi kelas. Kalau saja tidak memikirka
gan gadis yang telah membuatnya penasaran, kini menguap entah ke mana. Hal
ngan sangat tidak bersemangat. Bahkan ia sengaja memberikan tugas pada mahasiswanya lebih awal, ag
iba di dalam ruangan, ia lemparkan begitu saja beberapa modul dan buku di atas meja. Lalu ia duduk di
elana, mengambil ponsel. Nomor yang beberapa hari ini menjadi rutinitas pa
rbarengan dengan suara k
Mahesa. Sebuah meja menjadi pembatas mereka. Dimas yang
melakukan kes
engan baik? Di mana d
anya Dimas,
hat kamu beberapa ka
Pak. Kami m
.. di m
tanya Di
a dia melaksanakan hukuman di kantor saya.
bi tidak bisa dihubungi. Bahkan rumahnya juga k
g membuatnya merasakan nyeri di bagian dada. Rasa kehilangan t
u ya
dah berkali-kali mendatangi
elas dari matanya. Rahangnya mengeras. Awalnya dia tampak ragu dengan keterangan dari Dimas. Namun, beb
ekat apakah mereka berdua. Rasanya tidak mungkin
elakukan sesuatu
t apa?" tanya
rasa ingin tahu. Satu hal yang aneh baginya, bila seorang dosen bertanya
nyaan dari Mahesa. Sebagai seorang lelaki, instingnya bekerja.
Bukannya say
ya," kata Mahesa mem
a, Mahesa adalah dosen yang ramah, baik, dan tidak pernah marah. Namun, kali ini penilaian itu seolah menguap. Ma
i, P
ipis pada Dimas, tanpa menjawab pertanyaan maha
dalam posisi membelakangi Dimas. Sungguh satu hal yang tidak diduga oleh Dimas
hannya. Dengan berat hati dan berbagai macam pertanyaan yang b
i, segera kabari saya," ucap Mahesa sebel
segera memberikan kaba
n tempat Mahesa berada. Seribu satu pertanyaan
udah berada di luar ruangan Mahesa. "Lagian, ada hubungan
aan saja. Tapi ... aku perlu memastikannya." Dimas melangkah meninggalkan tempat itu. "Aku harus menemukan A
*