Karma Masalalu
u lagi, aku akan kembali dengan aktivitas menganggurku. Juga, meninggal
warna dan setiap momennya terasa mengesankan. Aku memiliki banyak teman dari kalangan emak-emak beranak
dewasanya yang membuatku mem
rah dirinya, saat peserta lain gak mau menyapu
perhatian. Dapat ku simpulkan dari gerak geriknya yang dia lakukan kepadaku. Tapi, dia baik. Su
tumpangan saat pulang, meski dia t
memiliki nama yang bagus ternyata. Tiga kata namanya berasal dari bahasa arab semua.
ngan Barik, aku lebih suka memang
itu mengingatkanku dengan temanku SMK dul
i Sab?" tanya Pak Ketu begitu kami duduk bersebelahan
i beranda Facebook milikku. Aku menulis cerita itu hanya untuk mengisi kekoson
sisa minuman di bibirku, usai menenggak minuman ekst
tarik baca yang begituan
as dalam dunia baca membaca. Dan
Kalo gak lucu,
yang kami bicarakan lagi, hanya terdengar suar
ng seperti ini. Padahal kami sering bahkan bisa
dibicarakan, dan kesimpulannya
n aja. B
pnya, lalu mengalihkan pandang saat
o enggak, apaan ya
ulis cerita kayak gi
Bisa. Bayangin aja dulu. Banyakin
ya, banyaki
senyum, dan menatapnya. "Iya
ok. Ke kanto
. Gak berkata apa-apa, Barikli bangkit dari duduknya, berlalu
ang panjang melangkah dengan begitu maskulin. Bokongnya tampak begitu seksi, terbalut celana Chi
*
adalah larangan bagiku untuk memakai celana. Celana apapun kecuali celana dalam. Jadi intinya, Bapak hanya memperbolehkank
dengan memperlihatkan aurat, tapi apa salahnya kalo aku memaka
juga gak kel
n adalah aktivitas dengan banyak gerak. Berhubung jadwal pelatihan hari ini adalah membuat sa
Gak ada yang terlihat menonjol, dan gak ada lekukan tubuh yang
" tanyaku pada Mbak Rita ya
pain disini. Sana i
h pun, aku mau
u lalu
tan andil dalam proses memanggang sate. Baik sih, tapi kasihan nanti k
arena hanya mendapat aroma satenya saja. S
kalah penting ada guru pembimbing. Alhasil aku hanya menyaksikan dari depan pintu, sambil scroll beranda
u C
. Padahal cowok itu tadi ikut kipas
jauhkan diri dari sesi capernya Tino. Gak mau jadi bape
kehadirannya, dia beranjak pergi. Kembali bergabung den
gus yang sibuk membolak-balikan sate agar matang merata, sementara cowok-cowok k
nemukan bahwa sosok itu lagi rebahan di atas kursi yang disusun mem
njadi pemantik darahku hingga rasanya mulai mendidih. Ada rasa gak suka saat melihat Barik
ma kali membuka menu pesan di Facebook. Kukira, chattingan yang kami lakukan, adalah sebagai bentuk ketertarikanny
ut wajah yang aneh. Garis wajahnya menggambarkan keasingan, juga t
ketertarikanku dengannya. Mulai memperhatikan dia dari jauh, menatapnya diam-diam sos
makai kaos hitam, dengan celana Chino ketat warna krem. Betisnya yang ramp
ngan dia memiliki pacar diluar sana. Masuk akal memang. Dengan wajah s
guman saja. Aku gak boleh sampai jatuh cinta.
yang beranjak pulang mengendarai motornya
geser tubuh ke pinggir jalanan, agar orang lain yang lewat gak terganggu, langkahku lalu terhenti saa
kan mereka. Gak berniat membantu mesk
motornya, dan hendak berlalu, aku berseru
. Mungkin Bagus malu untuk menyapaku balik, sama juga dengan Barikli. Meskipun cowok si ket
pulan
ah gak kelihatan lagi, aku terhenyak dengan kemun
jawabku
ng langsung kutolak cepat. Cowok itu langsun
an rumah. Ibu pasti langsung mencak-mencak gak karuan begit
pala, lalu segelintir kalimat ce
apakmu itu Kyai. Panutan warga disini. Tukang ceramah yang baik ke orang-orang. Kalo anak
u akan menghemb