Karma Masalalu
u belum
s menit yang lalu, belum mendapat balasan. H
. Fikiranku kalut, memikirkan apakah
haid. Karena itu sudah menjadi kebiasaan, haidku gak teratur. Aku gak takut, karena a
obati, aku menyuruh Irsa membelikan obat di warung seb
belum tau penyebab belum haidku dikarenakan hami
mengakui kalo yang kami berdua lakukan pada malam h
ya melepas keperawananku untuknya. Jangan katakan aku bod
Membayangkan gairah malam itu, tubuhku memanas. Kami bergulat di atas ranjang kamar i
Dengan sekali sentakan kuat yang Barikli lakukan, selaput daraku pecah, aku menjerit, dan tangan
merasakan tekstur 'pusaka' miliknya. Aku yang meminta di
an keluar
u pertama kali melakukan itu, hingga gak tau kapan
n bayi yang berlomba bertahan diri di dalam sana? Berapa banyak y
anya gugur, karena
likku. Aku ingat sekali kalo ranjang yang kami tumpangi b
lah itu, dia mengecup keningku lama dan berucap
elanjang, terselimuti satu selimut kecil
n suami m
yumbat telinga. Menambahi rasa pening di kepala, ingin kubenturkan saja tempurung otak
ada t
Menyertakan kabar memperkuat berita yan
amuku,"
al, dan menekan kuat. Bertahan diposisi seperti ini kurang lebih
Ibu terdengar samar di tel
ma dia. Cepetan, biar tetangga gak ngeghibahin kita," pin
rik. Ibu mema
pengen tidu
alu berkata, "Temui dulu, seb
panjang, jadi aku memaksakan diri untuk me
baik buat
u baru saja datang, bukannya menyapa, mal
rada di seberang tempatnya duduk, aku menyer
ah jelas aku menolak lamarannya. Jangan bilang, kalo tujua
r pun, aku gak akan menerima lamarannya. Prinsipku, aku g
arimana dia mengenalku, mengapa dengan berani mengajakku menikah. Aku ingin sekali memberondongnya samp
? Siap nikah
jelas, tapi ekor mataku menangkap gerak
hku, lalu suara berikutnya keluar dari bibirnya ya
ya menyerukan nama lengkapku. Menenangka
an kotak terbalut beludru hitam, membukanya, l
cincin putih perak tert
kan nikah
nik mata hitam legam itu menatapku sendu, alis
k perawan, apakah dia masih tet
i, karena kepalaku tambah pusing dan ingin segera rebahan, bibirku dengan mudah men
ku gak peduli. Tanpa pamit, aku pergi, dan berpapasa
lam mimpi. Semoga di sana, aku bertemu keajaiban y
#
panas, aku berkeringat banyak malam ini. Aku salah kalo keluar memakai hoodie malam
s Indomart. Cowok di depanku ini persis sepertiku, sama-sama termenung de
Kali ini aku jujur pada Ibu, dan meleng
tice tetanggaku, maka tamatlah riwayatku. Tudung hoodiku ternyata
kosong tinggal kemasannya saja. Mengamati raut wajah Barikli yang da
begitu aku selesai mem
umpulkan keberanian untuk masuk ke dalam, dan menany
a menjual barang tersebut. Cukup mudah, tapi untuk menjalankan mi
aku dengan bibir menga
Sab," jawa
amu harus berani,
h tanganku, dan menarik mengajakku unt
n sama-sama
k sepi, hanya ada satu karyawan cewek disana tengah merestok b
sa saya bant
i segera menanyakan barang itu. Sama halnya dengan Barikli, dia menatapku
Cara ini berhasil. Dia maju satu langkah, lalu mencondongkan tubuhnya ke ara
tampak di wajah Mas Kasir, gak b
Mas Kasir menjelaskan, "Dua jenis Mas. Tiga
yang paling akurat kan? Ambil yang itu," Setelah mengatakan itu, aku memakai tud
u begitu Barikli keluar membawa
antong kresek kepadaku, mena
tangannya membelai pipiku. Menengok kanan kiri, gak ada orang, dengan kilat
Kembali aku terbayang denga
ingku, cukup lama, hingga terdenga
an terbesarku semoga aku gak hamil. Agar bayanga
eteskan air mata melihat anaknya bersimpuh penuh air mata
boleh menghukumku akibat ulah hinaku, tap