Karma Masalalu
n, sementara sosoknya dengan tenang meng
g. Tanganku mendadak dingin, jantungku
nggukan, membuatnya mengernyitkan kening, dan foku
uah kursi yang berada tak jauh dari tempat kami. "Gak terlalu
tu. Dengan tatapan lurus tanpa menoleh kanan kiri,
, karena rindu yang kupendam akhirnya terkuakkan? Siapa yang mengira kalo kami akan dipert
Aku bersuara setelah da
a mereka gak jadi datang," ja
" Salah satu hal yang ku sayangkan, mengapa gak
banget terlahir sebaga
kertas menu yang tadi kupekuri tapi belu
cowok tuh bera
u hingga jemarinya menyentuh jemariku. Menciptakan desiran halus yang m
? Sekalian biar aku yang ngasih ke sana
apa, biar aku c
aat pelatihan dulu, berbeda dengan yang sekarang. Membuatku
ra kami bisa dihitung jari. Dari itupun aku menyimpulkan bahwa dia adalah type
embali ke kursiku. Matanya berkeliling seperti men
ku dan secepat kilat
krong sendirian?
apalagi malam-malam begini," Seharusnya aku gak sejauh ini bercerita. Seharusnya derit
kalimatku, "Bagus. Emang seharusnya begit
yang putih. Satu hal yang menarik perhatianku saat senyumannya terkembang adalah dua gigi atas
gundahan yang menjadi alasanku datang kemari, kini sudah pergi. Meninggalkan sebuah
u SMP nya
lipun pertanyaan itu menjadi bahan obrolan kami saat di dunia perch
tan. Aku dulu mond
itu. Entah apa yang difikirankannya saat ini, saat yang ada difikiran
a pelayan tiba-tiba datang
anya begitu pelay
ndoknya di p
u juga mon
nggu bibirku untuk bersuara, sebelum akhirnya berhasil kukunyah setelah se
Hafa
angku. "Hafal
ut, bahkan bibirku pun ternganga, gak me
eterkejutanku, bola mataku ikut membesar. Menanti denga
leh gak? Kamu ga
eluarkan satu barang rokok dari bungkusnya, menatapku seolah mem
beneran hafid
keluar diiringi dengan raut waja
rokoknya. Aroma asap tembakau bisa membuatku pusing kalo kebanyakan men
enaknya
lo gak merokok rasa
Kan mayan uangnya bi
entikkan ujung rokok di
na?" Dia mengalih
ogal
ali menghisap rokok yang ters
u di situ," katanya sambil mengar
tempat itu dengan bingung. Hanya ada t
aku menyerukan
P 6
mondo
are
ius kamu
gak terlihat dari penampilannya yang menunjukkan bahwa dulu pernah menjadi seorang sa
riu
tanyaku mendadak begitu karena teringat kalo ka
aat agama, seperti keluargaku. Merasa bahwa kehidupan kami sebela
yang namanya hidup h
kehidupanku. Harusnya tau bagaimana rasanya hidup dalam kelua
engan
ebagai cowok. Ibu mu gak akan seprotektif itu sama ka
, tapi kita harus bersyukur dengan kita kayak gini, b
mbuatku bahagia di dunia. Dan aku lupa, bahwa hidup di dunia ga
kkan kakiku yang jenjang kesana kemari. Menggerai rambutku yang lurus karena
u dengan bahu terbuka, saat banyak
Bahwa mengumbar aurat adalah dosa. Menutup aurat adalah kewajiba
n masuk ke neraka, bukannya malah menyesal karen
merasa kalo aku gak sendirian. Aku mempunyai teman. Dengan begit
a-mana. Sekali berbuat salah, bukan kita saja yang mal
ku mengehela nafas, mengakui
anget ka
lo kamu jelek, Bapakmu juga ikut jelek," kataku lagi meni
pasti tetangga udah asyik ngg
-manggut me
ereka mau memahami kehidupanku yang berbeda dari mereka. Aku cerita, karena a
cangkir berisi kopi hitam yang tadi dia pesan. Meminumnya
anyaku mendadak teringat dengan
rwarna hitam dengan sabuk putih. Pasti ada maksud
ya
ma Bapak, kalo orang ikut begit
g punya aji-aji pasti matinya akan sulit, kecu
ertawa. Membuatku bingung de
punya ilmu yang bisa membuat dia sakti. Dan kesaktiannya i
hraga, buat jaga diri. Aku g
kata Bapak, sekalipun orang itu gak ngaku kalo punya ilmu,
agi. "Gak gitu ju
lu faham juga sih Ki. Ta
anya saat matanya melihat
g jam berapa?" k
lapan. Melihat layar handphone ku, dan ternyata jam m
i halaman rumah. Apakabar denganku yang sampai rumah nanti pasti diceramahi
," kataku sambil men
ab
kakiku, Barikli kembali
sa kita mendadak dinikahkan
gini
karena otakku sudah gak bisa berfikir je
angan Ibu yang menantiku dengan raut
Nongkrong lagi," katanya yang lan
Ki. Nanti
g dengan jantungku yang berdebar semakin kencang, aku sadar, dan
ngan cepat. Aku berlari, meninggalkannya dengan diiringi ja
#
n keluar dari zona nyaman, dan membuat z
rin kulamar, kini aku sudah satu minggu disini, ya
l-hal yang kutakutkan sama sekali gak pernah terjadi padaku. Aku nyaman, dengan pekerjaan ini, me
arang tugasku adalah istiqomah agar aku bisa menjal
begitu aku baru saja memarki
ang adzan maghrib. Sedikit capek sebena
ana, aku gak puny
kelas lima sekolah dasa
Dasar pelit
n gak punya Sa. C
lu tangannya menengadah
ih kecil, gak boleh
e rumah, bahkan belum sempat kakiku menginjak pint
amu'al
aikum
rat ujung bajuku, lalu sederet kalima