icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Karma Masalalu

Bab 8 Bersamamu

Jumlah Kata:2162    |    Dirilis Pada: 08/02/2022

Aku segera meletakkan kalamullah di rak paling atas. Ters

baik kepadaku. Yang mampu membuatku sadar dan seg

ena setengah jam melantunkan surah-surah Al-Quran. Aku gak akan in

diri. Betapa banyak dosa dan kesalahan

pernah kuhafal saat di pesantren. Murojaah setiap

an hafalan? Aku takut besok di akhirat Al-Qur

k perempuannya, menjadikan aku menciut, membebani fikiranku dengan pertanyaan, "Apa aku pant

kalimat lain menyangkal, "Emang beneran k

au dengan apa yang Tuhan rencanakan. Jadi

ipun itu keinginan terbesarku, ataupun bukan aku yang mendampingi

nantu seorang hafidzah meskipun aku bukan hafid

beli

erjaanku, aku mulai melayani u

ng biasan

rena kalimatnya yang ambigu, aku tersenyum

anda, tapi aku lagi gak mau diajak bercandaan. Kalo pun dia serius aku gak mau juga serius, lalu

as?" kataku lagi karena cowok

a, karena setiap kali mengi

mer Mbaknya aku

ga? Pulsanya jadi berapa Mas? Nomernya mana

ari pandanganku. Semoga dia gak kapok kesini, hanya ga

arena, gak banyak orang yang akan kutemui, yang minta kulaya

ng asing, terlebih mayoritas yang kutemui

kupermasalahkan adalah, kalo yang datang itu cowok-cowok muda yang bertitle jomblo. Mint

tanya, "Buat apa ya Mas?

"Nomer kamu aja, biar

ya gak bisa digunakan, padahal data selulernya belum dinyalakan. Menghadapi

ni, aku merasa kalo wajahku de

arikli aku tersenyum. Foto ini kami ambil, satu minggu yang

na bisa aku menyia-nyiakan berpacaran dengan orang sememposana Barikli,

terbahak bahak merayakan kemenangan, tapi urung karena ingat kalo banyak

rikli apakah memiliki pandangan yang sama

berbeda. Meskipun hidung kami sama-sama mancung, juga dagu kami yang sama-sama belah dua. Mata Barikli sipit deng

Gak munafik, aku tau kalo pacaran itu dosa. Tapi, aku sama sekali gak bisa meninggalkan perbua

anti pacaran, karena ingat kalo ibuny

mi berjalan berdua menyusuri pasir pantai yang putih. Mungkin sekitar lim

t sia

Nengnya pond

rnganga. Gak percaya deng

malu cerita ini ke kam

adalah sebuah gurauan, aku mulai m

sendiri. Keterkejutanku belum reda, disusul dengan ra

Nengnya pun ikut terpesona sama aku. Dia ngajak aku pacaran, dan aku cuma mengiyakan karena dulu masih kecil, gak

putus, dan sekarang Nadut masih suka ngechat aku. 'Apaka

ra kalo aku sangat antusias dengan ceritanya. Tapi faktanya diba

engan mantan pacarnya. Mantannya seorang putri

berpacaran dengan seorang

leng cepat, gak sadar kalo senyumku lunt

nal banget. Bany

ya iya? Kamu

ganku diraihnya, digenggam dalam kepalan tangannya yang besar. Sentuhan sentuhan fisik seperti ini

agian bawah tubuhku panas, lalu menebar keseluru

k," kataku pada Mbak

lalu pertanyaan balik terl

menghitung uang. Sudah jam tiga, wa

#

an?" tanya Barik

entara aku disini menunggu dengan perasaan tak tenang, ditam

engan pertanyaan yang menganggu fikiranku. Cukup, hanya dengan membe

itu Sab,

putus. Menandakan kalo yang baru

satu jam yang lalu aku tiba disini. Menghembuskan nafas menghilangkan rasa ket

i biasanya, padahal aku gak kerja. Ini alasan mengapa kemar

yang sebenarnya, menambahi beban yang merasuk jiwa. Harusnya,

o aku sudah tiba di rumah lagi, aku akan meminta maaf kepada Ibu secara langsung. Tentu, aku

lama banget," kata Barikli di

ng yang langsung lupa dengan yang namanya kesalahan. Sekalipun orang itu sudah beribu

gebut. Kam

ik tanganku, melingkarkan

motor yang kami tumpangi mulai melaju dengan kecepatan tinggi, aku mu

akut." kat

dengan kencang, sekencang laju motor yang dikendalikannya tanp

erteriak. Mungkin suaraku gak terdengar ke teli

erbongkar karena ditemukan tengah bersama Barikli. Bapak dan Ibu pasti sangat

erada di pinggangnya. Mengelus-elus memberikan ketenangan, lalu bibi

nget. Aku gak mau kita

tangan Tu

bisa meng

mubram. Gak

ian adalah ketentuan mutlak dari Tuhan yang pasti berla

ampai tujuan. Memejamkan mata karena gak mau melihat jalanan depan, Bar

kamu buka mata, tau

bibir karena gak suka dengan perkataan

n dari Trenggalek, ditambah deru angin yang menusuk kulit, membuatku melep

ku gak tau mengapa cowok ini mendadak mengurangi

erhenti di sebuah tempat parkir

lalu mengisyaratkanku ag

ta mau ke ka

r sini

ini adalah makam bung Karno. Pengunjungny

. Makamnya a

sangat kagum. Di tempat ini aku merasakan jiwa-jiwa cinta tanah air menggebu, jiwa kepatriot

yo

, menyadarkanku dari rasa kekaguman dengan p

aku yang imamin,

memimpin doa. Padahal dulu, waktu masih pelatihan, cowok itu sama sekali gak berani menjadi imam sa

enahi kaos bagian belakangnya yang tersingkap saat akan sujud. Padahal berg

yang sudah tiada? Nyatanya, kini kesempatan itu ada untukku. Gak main main, lafadz yang diucapkan

sebagai calon men

u setuju dengan keinginannya untuk memotretku tep

sesantai mungkin. Aku mengaku, kalo aku agak grogi. Untuk per

itu tampak fokus

berderu kencang. Barikli tersenyum, me

" pintanya yang membuatku langsung menegakkan tubu

mana?" tanyaku b

i kadar ketampanannya. Rambutnya tampak acak-acakan, sementara keningnya mengalir penuh air keri

gkap. Menutupi sebagian leherku yang terlihat akibat angi

gam tanganku. Aku termenung, meresapi apa yang baru saja terjadi, l

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka