Karma Masalalu
rnya cuma bisa ongkang-ongkang di saat yang lain sedang sibuk-sibuknya. Meny
kutan berdiri di samping Mbak Rita, menemaninya yang sedang menggoreng Ayam Bumbu Rempah. Tapi, melihat Bu An
hari ini. Hari terakhir masa-masa pelatihan yang ku
pun pahit, tapi ini bukan kopi, melainkan selembar dari berlembar-lembar cerita kehid
yang tadi menyerang, langsung menghilang. Aku menegakkan tubuh, membenahi dudukku, dan menatap dia yang juga sedang menatapku dengan wajah datar. Seketika
terburu, dan bawah sepatuku tersendat di lantai. Alhasi
da batu juga, kok bisa jatuh," ce
tku yang sedikit linu, sebelum akhirny
kli hingga kini masih menatapku, aku
aku benar-benar jatuh dalam pesonanya, atau hanya rasa kagum unt
ng yang gak alay di antara cowok lain yang perna
embuatku bergidik karena bahasa yang alay, ataupun cara penulisan yang terlalu lebay, seperti 'cyang' padahal penulisan yang bena
a jomblo menahun sepertiku. Kutau dari ce
yang baru kenal, yang obrolannya hanya sebatas tanya, jawab, tanya balik, jawab
isi yang tidak pernah tepat. Disisi lain, aku canggung, karena gak terbiasa berinteraksi dengan c
ya juga gak akan mel
tawa. Membuat gurauan lucu saat para peserta sedang mem
samping membuatku ingin menyentuh garis rahangnya yang tercipt
iptakan kehaluan dimana andai saja aku bisa menyentuhnya. Jambang halus belum n
elai daguku sendiri yang untungnya gak beda jauh dari miliknya. Da
mi yang sama-sama belah dua, aku sudah
jodoh itu mirip. Jodo
k melingkar sambil menikmati menu terakhir selama empat minggu pelatihan
r, tanda bersedih. Karena mulai besok a
engan apa yang kulakukan sekarang, sementara untuk kedepannya itu urusan nanti. Akibatnya saa
aku kembali ke posisiku setelah mengambil es buah
sahan ini satu persatu pergi setelah perut mereka terisi. Tinggal bebera
iring nasi, delapan tusuk sate ayam, juga du
ie yuk," Ajak Mbak Intan tiba-tib
ku hendak pergi. Perutku kenyang sekali, rencanaku aku akan berselo
era handphonenya, mengatur agar kami semua masuk ke frame, memberikan aba-aba untuk bergaya, dan sa
-terangan, sementara posisinya hanya terhalang satu orang dari tempatku. Cowok
dia berbeda dari cowok lain yang ada di kelas ini. Juga suaranya yang terdenga
ada disampingku sudah lenyap entah kemana perginya. Dia mengulurkan semangkok es bu
kepadaku. Jujur aku nggak suka, meskipun aku tau dia mel
asihan lo Tino nya," Ujar Mbak Wulan yang menangkap raut
o hadir, respon kilat yang ditunjukkan wajahku saat aku nggak suka kepadanya
ersinggung dengan perbuatanku, aku
n perkataan maafku yang tiba-tiba. Nggak menunggu balasan darinya
#
namanya pendaftaran. Gurauan yang gak lucu itu yang ku ingat s
enak sekali, bahkan untuk melampiaskannya
kenangan itu semakin tajam membekas. Semuanya
nggak dari dulu aku memberanikan diri untuk lebih akrab dengannya. Kini, saat kami terbe
ar alasannya, siapa tau kalo alasannya adalah karena dia tertarik kepadaku. Kalo benar, maka a
ak ingin kehilangan sosok seperti dia yang menurutku sangat langka. Aku ingin memilik
au pacaran dengan seorang Caca
. Bukan chat dari Barikli, tap
training ya Mbak.
i pagi. Aku harus senang karena mendapat kerja, apa
dengan skill yang kudapat. Tapi nyatanya, aku gak mendapat kabar kalo mereka menerimaku sebagai kar
inya aku bakalan bisa bekerja dengan tenang disana, memikirkan, apa aku akan disambut dengan baik oleh para k
mencari kerja dimana lagi. Ujungnya aku akan
pergi ke luar, mencari ketenangan
am. Sepertinya Ibu tau kalo anak gadisnya sedang dirundung gegana y
Pesan Ibu saat aku mulai memu
ng telat setengah
pantas keluar ma
lum perkataaannya semakin panjang, dan fikirannya bel
sifat paling protektif. Beliau akan mencariku kalo a
rimiku sms menanyakan aku dimana saat waktunya
enuju rumah, saat aku pulang larut malam waktu
sung menyambutku saat aku masuk di sebuah cafe paling de
rang pelayan cowok, dan mencari tempat duduk
sini. Karena cafe ini yang
n, karena aku bisa dengan cepat menuju ke pusat kota, tan
bersepeda mengelilingi alun-alun kota. Mencari santapan mata yang dapat ditemuinya di lapangan dalam alun-alu
ang hidup dengan penuh
gak usah keluar. Ap
elah itu aku akan merengut, kesal dan membanting pintu kamar dengan ker
u sholat maghrib di masjid baru saja selesai. Dimana Bapak belum ada di rumah
bri
ar kertas berisi menu. Mataku terbelalak melihat siapa sosok yan
apa ada