Gunung Pengantin Ngunduh Mantu
ah mulai seko
," jawabku. Pada Ibu yan
a,
, tepatnya ke tembok. "Tid
njang, samping pintu, gegas ber
dalnya nggak
dan mengambil sendal jepit yang masing-masing sebelahnya berbeda warn
Le, tadi habis n
a,
kamar, aku tahu Ibu berjala
pintu, dengan menyiba
amu nyimpen sendal
i bagian gantungan, sehingga sendal itu akan
gerasa bersalah aja, penge
ngan ngomong gitu, kamu ngga
engen ketemu lagi. Seenggakn
becik! Wes, ikhlaske wae Alif, Le! Jo Mbok
bagus! Udah, ikhlasin aja Alif, Nak! Jangan k
i tertutup set
*
ti ketika melihat anak perempuan, kelas 4 SD, Putri, adiknya Dio berjalan paling belaka
melihatny
*
berbatu bersama Dio. Sebelumnya, a
ndaki dari basecamp menuju pos Bapak
etelah sampai rumah dengan pa
duluan
, lalu aku lan
ktunya aku memotong jalan, kar
t seorang wanita dan pria, sedang b
depan kaca jendela rumah, mungkin menge
itu berbalik,
jah itu. Ibunya
memanggil. Aku be
ngsung aku meny
berapa sek
s 5,
g kelas 5, berarti
anya Budhe Su
man sama bibinya Alif kira-k
rmain ponsel. Melihatku, sembari memasukan ha
a di rumah. Belum pulang jualan dari pasar, Budhe
.." Budhe Suc
bentar lagi, Mas ...,
k sudah pulang
sekolah lagi. Jadi, cuma bahas siapa peng
lang? Nggak ba
ritakan semuanya. Kupikir, akan lebih sopan kalau
alah diem, B
embuatku lega karena selamat dari pertanyaan
ang membawa keranjang sayur di jok belakang de
t siapa yang berdiri di hadapanku,
alan menghampiri pamannya Alif, b
rjalan cepat
menerka, pertanyaan apa yang akan ditanyakan oleh Budhe Suci