Gunung Pengantin Ngunduh Mantu
memikirkan, a
asa sekali perbedaan saat
i, s
kopi. Kuangkat bagian atas gelas dengan satu
melewati pintu ruang tengah. Aku melihat sosok hit
gkah masuk, sedangkan kaki s
berisi air panas
tumpahan airny
ut, memegangi kaki
buatku kembali menatapnya. Tan
uran. Semakin dilihat, di
!" kata sosok itu
BUKAN
engguk ludah,
DUDU T
sepasang taring atas bawa
ti dagunya, sedangkan yang bawah tampak ke
lah mengatakan kala
an dan kiri dengan pelan. T
besar, bahkan kepalanya ha
besar itu sama sekali tak me
anya yang hitam pun menjadi merah
rah, tapi aku tak pa
RRRHH
A
lampu di tengah ruangan meledak, sempat me
AK
, secara tiba-tiba terban
u yang kini engselnya berderit-d
k. Keringat dan ujung sarung yang basah akiba
a. Bulu kuduk meremang lagi saat kembal
lihat mahluk mengerikan yang waja
itu yang nam
dan aku secara kasar
sa sakit ketika tersentuh
tadi tidak terlepas, aku segera mengak
untung saja tidak. Hanya meninggalkan kul
dari dalam rumah, dan duduk
aku tarik agar tak mengenai kulit yang memerah, sambil meri
kaget. Saat melihat kain
tungan. Kain putih itu semakin
pa yang datang, aku mende
h Pu
kena. Layaknya orang yang ba
mengr
age sint
age siap
eh njaga, dadi tak t
galak tapi nak wes per
tipin kamu ya, Le. Kalau masih awalan, emang