Gunung Pengantin Ngunduh Mantu
k ikut karena dia ingin pun
itu menjadi asik. Jad
berjualan dan Alif juga membantuku me
rkan uang sepuluh ribu padan
biasan kami jadi keterusan,
terlalu sore. Biasanya jam empat kami
h tiga jam, tetapi saat ini sekitar jam empat sore. Kami berdua malah baru
lap," ujar Alif yang berjalan di belakang, Kami turun gunung sambi
alannya," balasku,
epat. Aku justru merasa kami ber
kiran negatif, dan bayangan tak menyenan
yuruhku berhenti sejenak setelah berjalan turun ngebut, kuran
ti dulu
yang masuk ke mata. Sehingga membuat perih. Ditambah
suara Ibuk
kejut, ibunya
kul ranting-ranting kayu yang kupikul. Sedangkan satu tangan
lif berkata lagi, padahal ungkap
api tetap sembari memegangi ikata
agian, ibumu juga bertahun-tahun nggak pulang. Masa iya, sekarang kamu denger su
pa iya, ibuku pulang terus nyusulin aku k
usaha untuk membuat Alif melupakannya,
rus berjalan walau k
aku dan Alif bisa turun dengan benar
Sebelum malem. Itu bukan
ibuku, Bim!" Nada suaranya bersungguh-sung
sini itu sekitar empat jam, loh! Ayo kita pulang, nanti kit
salah den
enger! Kamu coba d
, mencoba m
kin lama semakin berat,
benar saja dia dengar suara ibunya memanggil sedangkan aku tid
g, mungkin mencari-cari dari mana
mulai khawatir dan terus merindin
runkan kayu dari atas pundaknya, aku pun
tiba-tiba menatap
ibuku! Itu
g ditunjuk Alif, tetapi
lai emosi karena merasa in
nunjuk ke ara
uuu
Terus kupanggil sampai sendal yang kupakai putus, karena
sa dipakai lagi. Akan tetapi, ketika aku melihat Alif berlari makin jauh, aku jadi
ggu,
ihat, aku sudah terlalu j
aku yang sebenarnya bisa berlari cepat, menjadi lambat, karena h
n sana. Alif memeluk sosok perempuan yan
etis, gaun putih, kulit pucat. Sedang
aku terus melangkah pelan. Sembari gemeta
u, ayo kita pulang, nanti
h, dan senyuman, diselingi suara ing
ku kalau itu memang ibunya, dan ketika aku beru