KKN di Desa Metanoia
jelas oleh seorang wanita, sambil mengubah posisi duduknya ia kembali mendengar, "ini da
ebagai wakil ketua kelompok KKN memang sudah sewajarnya dia meninggalkan nomor telepon di lokasi KKN yang dituju.
kembali berdering menandakan ada sambungan telepon lagi yang harus dijawab. Tertera nama 'Afrian Firmansyah', m
elepon itu cukup membisukan segala kemungkinan dalam benak, "Vin ... Vin. Arshavina Citrani!" seru suara d
usan, gue kira cuma orang gabut. Suaranya kayak buru-buru panik gitu, enggak sih? Gue
Vina, "terus gimana sekarang? Itu cewek enggak ada bilang waktu kita harus ke san
ra yang lain takut, kemarin saja sudah diancam kampus kan karena kita tolak tempat
?" tanya Afrian terdengar k
n yang lain termasuk dosen kalau kita diterima, terus minta dosen antar sambil urus formalitasnya? Mereka kayaknya juga enggak baka
ina dan Afrian yang bergantian, "oke, ini cukup jadi rahasia kita saja, dari pada enggak jad
"lo kabari yang cowok, gue kabari yang cewek. Lo juga jangan lupa
gue kirim di grup pesan," ucap Afrian sesaa
*
a terjalin dari mahasiswa beda fakultas cukup membuat kecanggungan satu sama lain. Meski begitu, komunikasi ya
asiswa dari beda fakultas itu sepakat ingin melakukan desa terpencil yang terkenal mengerikan di pelosok kota dekat pesisir pantai.
gunan tergembok rantai menjadi pemandangan pertama yang didapati oleh tujuh orang itu, "kalian b
ntu besi itu, lalu mengetukkan gembok yang berada di antara mata rantai ke pintu. Yang tentu saja menimb
ingi oleh pria dewasa di sampingnya, "hm ... rekan mahasiswa yang kemarin datang?" Vina mengangg
pria dewasa di sampingnya, "saya Ujang, saya pemangku adat di sini. Kalau ini Danang Harja, kepa
akukan Vina setelah melangkahkan kakinya masuk ke desa itu. Pengurusan administrasi yang dilakukan Danang dengan dosen pu
a nyata mereka telah dimulai. Tanda yang tentu saja membuat Vina dan Afrian merasa kebingungan
ng lewat membawa sebakul ikan, tempat pengurusan ad
ski jelas berbanding terbalik dengan pakaian berbahan bagus secara kasat mata yang dikenakan Danang, "ini orang-
uhan walau sedari tadi wanita itu sama sekali tidak mengangkat kepalanya, "ayo ikut aku," katanya langsung mengambil langk
ustru mereka saling jalan berbaris ke belakang seolah jalan yang dilewati hanya untuk satu orang, "Erina ya ta
erbalik dengan kesibukan pikiran Afrian yang terus melawan perasaan tidak enak di benaknya, "suaranya mirip sama cewek ya
ik tajam, dengan mata menyipit ia terus melirik Vin
ng?" tanya Vina lagi dengan suara pelan, mengiku
Afrian lalu berjalan cepat, meninggalkan Vina yang termenung untuk ses