KKN di Desa Metanoia
hanya kepekaan diri yang menguatkan kesadaran. Vina kembali menyalakan ponselnya dan menjul
nya, bisikan yang terasa seperti ucapan akibat keheningan, "kita
buat tangan Vina yang memegang pons
akan tidur," tukas Vina mematikan ponselnya lalu terasa wanita itu berdir
ntonasi suaranya, "jangan gegabah," lanjutnya dengan ba
wanita itu menoleh atau kembali duduk. Justru sebaliknya, Vina kembali
ejar Vina, "kita harus jaga dia, ini tempat masih asing,"
usai mengambil kameranya
us Liona membuat pria berambut cepak itu mengernyit, "gue mau tidur
Afrian pada temanny
adi masalah," tukas Erwin seraya berjalan melewati Afrian, bahkan tanpa me
menuju kamar lain, seraya mewaspadai kemungkinan dari segala keja
win kemudian masuk kamar, "kalau enggak percaya juga, bawa saja kunci kamar,"
menarik pintu kamar itu dan menutupnya
*
terbatas sebab jarangnya akses listrik untuk desa. Mengandalkan foto denah desa yang digambarnya
anita keras kepala dengan kemampuan analisis yang cepat benar-benar ada. Jauh sebelum KKN dilakukan, Afrian termasuk g
h suara dari pojok
rsembunyiannya itu. Bergegas sang ketua kelompok itu menghampiri dengan langkah yang berjingkat, "Vina sama Angga mana?" tanyanya p
a itu berjongkok dan mengikuti caranya, "Vina di belakang rumah i
nyanya menger
o yang benar," ke
gai ketua kelompok. Tidak pernah sedikit pun, Afrian berekspektasi akan dihormati atau dip
frian mengira mungkin karena jarak antara rumah Erina dengan tepi pantai tidak cukup de
ga menahan napas dan tak lupa membekap mulut Desry. Suara desahan disertai pukulan antar kuli
ian dari mulutnya, "tadi suaminya Erina alias si Agus pergi bawa
apa?" pungkas
ng ajar anak kecil buat memuaskan diri pakai lima jari sore tadi," tutur Desry yang semakin tidak mengerti Afrian,
ustru menghasilkan decakan malas dari Desry, "ribet memang kalau ngomong sama cewek," sambung pria
tus Desry mengabaik
sahan yang terdengar menyakitkan kian menimbulkan rasa ingin tahu amat tinggi. Sampai Vina mengendap berjalan mel
dengan kamera di tangannya, ditambah dengan isyarat jemari yang
ertanyaan dan ungkapan yang sangat ingin diutarakan satu sama lain. Meski begitu, membaca situa
mereka berada di dekat pohon m
i terus aktivitas menjijikkan itu dilanjutkan." Vina berujar sambil mengamati s
ngkas Desry yang kini lebih an
h miliknya itu, "gue rasa, kita harus buat catatan tentang semua yang kejadian di desa in
k jawab gue," rengek Desry mend
r Desry memperhatikan hal yang diketik ole
gai judul dari catatan pertama itu, "kok wajar sih? Apanya? Diman
ang, "itu yang gue dengar dari salah satu bapak-bapak yang masuk ke rumah Erina, plus ... suara itu sama persis
s?" tanya De
hampir terjatuh dari pegangan wanita itu, "terus tidur," sambung Afrian m
sa jelas Desry gemetar takut yang dapat dirasakan dengan mudah, "enggak usah takut, kita pelajari mereka sambil kumpulkan data ter
ambil alih tuntunan dua pria itu atas Desry, sesaat setelah Vina memega
dianggap wajar oleh Afrian, Angga, dan Vina sebagai respon tu