KKN di Desa Metanoia
ah kayu yang terdiri dari tiga kamar tidur dan dua kamar mandi. Pengamatan lingkungan yang dilakukan s
an rambut lurus persegi, "lo merasa aneh en
a Desry Putri itu, wanita yang terkenal di media sosial karena konten kehidu
ng, matanya kayak penuh dendam gitu sih gue lihat. Dia juga langsung nunduk setiap kit
bersandar memainkan gim bebas
seraya beranjak dari duduknya, "gue mau mandi," tukasnya perg
yang diungkapkan Erina sebagai pembimbing mereka di hari pertama. Hanya jawaban 'tidak tahu' dan 'mun
ra acak. Menandakan titik dan belokan yang diingatnya untuk menjadi penanda me
benar," jawabnya singkat sambil menambah garis ke titik yang sudah digambar ketua kel
pasti dan saling meyakinkan satu sama lain, "sesuai kata Kak Erina tadi, sinyal aktif cuma di malam hari. Tapi k
dan angka ya?" gumam Vina sambil me
aaa
jok sebagai titik kumpul mereka pun terbangun, tan
n KKN, "kenapa?" tanyanya sambil membantu Desry menekuk kakinya, hanya berlapiskan b
andi, dengan cepat tiga mahasiswa laki-laki itu berlari ke belakang rumah
egas ke kamar wanita. Dengan kaki gemetar dan kepala yang terus menoleh ke kanan k
n lagi yang ditujukan pada wanita dari jurusan perfilman itu
bang kunci dengan harapan konyol dapat melihat ke depan rumah. Tanpa mereka sad
mengomentari sambil mengik
selama langkah Vina menuju ruang utama dari rumah i
meringkuk, tidak ada jawaban atas segala pertanyaan dan pendapat yang dilayangkan Afrian. Tentu saja
dangan yang diberikan Desry pada pria itu. Sontak, Vina menarik Desry agar menjauh, "Li, bawa ke kama
cehkan dia balik. Enggak waras ini cowok," teri
Afrian berkata tegas, "Des, kita belum ada du
empat jam di sini, sudah berusaha lecehkan gue begit
i lo," ucap Afrian memerintahkan sa
berdamai sama orang mesum.
bahkan terlihat wanita itu tersentak dan menahan napasnya untuk sesaa
lain. Usai Vina memastikan Desry telah menutup pintu kamar, Vina berucap, "Angga sam
rus tahu identitas si botak ini, baru bisa bertindak. Tapi jangan kepala desa,
ak itu benar-benar dibuat bingung. Tatapan kosong dengan perilaku acak dan ocehan yang terdengar mengerikan, se
k pintar itu sebenarnya pembunuh. Dia benci banget sama Riri
k duduk dan memandangi pohon mahoni yang berada tepat di ujung pekarangan rumah kayu ini, "jad
dan Afrian, wanita yang sedari tadi ditunggu untuk menjemput dan memba
ncekam di telinga para mahasiswa, "gue duluan ya, teman-teman!" seru pria itu sambil men
n denah desa yang digambar manual oleh Afrian. Dengan tangan yang memegan
batas dada, perempuan yang juga bagian dari kelompok KKN-nya da
ang punya kades?" tanggap Desry dengan pertanyaan, alih-al
jelas, "kenapa? Lo aneh sama tempat yang justru jadi terlarang, padah
ry terus melihat ke arah temannya yang juga ikut terlihat berpikir, "gue enggak peduli jumlah penduduknya, tapi bisa do
Jangan ngawur karena habis diintip orang," sambu
ma cemasnya dengan ekspresi Desry yang sedang memikirkan aroma dari gudang terlarang, "ini des