KKN di Desa Metanoia
g lebih dominan menarik perhatian, lima mahasiswa beriringan jalan menuju rumah. Cahaya ponsel yang tidak seberapa cu
Sedari tadi, memang Afrian berjalan di paling depan, "Kemana Angga?" tanya pria itu langsung menimbulkan kecemasan dari anggota kelompoknya, apalagi menging
inyal kali," cele
menyerahkan kunci ke Vina, lalu menarik lengan Erwin untuk bergegas men
menyulitkan mereka yang terbiasa hidup dengan dampingan listrik dan jaringan. Terangnya gemerlap bintang dan cahaya bulan jelas mengartikan
g baru menoleh, sunyinya desa membuat bunyi jangkrik genggong seolah memb
lalu mengisyaratkan agar Erwin dan Afrian mematikan senter mere
ya rendah sebagai tanda lemahnya baterai. Erwin dan Afrian menerima sodoran pengantar bunyi
cantik
elum lama aku enggak mampir ke sini, m
andi,
pas earphone itu dan mengernyit, "kita bahas di rumah," tukas Afrian cepat, bahk
sebelumnya Erwin dan Afrian memilih jalan memutar demi keamanan di malam hari. Melihat cahaya temaram dari dalam, cukup menyam
, rasa takut lebih besar dari pada rasa penasaran yang dimiliki. Dalam otak ketiganya hanya tentang keamana
k dan tentu saja langsung mengunci pintu utama, "amankan semua jendela, terus kumpul di kamar poj
mengunci kamar. Tentu saja, rasa heran menimpa ketiga wanita itu bahkan menimbulkan kecemasan di antara mereka, "kita bukan mani
ata Afrian sambil m
uduk bersama yang lain sampai membentuk lingkaran, "sinyal lo pada ada?" tanya si ketua
memul
engan Angga
Vina da
belum ada
wanita itu dengan penegasan pada kondisi ponselnya, setelah beberapa w
iar dari luar kita kelihatan sudah tidur, ada yang mau ditunjukkan Angga. Janga
one yang sudah tertancap di lubang seharusnya. Melihat tanda tertunda atau pause, wanita
earphone itu. Tanpa banyak basa-basi juga, ia serahkan pa
rim pesan dengan kegelisahan
t pula Vina mengangkat kepala untuk melihat ekspres
s?' tebak
ting magnet yang spontan meluncurkan ponsel itu kembali ke pemiliknya yaitu Angga. Liona secepat
el dengan akurasi cahaya rendah. Wanita dari jurusan perfilman itu ketakutan, "jan
itu untuk diam dan patuh pada keadaan yang mereka alami. Dan beberap
esry, tidak ada yang bicara dan kembali lagi pad
udang?' Desry mengetik dengan gemetar dan
anang?' balas Angga yang menolak penggiringan opini ole
Liona menj
i pikirannya, 'ini desa enggak waras. Itu gudang bau busuk loh, kenapa bisa dia sebut
satu persatu.' A
a harus pulang te
erwajib saja enggak bisa masuk sini, jadi kita tergolong beruntung. Jangan gegabah.
ta celaka
n membalas kemudian menepuk bahu Desry, meng
lap saja ruma
begini enaknya lihat
lam kegelapan mereka sebenarnya saling menatap dan menguatkan. Hingga tiba-tiba
aja, kan dia yang
ng terima anak kota kema
n menjauh, meski begitu belum ada napas lega yang ter
Fantasi
Romantis
Romantis
Romantis
Romantis
Adventure