Sang Dekan Terjerat Nafsu
esibukan pria itu. Namun, selama mereka tidak bertmu, Adeline selalu mendap
melalui perawat yang ia sewa, berkomunikasi juga dengan Meilani dan pria yang meminta nomer poselny
a, karena lukisannya yang akan dijadikan center malam ini. Adeline di kirimi gau
dak di poles oleh make up dan rambut yang begitu berantakan. “Bisa gawat kalau dia smapai mengenali
mendapatkan t
tlah
k A
ku sudah di bawah, cepat
rgegas turun menemui Agam y
ilan Adeline. “Kau sepertinya butuh
salon. Aku pemeran utamanya di sana, lagipula yang penting disini adalah mahakarya, bu
as, “kenapa kau bicara beg
yang menyetir sendiri tanpa supir. Mereka menuju ke
satu minggunya ini,
ah
dan keperluan melukisku” jelas Adeline yan
ua dari kamp
jemarinya. Pria di sebelahnya ini benar
sana datang menemuinya, “Kau tau? Mereka suda
a sendiri, bukan Aleisa. Beberapa kolektor lukisan juga menemuinya untuk sekedar menyapa, bahkan Adelin
ak ditemani oleh Agam. Pria itu pergi entah kemana,
g sedang di tawar. Ayo, nik
k bisa mabuk”
ar alkohol ini rendah, ini anggu
umnya. Sayangnya, mereka mempermainkan Adeline. “Itu alkohol kadar
sekarang” keluh Adeline memilih un
ng begitu hebatnya. “Come on, kau sudah terbiasa dengan alkohol. Jenis apa yang aku minu
ita yang Adeline kenal sebagai dosen di universitas Ternama di London. Kenapa Adeline sekarang merasa
ine hingga membuat ciuman k
r
mbuat Agam di sana hanya men
yang sebelumnya ber
ah” uca
ara itu Agam melangkah mendekat pada Adeline yang tengkurap. Saat membal
memilih untuk menelpon Gerald dan memintanya membawa
aikan pestanya di sini. Sedikit kesal sebenarnya pada
engan nyenyak sampai bangun keesokan harinya dan mengingat apa yang terjadi. M
suk ke dalam kamarnya, “Tuan Agam sud
aku bel
idak ada kuliah? Tuan Agam
berjalan menuju ke ruang makan dimana Agam ada di sana. Pria itu
f untuk semalam. Teman teman baru ku meminta ku untuk
ar memilih perg
an say
00 dollar, uangnya nanti akan
esankan bagi anak yang masih kuliah, diam-diam juga, Adeline mencuri pand
erasa malu. Mungkin karena efek alkohol, jadi membuat Adeline kembali memikirkan malam
tempat Adeline melakukan pertukaran. Membuat Agam langsung menghentikan sarapannya. “Makan sup pangarnya
enti memikirkan itu, Adeline” ucapnya pada dirinya sendiri. Ia mencoba u
mati fasilitas yang diberikan oleh mereka yang mengabaikan jantungnya yan
irkan sebuah rencana saat ia su
n mengantarkan mu
ngguk, “Terim
sung masuk kulia
erbeda dengan Agam. Ia mendengar infomasi kalau Ibunya baik b
ainnya yang digunakan Aleisa dan ke
pulang? Sudah siap lagi menu
m aku melepaskan title Aleisa di dalam hidup ku” uca
? Kau mau berhenti d
l terakhir yang aku lakukan adalah tidur bersamanya. Aku ingin uang lagi darinya” yang di