Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Sang Dekan Terjerat Nafsu

Sang Dekan Terjerat Nafsu

Vikha Ananda

5.0
Komentar
10.2K
Penayangan
56
Bab

Adeline merupakan seorang mahasiswa yang kini tengah menginjak usia 20 tahun dan memiliki dua sisi di dalam kehidupannya. Jika di malam hari ia akan menjadi sosok yang panas serta menggairahkan dengan bertindak sebagai penari striptis di salah satu klub malam dengan menggunakan nama panggung Aleisa. Namun, jika pagi hari menjelang dia akan menggunakan kacamata besarnya hingga dia dikenali sebagai seorang kutu buku oleh orang-orang yang berada di kampusnya. Bukan karena keinginan Adeline sendiri ia sampai harus menjadi wanita malam, namun itu semua adalah tuntutan untuk dia bisa menggapai cita-cita dan juga demi kesembuhan sang Ibu. Tepat di satu malam, Adeline terpaksa mengorbankan tubuhnya Demi kesembuhan sang Ibu. Nasib membawanya pada pelanggan pertamanya yang merupakan dosennya sendiri, Agam. Detik itu juga Adeline merasa hiduonya benar-benar dalam bahaya.

Bab 1 Bukan Takdir Seperti Ini!

“Heh cupu! Jangan lupa tugas gue lo kerjakan, nanti kalau selesai gue kasih lu duit!” seru seorang gadis yang memiliki rambut pirang dan sedikit bergelombang menatap ke arahnya.

“Lo dengerin gue nggak?” Tanya gadis itu dengan ketus, karena tak mendengar jawaban apa-apa dari Adeline.

“Iya, gue denger” jawab Adeline.

Adeline Rosalinda nama perempuan berusia 20 tahun yang menggunakan kacamata kedodoran setiap ke kampus. Kemana pun dia selalu memegang buku. Ia bukan lah bagian dari mahasiswa populer, Adeline bahkan merasa keberadaannya di kampus seperti tidak di anggap oleh orang orang yang berada di Fakultasnya.

Mungkin seperti itu lah gambaran Adeline jika berada di kampus. Berbeda ketika sudah menjelang malam hari, ia akan melepaskan kacamatanya dan menggunakan kontak lensa serta mewarnai rambutnya. Ini lah gambaran Alisha jika di malam hari menggunakan pakaian yang minim dan seksi di sebuah bar di Kota Jakarta.

“Alesia, apa kamu sudah siap?” Tanya seseorang saat masuk ke dalam sebuah ruangan.

Alesia mengangguk, “Tunggu sebentar lagi, topeng ku belum tiba” jawabnya dengan begitu yakin.

“Ini dia, topengmu sudah berada disini” ucap seorang wanita bernama Belinda yang merupakan pemilik klub malam.

Alesia sendiri adalah nama yang Adeline gunakan sebagai identitasnya di malam hari, tidak boleh seorang pun ada yang memanggilnya dengan nama asli. Bahkan yang mengetahui identitas asli Alisha hanya seorang yaitu pemilik klub malam ini, Belinda.

“Mereka sudah menunggu!” seru Belinda.

“Oke, aku akan segera memuaskan mereka semua” ucap Alesia menggunakan topeng miliknya dan membungkus tubuhnya dalam balutan coat panjang.

Alesia keluar dari ruangan rahasianya di temani oleh Belinda menuju ke lantai dansa, dimana music sudah langsung terdengar hingga memekik telinga. Ketika Alesia keluar, suara sang Dj langsung memenuhi pendengarannya. “Alesiaaaa disinii!” teriknya dengan heboh.

Alesia adalah bintang utama di club ini, semua mata pria seketika menatap haus padanya. Sedangkan para wanita yang bekerja di sini menatap dengan penuh kecemburuan dan rasa iri dengki yang besar, kenapa harus Alesia yang begitu di istimewakan dan bahkan gadis itu diberikan kamar sendiri/

Ketika Alesia naik ke atas panggung dan mulai membuka pakaiannya, semua orang langusng riuh hingga terdengar teriakan dimana-mana sampai mengalahkan suara musik. Alesia adalah seorang penari str*ptis, dimana bagian intim di tubuh Alesia hanya tertutupi dengan kain tipis yang tentunya membuat para pria akan menggila ketika melihatnya.

Keuntungan yang di dapatkan dari club ini selalu saja meningkat drastis ketika Alesia yang tampil. Ada penari tiang yang lainnya juga, hanya saja Alesia selalu menjadi bintang utamanya di sini. Ia mempertontonkan tubuh dan tariannya pada pria yang haus akan sentuhan wanita, menatp lapar ke arah Alesia yang mencoba menggoda mereka menggunakan tarian.

Hanya dalam hitungan jam, Alesia bisa mendapatkan beberapa juta rupiah dan penggemar pria yang memberinya hadiah.

“Mereka ingin bertemu denganmu secara pribadi!” ucap Belinda tepat di telinga Alesia.

“Kau tau sendiri aturanku seperti apa, Belinda. Tidak ada hal yang seperti itu, aku hanya menari untukmu disini, tidak lebih” ucap Alesia dengan tegas.

“Kalau saja kau mau memberikan tubuhmu, kau bisa akan langsung mendapatkan uang yang lebih banyak, Alesia”

Alesia kali ini sedang membersihkan make up dan merubah dirinya kembali menjadi Adeline itu hanya tertawa mendengarkan penuturan Belinda. “Tidak Belinda, aku sudah cukup melakukan tarian untuk mata lapar mereka semua, tidak akan ada hal lebih dari itu” ucapnya mamakai kacamata, serta hodie kebesarannya dan juga celana kain yang menampai kecupuan penampilannya.

Tidak akan ada yang menduga kalau Adeline dan Alesia adalah orang yang sama. “Terima kasih untuk malam ini. Uangnya akan aku simpan” ucap Adeline menggunakan masker dan keluar dari club melalui jalan rahasia.

Orang-orang hanya akan mengiranya sebagai petugas kebersihan jika bertemu dengannya. Bahkan aroma tubuh Adeline dan Alesia berbeda, bagaikan langit dan bumi, dan itu semua ia lakukan untuk menutupi identitas aslinya.

“Langsung ke rumah sakit ya, Pak!” titah Adeline pada sang supir taksi online.

Inilah alasan Adeline melakukan hal gila seperti mempertontonkan tubuhnya yang telan**ng pada mereka. Kini dia memiliki seorang Ibu yang tengah sakit-sakitan. Hanya Ibunya yang ia miliki di dunia ini. Adeline hidup dengan sosok seorang ayah yang sering mabuk-mabukan dan selalu menganiaya dirinya dan sang Ibu, dan sekarang ayahnya hilang entah kemana.

“Ibu, maaf ya Adeline baru datang kesini” ucapnya dengan raut wajah bersalah.

“Memangnya kamu kemana saja, Nak? Ibu rindu sekali dengan kamu. Apa bosmu itu menyuruhmu memanggang lagi untuk besok?”

Adeline tersenyum miris, yang Ibunya tau kalau dirinya bekerja di salah satu toko kue. “Iya, Bu. Ada orang yang memesan banyak sekali kue, aku sampai tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Lagipula, kerja tambahan akan sangat membantu ku menghasilkan uang yang lebih banyak” jawab Adeline.

“Ibu minta maaf ya, Nak, karena ibu membuatmu harus bekerja siang dan malam tanpa henti”

“Ibu tidak usah mengatakan hal itu lagi” Adeline menggenggam tangan sang Ibu dan menciumnya. “Adeline akan segera lulus dan menjadi seorang seniman, Adeline akan kaya raya dan membuat kehidupan kita akan lebih baik lagi. Jadi, jangan khawatirkan apapun lagi, cukup sembuh saja untuk ku, Bu”

***

Kenyataan yang terjadi, kondisi sang Ibu terus menerus memburuk dan hal itu membuat Adeline merasakan sesak di dadanya ketika mendengar ucapan sang dokter.

“Beliau harus segera di operasi, agar jantungnya bisa kembali berfungsi dengan normal”

Dan banyak sekali biaya yang harus ia siapkan untuk Ibunya bisa segera melakukan operasi jantung. Bahkan mungkin Adeline harus menghabiskan waktu selama tiga tahun lamanya jika dia mengandalkan hasil uang yang ia dapatkan dari menari di club Belinda.

Adeline semakin kebingungan, sampai akhirnya dia tidak ada pilihan lain dan langsung mendatangi Belinda untuk membicarakan hal ini, ia berharap akan ada solusi yang diberikan oleh wanita itu. “Aku mohon pinjamkan aku uang, Belinda. Aku akan menggantinya dengan tarian ku yang tidak perlu kau bayar lagi” mohon Adeline.

“Sayang ku, Alesia. Aku minta maaf, kita ini adalah partner kerja, bukan lah seorang sahabat yang bisa saling membantu kapan pun itu. Aku tidak bisa memberikannya padamu begitu saja, aku juga tidak punya uang sebanyak itu” ucap Belinda tersenyum tipis.

“Aku mohon sekali, Belinda. Ibuku sekarat dan butuh bantuan mu” ucapnya meminta pertolongan.

“Aku bisa saja menolongmu, Alesia, aku sudah menyarankan mu kemarin untuk kau bisa menjual keper*wan*nmu itu. Harganya pasti akan sangat fantastis, dan kau hanya cukup melayaninya satu malam saja, apa kau masih tidak mau menerima tawaranku ini?”

Sebelum Adeline kembali berbicara, Belinda kembali menambahkannya. “Uang yang akan kau dapatkan akan sangat lah banyak. Dan orang yang akan membeli keper*wan*nmu ini tidak akan mengenalimu. Alesia dan Adeline itu orang berbeda!”

“Aku hanya takut...”

“Aku mengembalikan semua keputusan kepadamu, Alesia. Kalau kau menginginkannya, aku akan dengan senang hati membantu mu” potong Belinda.

Adeline sama sekali tidak menginginkan hal seperti ini, tapi keadaan lah yang harus memaksanya untuk mengambil jalan yang sangat ia benci. Karena Ibunya tengah sekarat, apalagi yang bisa ia lakukan selain mengambil langkah sesuai tawaran Belinda? Dia hanya tidak ingin kehilangan Ibunya dengan sia-sia.

Dengan perasaan yang terpaksa, Adeline menyetujui tawaran dari Belinda. Belinda sendiri tersenyum puas, dan begitu antusias langsung mengatur pertemuan antara Adeline dengan pria kaya raya yang menawar dengan harga yang tertinggi.

Bahkan, sebagian uang yang dibutuhkan gadis itu, sudah di transfer ke rekening Adeline yang bisa ia gunakan untuk separuh pembayaran di rumah sakit agar Ibunya bisa langsung mendapatkan tindakan pengobatan.

***

Tepat dimalam ini, Adeline bersiap dengan penampilan yang sangat cantik. Menjadi seorang Alesia yang selalu di dambakan oleh semua orang. Topengnya sengaja ia lepas, Alesia menambahkan banyak make up agar wajahnya tidak di kenali. Bahkan membuat beberapa tahi lalat di wajahnya yang ia gunakan sebagai ciri khas dirinya.

Alesia di antarkan oleh Belinda ke sebuah hotel dimana pria kaya raya itu berada. “Hotelnya mewah sekali, apa dia seseorang yang sangat kaya raya?” Tanya Alesia sambil matanya terus saja meliar memperhatikan sekitar dengan tatapan penuh takjub.

“Kalau dia tidak kaya raya, dia tidak akan mengirimkan uang sebanyak itu padamu!” jawab Belinda. Alesia menelan salivanya kasar, “Aku takut sekali” ungkapnya merasakan jantungnya berdetak semakin kencang.

“Tidak perlu takut, aku akan ada disini menunggu mu sampai selesai. Selesaikan saja dan puaskan pria itu. Hanya satu malam ini saja, serahkan seluruh dirimu padanya, hanya miliknya dan jadilah wanita yang tetap terlihat elegant” jelas Belinda.

Alesia keluar dari mobil dan berjalan menuju ke salah satu kamar hotel yang sebelumnya sudah di beritahu oleh Belinda, bahkan kini dia sudah memegang acsess card untuk bisa naik ke lantai dimana kamar itu berada. Belinda benar benar sudah menyiapkan semuanya dengan baik.

Kata Belinda, Alesia bisa langsung masuk saja. Jadi dia menempelkan kartunya pada pintu, kemudian masuk ke dalam kamar. “Tuan?” panggilnya dengan suara lembut.

“Kau sudah datang, Alesia?”

Pria itu tengah memegangi gelas yang berisi wine sambil berdiri membelakanginya. Ketika tubuhnya berputar, Alesia menahan napaskan dan mencoba untuk tetap tersenyum.

Takdir apalagi ini yang menimpa Alesia? Kenapa pria yang akan dia layani di malam ini adalah dosennya sendiri? Bahkan sebagai pembimbing akademiknya di kampus!

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Vikha Ananda

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku