Login to Bakisah
icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Panas Dingin Selingkuh

Panas Dingin Selingkuh

Fajar Merona

5.0
Komentar
15.9K
Penayangan
42
Bab

Semua ada hikmahnya. Belajarlah dari cerita ini agar terhindar dari berselingkuh atau diselingkuhi pasangan

Bab 1 Helena (1)

Meskipun awalnya merasa cemas, akhirnya dia dapat rileks dan menikmatinya. Saat ini Helena dan Revan sedang berdouble date bersama temannya, Farel yang bertunangn dengan Anggi.

“So, gimana ceritanya kamu dan Farel bisa saling kenal, Len?” tanya Anggi pada Helena.

“Waktu di kampus, aku dan Farel punya beberapa teman yang sama, sampai akhirnya kami bekerja di tempat yang hampir sama. Maksud aku, kantor kami masih dalam satu gedung hanya beda perusahaan. Jadinya pertemanan kami terus berlanjut.” Helena mengaeang cerita seperti yang biasa dia lakukan kepada siapapun yang bertanya hal itu.

“Wah keren ya, lalu apa kalian berdua pernah kencan atau mungkin pernah punya hubungan khusus yang lain saat masih berteman dulu?” Anggi menyelidik dan tersenyum, tapi Helena bisa memperhatikan jika Anggi memegangi lengan Farel, tunanganna itu dengan sangat posesiv.

“Oh, gak pernah, hahahaha.” Helena menjawab yang diiringi derai tawa, “Kami hanya berteman saja, gak lebih. Farel sepertinya seleranya bukan aku, Gi. Dia menyukai cewek lembut keiburan seperti dirimu. Terbukti kalian sekarang sudah tunangan kan? Aku turut bahagia.” Helena terus berkata bohong. Walau demikian dia memang sangat menyukai Anggi yang cantik, lembut, ramah dan keibuan.

“Pastinya seru ya, soalnya kan Farel orangnya agak maksa gitu, anggaplah keras kepala hahahah,” lanjut Anggi seraya menyenggolakan bahunya pada tubuh Farel.

“Sejujurnya, aku merasa sudah sangat mengenalmu, Gi. Farel terlalu banyak bercerita tentang kamu. Dia termanat menyukai semua yang ada dalam dirimu, ya, segalanya!” timpal Helena.

“Oh ya?” Anggi semringah.

“Farel sudah menceritakan semuanya, bahkan sejak dia pertama kali ketemu sama kamu.” Helena pun menyikut Farel, memintanya untuk menanggapi obrolan mereka. Namun Farel tetap saja diam.

“Sejujurnya juga, Gi. Aku tak percaya kalau kamu dan Farel sudah jalan hampir dua tahun, tapi baru sekarang dia memperkenalkan kamu sama kami,” ucap Helena seraya memegang lengan Revan, kekasihnya.

“Aku tahu,” Farel tiba-tiba angkat bicara menanggapi ucapan Helena dengan canggung, “Anggi menetap di Semarang, sulit mendapat waktu yang tepat buat aku memperkenalkan dia sama kalian,” lanjutnya sambil menatap Helena dan Revan bergantian.

“Apa kamu akan pindah ke kota ini, Anggi?” tanya Revan yang mulai masuk dalam percakapan mereka, “Atau Farel yang akan pindah ke sana?” Revan balik menatap Farel sambil sesekali memandang Anggi dalam waktu bersamaan.

“Tergantung dimana nanti Anggi magang atau kerja,” jawab Farel. “Dia baru akan lulus semester ini, dan kami baru akan memutuskan segalanya nanti setelah itu,” sambungnya.

“Terus, apa kalian sudah memikirkan untuk hubungan yang lebih serius lagi? Maksud aku segera bertunangan seperti kami? Aku denger dari Farel, sesungguhnya kalian sudah jauh lebih mapan dan siap untuk berumah tangga.” Anggi balik menggoda Helena dan Revan.

Dengan tersenyum, Revan merengkuh Helena ke dalam pelukannya. “Sebenarnya kami juga sudah jalan hampir dua tahun, tapi masih belum seserius kalian. Segala hal bisa terjadi, mohon doanya saja, semoga kami bisa secepatnya menyusul kalian.” Revan menjawab bijaksana.

“Amiin..” Helena, Farel dan Anggi kompak mengaminya.

Tak sampai dua jam kemudian mereka pun bubar. Farel mengantarkan Anggi ke bandara untuk segera terbang ke Semarang. Sementara Helena dan Revan melanjutkan kecan mereka dengan menonton bioskop, setelah itu pulang ke apartement Revan.

*^*

Tiga hari berikutnya.

Ranjang berkasur empuk itu tampak bergerak-gerak mengeluarkan suara berdecit, membalas sapa gemerisik daun yang terembus angin dan suara bintang kecil yang berisik saling bersahut-sahutan mengiringi mentari yang bersinar terang di siang itu.

Di bawah tempat berukuran sedang kamar apartemen, teronggok sebuah beha berenda warna hazzel. Tak jauh dari sana, celana dalam mini yang lebih menyerupai thong warna senada dengan bra, juga tergeletak sekenanya. Menemani celana panjang jeans chonos warna biru dongker yang bertumpuk dengan blouse wanita kantoran.

“Ummpph, Yees I like it’s….” Lenguhan binal yang tertahan terdengar samar di antara pasangan yang sedang saling brpacu birahi di sana.

Di atas kasur itu sesosok gadis bertubuh padat berisi, berkulit putih bersih dalam keadaan telanjang bulat sedang beraksi meliuk-liuk erotis di atas tubuh seorang lelaki perkasa yang telentang dalam keadaan telanjang juga. Keringat mereka pun tampak membasahi tubuh keduanya.

Kedua tangan gadis itu lurus di atas kepalanya, terkadang siku tangannya pun menekuk, dan kedua telapak tangannya menguyel-uyel rambut di kepalanya sendiri dengan gerakan yang sensual, sembari mengeluarkan desisan-desisan vulgar yang sangat erotis. Menambah gairah dan kenikmatan bagi sang pejantan yang ditungganginya.

Sesekali sang gadis binal itu pun mendongakkan kepala ke atas dan mengibas-ibaskan rambut panjang nan ikalnya ke kanan dan ke kiri, sebagai ekspresi kenikmatan yang mennyusup ke setiap aliran darah dan sumsum sanubarinya.

Punggung yang terlihat mulus dan licin itu mengkilat karena keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit tubuhnya yang bugil. Dia bergoyang makin lincah bertambah erotis, ketika batang rudal yang sedang dikendarainya makin menancap jauh ke dalam tubuhnya yang dihiasi bulu-bulu yang tercukur tipis membentuk segi tiga.

“Sstth ouoow aaaaah, Yeees…!” Suara desahan wanita yang sedang memacu birahi itu terus meluncur menggenapkan suara desahan dan erangan sang lelaki. Suara-suara seksi yang bersumber dari gerakan ritmis sepasang kemaluan mereka yang berlendir karena rangsangan pun kian menambah pekatnya atmosfir mesum di kamar itu.

“Ooooh yeeees oooh sssst… kamu binal sekali, Sayaaang,” lenguh sang lelaki sambil kedua telapak tangannya meremas pinggul wanitanya yang tiada henti menguleg seakan mencoba menghaluskan rudal yang sedang terperangkap dalam kehangatan lembah surgawainya.

Sang lelaki mengusap pinggang ramping itu perlahan ke atas, sampai kedua jempolnya menyentuh dinding payudara berkulit mulus yang sekel di bagian luarnya. Dan seiring remasan itu gadis cantik berkulit eksostik itu pun seketika mencondongkan tubuhnya ke belakang dengan kedua tangan lurus ke belakang bertopang pada lutut lelakinya yang terus menggenjotnya dari bawah.

Gerakan pinggul yang tadinya berupa goyang memutar itu pun berubah maju mundur dengan frekwensi yang cepat. Wajah tirus berhias bibir sensual itu memerah menahan letupan gairahnya menjadi rona yang sangat cantik nan binal menggoda.

“Aaaaah nikmaaat Sayaaang ahh…,” rengek mesum gadis itu sambil memejamkan matanya. Pinggulnya masih terus merajam rudal sang lelaki dengan gerakan konstan cenderung menggencar.

Sementara itu lelaki berwajah tampan pemilik rudal besar dan panjang itu segera menegakkan tubuhnya, lalu memburu buah dada wanitanya yang terlonjak-lonjak erotis di depan wajahnya. Sepasang payudara ranum yang berhiaskan puting cokelat terang itu pun tampak sudah mengacung keras, menandakan gairah yang dialami sang pemiliknya sudah berada dalam tatanan yang paling tinggi.

Tak berapa lama, puting susu itu pun sudah terperangkap dalam kuluman nikmat sang lelaki, terbelit lembut lidah yang menjilati dan menyentilnya dengan penuh gairah.

“Ooooh sssst….” Gadis itu melenguh sambil melingkarkan kedua tangannya pada leher belakang sang lelaki. Lalu menekan kepala belakangnya itu agar terbenam diantara kedua payudaranya yang berbalutkan keringat.

“Gi.. gigiiiit aaaah putingnya, gigiiiit, Sayaaang. Aaaah iya gituu.. uughhh, Sayaang, nikmaaaat,” lenguh gadis binal itu memberikan instruksi.

Sejurus kemudian gerakan pinggulnya yang tadinya maju mundur, berubah menjadi gerakan spiral naik turun mengurut rudal hitam kecoklatan itu tampak makin gagah perkasa.

“Ummpph aaaaah.. sssst!” desah lirih nan manja wanita itu terus meluncur ketika payudaranya diservice secara simultan sang lelakinya.

“Shitt!! oouugh Sayaaang, aaah kamu seksi dan makin binal, Sayaaang,” desah lelaki muda perkasa itu setelah merasakan gerakan memutar badan yang tiba-tiba dari gadis yang sedang terbakar gairahnya itu, hingga dia merasakan batangnya seakan dipelintir kuat-kuat.

Sekarang, gadis berwajah cantik dengan rambut ikal yang indah terawat itu sudah memunggungi lelaki berotak brilian, dengan masih tak henti-hentinya menggoyang, memaju-mundurkan dan menaik-turunkan pinggulnya untuk menciptakan dan memberikan rasa nikmat yang terus-terusan tanpa henti.

Lelaki berbadan atletis itu mulai memposisikan tubuh gadisnya sedikit merunduk dan merangkak untuk dia berikan service doggy style. Suara hantaman batang rudalnya yang merajam celah vagina sang gadis yang masih sangat sempit dan tampak memerah itu kian keras, hingga gesekannya kian membuat keduanya gelonjotannya didera nikmat yang tiada tara.

“Aaaah mmpphhh!” lenguh nikmat mereka berdua bersahut-sahutan bagai orkestra riang, mana kala gerakan mengocok sang pejantan makin cepat

Wajah gadis itu semakin memerah, kobaran gairahnya terus melanda saat merasakan vaginanya mulai berkedut-kedut, meremas, dan menyedot rudal yang masih terus menghunjam dan menjajah vaginanya, mengail segala kenikmatan yang ada hingga sepuas-puasnya.

Sang gadis menegakkan tubuh telanjangnya ke atas dan menolehkan kepalanya ke belakang untuk melakukan hot deep kiss, 99 style berlangsung. Kedua tangannya pun melingkar di leher lelakinya. Kedua tangan lelaki itu serta merta langsung memeras, meremas bongkahan buah payudara wanitanya yang terpental-pental. Putingnya pun dipilinan dengan lembut.

Suara benturan pangkal rudal yang menghantam pantat bulat sang wanita, terdengar begitu jelas. Urat syaraf mereka sudah terpenuhi oleh pancaran gelombang penuh nikmat.

Tak lama kemudian, “Akuuuu mau sampaaai aaarh… aakh, aku gak kuu.. aaaat….” teriak sang wanita menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam tubuhnya.

“Keluarin, tuntasin ssemuaaaa aaaah… rasakan nik….niikmatnyaa, Sayaaaang…” jawab lelakinya seraya tetap menghunjam-hujamkan rudalnya semakin cepat dan sedalam-dalamnya membelah vagina yang terlihat mencengkeram rudalnya dengan sangat kuat.

“I’m cumming uugh yees aaaaah ssst mmph!” teriak gadis hypersex itu melepaskan gairah binal yang bersemayam dalam jiwanya.

Gadis itu menggigit bibirnya sendiri, ketika tubuhnya menggelinjang tergodam badai orgasmenya. Kedua tangannya menancapkan kuku-kuku di paha belakang sang lelaki yang tetep tak berhenti menusuk-nusukan batang rudalnya ketika puncak klimaks sedang melanda sang wanita.

“Aku mau sampaaaaai Helenaaaa… aaaah…” lenguh lelaki itu tiba-tiba.

“Oh, jangan dikeluarkan di dalam, Farel!” teriak Helena sambil menarik tubuhnya ke depan, hingga rudal Farel terlepas dari tubuhnya. Kemudian Helena telentang menghadap Farel yang berdiri di atas kasur dengan kedua lututnya.

“Oh ya?” Farel mendesis geram penuh ancaman. “Terus aku keluarkan di mana?” desaknya sambil dengan kasar menjambak rambut Helena, dan meanriknya hingga Helena tersentak kesakitan saat Farel menarik kepalanya mendekat selangkangannya.

“Gimana kalau di wajahmu aja?” geram Farel sembari mengarahkan ujung rudalnya yang besar dan panjang itu ke wajah cantik Helena. Tangganya pun dengan sagat kencang mengocok batang rudalnya yang sudah sangat licin dengan cairan vagina Helena itu.

“Jangan, jangan, Fareeeel, aku….” tolak Helena namun semua terlambat.

“Oooooh yeeeees!” Diiringi dengan suara geraman kuat, Farel menyemproti wajah Helena dengan cairan kenikmatan yang menyembur dari lobang kencingnya.

“Shiiiit!” Helena memaki namun tak bisa menolaknya.

Tak lama kemudian keduanya ambruk di atas ranjang, terekapar dalam kelelahan dan nikmat yang tak terperi. Nyaris tak ada gerakan selain naik turun dada keduanya yang mengatur degup jantung dan napasnya masing-masing.

“Thank you, Helena,” bisik Farel, dengan mata yang tetap terpejam.

Tak ada jawaban dari Helena. Suasana kamar itu terasa hening dan sunyi untuk beberapa saat.

Lanjutkan Membaca

Buku serupa

Buku lain oleh Fajar Merona

Selebihnya
Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku