/0/23058/coverorgin.jpg?v=4c0ec1f46fbfddc72bcf6894813f78e9&imageMogr2/format/webp)
"Assalamu'alaikum, Julia, Ibu datang Nak," ucap ibu mertua, setelah sampai di depan pintu, dengan sedikit berteriak.
"Waalaikumsalam Bu, mari masuk. Apa Mbak Neti gak ikut?" tanya Julia istriku, sedikit ketus. Sambil membuka pintu rumah.
"Gak Julia, Mbakmu hanya ngantar aja tadi di depan. Ada kerjaan katanya," jawab ibu mertuaku, seraya duduk di sofa depan televisi.
"Oh gitu, Ibu lama gak di rumah Julia?" tanyanya lagi, sambil menuju dapur untuk membuatkan teh.
"Gak juga Julia, palingan juga besok udah pulang ke rumah Neti. Ibu mesti jaga anaknya Neti, kasihan kalo Ibu berlama-lama. Neti sibuk," jawab ibu mertuaku, sembari memberi pengertian kepada Julia.
"Ibu ini, pilih kasih. Giliran di rumah Mbak Neti, Ibu bisa betah, tiba di rumah Julia, Ibu seperti injak bara api. Coba nih Bu, seminggu aja di sini. Cucu Ibu juga kangen. Bukan hanya anaknya Mbak Neti aja yang butuh Ibu," cerocos Julia, sambil berdiri dengan tangan berlipat di dada.
"Apaan sih Nak, Ibu bukan gak sayang sama anak kamu. Buktinya Ibu selalu datang ke rumahmu buat liatin Deta. Deta kan udah gede, udah kelas tiga Sekolah Dasar. Sedangkan anak Neti masih Batita. Kan kasihan kalo sampe orang lain yang asuh, pasti kurang diperhatikan," keluh ibu mertua, sambil termangu.
"Ya udah Bu. terserah Ibu maunya gimana, toh, Ibu milih di rumah Mbak Neti karna Ibu tau, Mbak Neti banyak uangnya. Iya kan!" gertak Julia tanpa sopan santun.
"Apa sih Nak, kok ngomongnya gitu sama Ibu. Ibu gak pernah pilih kasih, Ibu menyayangi kalian lebih dari apa pun," ucap ibu mertua, sembari menitikkan air mata.
Kemudian Julia beranjak ke dapur, sepertinya dia malas meladeni ibunya yang sudah tua. Karena menurutnya ibu mertuaku pilih kasih. Padahal, bukan begitu sebenarnya. Ibu mertuaku adalah sosok ibu yang baik, polos, tulus dan penyayang.
Berbeda jauh dengan anaknya Julia, istriku. Julia memiliki sifat yang egois, suka cemburu dengan saudara sendiri. Dan satu lagi, kurang penyayang.
Deta, anakku masih berusia delapan tahun. Kini duduk di bangku kelas tiga Sekolah Dasar Negeri di kotaku. Deta adalah anakku satu-satunya. Kata istriku, dia sengaja menunda punya anak lagi. Karena katanya hamil itu capek dan merusak gaya.
Aku tak mempermasalahkan. karena kalau ditanya masalah tambah anak, yang ada dia akan marah sejadi-jadinya.
Aku bukan tipe tempramen. Tapi jika sudah kelewat batas, aku mungkin akan pergi meninggalkannya. Tapi, sejauh ini tidak ada kejanggalan dari Julia, semua masih seperti biasanya.
Aku Riyadi, seorang suami yang bekerja di sebuah perusahaan pembuatan triplek. Aku karyawan kontrak, dengan gaji UMR. Plus gaji lembur, dan THR kalau hari raya.
Julia selalu protes saat aku gajian. Yang katanya gajiku sedikitlah, yang kurang banyak lemburlah dan lain sebagainya.
"Mas, kayaknya gajinya Mas masih kurang deh. Buat kebutuhan sebulan," sungutnya. Ketika aku berikan gajiku sebulan, kala itu.
"Kurang gimana sih Dek? kalo kamu hemat, gajinya Mas pasti cukup sama keperluan pribadi kamu. Anak kita cuma satu, Mas gak ngerokok, paling kalo pengen cari hiburan, Mas cuma nangkring di warung depan. Minum kopi atau teh. Kan Mas gak pernah macam-macam, Dek," ungkapku, sambil sesekali menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar.
"Tapi Mas, gimana pun itu masih belum cukup untuk biaya sebulan. Kayaknya Mas harus nambahin lembur deh, kan Deta perlu jajan tiap hari," desaknya, sambil memalingkan wajahnya dariku.
/0/17237/coverorgin.jpg?v=912f23b23462fbafe0c02c62baed6894&imageMogr2/format/webp)
/0/10344/coverorgin.jpg?v=826acfb2dcf815c4d1b29170dd0a1274&imageMogr2/format/webp)
/0/13070/coverorgin.jpg?v=956c28f2db34b6587c27c621746bec69&imageMogr2/format/webp)
/0/5278/coverorgin.jpg?v=8c99a0d62ab00316f0e8158283e52f2f&imageMogr2/format/webp)
/0/21861/coverorgin.jpg?v=0f4e65363e281e89be22227c20075f20&imageMogr2/format/webp)
/0/2398/coverorgin.jpg?v=0b2b1c54e4252520e4b43f1d7776df14&imageMogr2/format/webp)
/0/3456/coverorgin.jpg?v=de716839bd98a0fdefee9093bf308d00&imageMogr2/format/webp)
/0/2314/coverorgin.jpg?v=83d6a252aa475c96b561cd00597ad4c5&imageMogr2/format/webp)
/0/27133/coverorgin.jpg?v=a234caac6ad81c4ec9981831ae69d9b6&imageMogr2/format/webp)
/0/13940/coverorgin.jpg?v=2462ec44eb93b90203506e20b87dd19a&imageMogr2/format/webp)
/0/4027/coverorgin.jpg?v=54ca138eca4dd4c2dd32806ddd744bd8&imageMogr2/format/webp)
/0/16587/coverorgin.jpg?v=d6a1eb443b28ce89fe6806ee21a3d75a&imageMogr2/format/webp)
/0/27977/coverorgin.jpg?v=0968e8b5527c6f6ef206c7938937141a&imageMogr2/format/webp)
/0/25077/coverorgin.jpg?v=dc071e5af099969a92897653b5c920ef&imageMogr2/format/webp)
/0/8125/coverorgin.jpg?v=5ad6f5ddf27985fb57a4bf580902103a&imageMogr2/format/webp)
/0/5359/coverorgin.jpg?v=31dc0782c37317ab6efea0d844053c45&imageMogr2/format/webp)
/0/15445/coverorgin.jpg?v=9237c6edf1bfb2243d6db3d85f70d75f&imageMogr2/format/webp)
/0/22567/coverorgin.jpg?v=7c92bcb6385ea72a8db1d758256db4ae&imageMogr2/format/webp)