/0/29596/coverorgin.jpg?v=9bec6c62baa21cbaf0bd7b6852e019ba&imageMogr2/format/webp)
“Apa maksudnya, Mas?” tanya Atira saat mendengar ikrar talak dari suaminya melalui sambungan telepon. Ia berharap jika dirinya sedang mendapatkan prank saja tepat di hari ini, hari ulang tahunnya.
“Kurang jelas? Selama hidup bersamamu Aku tak pernah bahagia. Oleh sebab itu aku memutuskan untuk mentalak kau detik ini juga,” jawab Bayu, lelaki yang telah membersamainya selama delapan tahun dan memberi Atira dua orang anak lelaki.
“Mas, ikrar talak itu enggak bisa dipermainkan. Walaupun bercanda, tapi jika kata talak sudah diucapkan maka jatuhlah talak untuk istri. Apa kau sadar dengan ucapanmu, Mas?” cicit Atira dengan air mata yang telah menganak sungai. Ia pun menerima telepon dari suaminya dengan terduduk lemas di lantai rumah.
“Saya enggak main-main, Tira. Saya tegaskan sekali lagi bahwa saya mentalakmu, bahkan... sekalian saja saya talak kau dengan talak tiga. Mulai detik ini kau bukan lagi istriku dan tak akan pernah lagi jadi istriku” jawab Bayu dengan suara yang lebih kencang.
Bagai disambar petir di siang bolong, Atira luruh di lantai.
“Mas! Huhuhuhuhu!” Atira meraung meratapi nasibnya yang seperti terjatuh ke dasar lautan. Akhirnya Ia terkulai lemas dan berada diantara sadar tak sadar. Ponsel yang sedari tadi ia pegang pun terjatuh dari genggamannya.
“Tira... Tira, ada apa, Nak?” bu Asih segera datang menghampiri Atira. Wanita paruh baya yang baru datang dari warung itu shock saat mendapati Atira terkulai lemas di lantai kamarnya.
“Tira, kenapa?” tanya bu Asih panik. Ia pun bergegas membantu Atira agar terduduk atau sekedar bangun dari lantai, tapi ia tak cukup kuat. Atira menangis lemah dalam keadaan setengah pingsan.
“Tolong!” bu Asih berteriak berharap tetangganya ada yang akan mendengar meskipun kemungkinannya kecil. Sedangkan Dafa yang sedari tadi mengekorinya ke warung masih sangat kecil dan tak akan mengerti. Hanya Davin, cucu pertamanya yang sudah cukup besar dan bisa dimintai pertolongan, namun bocah lelaki itu sedang berada di sekolah.
“Mamah!” cicit Daffa seraya mendekati Atira dan berusaha memeluknya.
"Bu!" sahut Atira lemah, sedangkan tangannya kanannya memegangi tangan Daffa dengan lembut.
"Kenapa, Nak?" tanya bu Asih sambil mengelus pucuk kepala Atira. "Sebentar, ibu ambilkan minum ya!" ucap bu Asih seraya hendak berdiri.
"Bu!" panggil Atira yang kini memegang pergelangan tangan bu Asih. Ia menolak mertuanya untuk beranjak.
"Ada apa Nak? bicara sama ibu!" pinta bu Asih dengan air mata yang mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia pun mengurungkan niatnya untuk pergi mengambilkan minum.
Atira sangat menyayangi bu Asih layaknya ibu kandung sendiri. Ia yang memang sudah tak memiliki orang tua, hanya memiliki bu Asih sebagai sosok ibu baginya.
"Mas Bayu. huhuhuhuhu... " ucap Atira sambil menggeleng-gelengkan kepala. Hatinya sangat sesak mengingat kata-kata talak barusan.
"Bayu kenapa Atira? Bayu kenapa?" tanya bu Asih yang mulai khawatir dengan keadaan Bayu.
"Mas Bayu, Bu!" tangis Atira semakin kencang. Dadanya kembang kempis menahan luka sayatan yang baru saja ia terima.
"Tira, bicara sama ibu! Ada apa sama Bayu?" bentak bu Asih. Ia tak sabar ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Bayu.
/0/16652/coverorgin.jpg?v=fa7359d26ad1f2c42f55484ddbac1ffa&imageMogr2/format/webp)
/0/2895/coverorgin.jpg?v=cafedad332189ab41b083664223cdc61&imageMogr2/format/webp)
/0/20114/coverorgin.jpg?v=63cd1706f81dd1e9ac5b50bc2918f172&imageMogr2/format/webp)
/0/30075/coverorgin.jpg?v=d0a53a059b7ab79f9f9d8962fc9bcb6c&imageMogr2/format/webp)
/0/15060/coverorgin.jpg?v=186205408f203f5ce4501784bff6c570&imageMogr2/format/webp)
/0/28637/coverorgin.jpg?v=647fa4ce2f23aef12fdc815d2640a6a4&imageMogr2/format/webp)
/0/13591/coverorgin.jpg?v=8d7f9aeb3cd07e0a70b1765b17b4350d&imageMogr2/format/webp)
/0/29106/coverorgin.jpg?v=e0b80bb6923c5a6af0f776154d92beb8&imageMogr2/format/webp)
/0/5776/coverorgin.jpg?v=7a87332aa9c79e7f9495659cb23ed8bd&imageMogr2/format/webp)
/0/13762/coverorgin.jpg?v=b46bf14ef55a319bf7fb9753cc07c04c&imageMogr2/format/webp)
/0/16808/coverorgin.jpg?v=d808fef2be80a9093ba500a367db1a44&imageMogr2/format/webp)
/0/2581/coverorgin.jpg?v=bf135e0dac2a4579df7bca333fac9bb5&imageMogr2/format/webp)
/0/12879/coverorgin.jpg?v=a7e5b07c2e0025e14d7b0a9ed67e0380&imageMogr2/format/webp)
/0/13405/coverorgin.jpg?v=733bc80769bf1e415112cb3cb0a230ef&imageMogr2/format/webp)
/0/29094/coverorgin.jpg?v=523c58e9677bcd0a22be8018ef97c1e9&imageMogr2/format/webp)
/0/3262/coverorgin.jpg?v=ba0d530e17081e7c2a621caef06923d2&imageMogr2/format/webp)
/0/2382/coverorgin.jpg?v=2f9a7be516cc5df3fabcdc4e5d695133&imageMogr2/format/webp)
/0/13161/coverorgin.jpg?v=cd6c441315a724c93ece6438634299d4&imageMogr2/format/webp)
/0/29188/coverorgin.jpg?v=c99ab58bd6d32ddc5d2974872602c154&imageMogr2/format/webp)