/0/20742/coverorgin.jpg?v=42b8e5c123d24a569124d1d64b20c386&imageMogr2/format/webp)
"Kamu kapan nikahi aku, Mas?"
Amer menatap ragu ke arah Kemuning.
"Aku diomongin terus sama anak-anak di sini loh, katanya kamu gak bakal nikahi aku."
Menarik napas panjang Amer tidak tahu harus menjawab apa.
"Itu semua gak bener kan?!"
Kemuning namanya, seorang gadis berparas ayu dan menawan dengan kedua bola mata sayunya setiap kali menatap, ia hanya gadis Pesisir Pantai yang ditemui oleh Amer dua tahun lalu saat Kapal bersandar.
Bukanlah waktu yang sebentar Kemuning menunggu kedatangan Amer lagi, mengharapkan pertemuan mereka yang tidak pasti, hingga pada akhirnya hari ini pun tiba membawa harapan itu kembali hadir.
"Gak bener dong, aku udah janji bakal nikahi kamu." Pria dewasa itu mengusap lembut kepala Kemuning, lalu mengecup keningnya dengan penuh perasaan.
"Tapi kapan, Mas?" Kemuning mendesak.
"Kalau udah waktunya," jawab Amer tidak pasti.
Wajah Kemuning yang awalnya bersemangat seketika meredup, gadis cantik itu pun menarik diri dari pelukan Amer, kali ini ia benar-benar sangat kecewa. Dua tahun Kemuning menunggu Amer, tetapi sakitnya harapan itu tidak kunjung menjadi kenyataan.
Entah kenapa Amer lagi-lagi mengulur waktu, padahal sejak pertemuan pertama mereka ia sudah berjanji akan menikahi Kemuning, lalu membawanya ke Kota.
"Kamu udah punya pacar ya?" Gadis itu merajuk.
"Punya, pacar aku kan kamu," balas Amer.
Ketika Amer berusaha meraih tangannya Kemuning, dengan cepat gadis itu menghindar, hatinya telanjur sakit dan kecewa, bahkan ia pikir hubungan ini tidak akan berlangsung lama.
"Kalau kamu begini terus, mending kita putus aja," tukas Kemuning sambil memunggungi Amer, ia tahu janji yang diberikan padanya hanyalah omong kosong. "Aku juga pengen nikah, Mas, kalau kamu gak ada kepastian lebih baik aku nikah sama orang sini aja."
Amer sontak menggeleng, ia jelas panik saat melihat Kemuning tegas begini. "Jadi, kamu gak percaya?"
"Aku butuh kepastian juga, Mas, kita udah empat kali ketemu, bahkan janji itu udah kamu berikan dua tahun yang lalu. Tapi apa, sampai sekarang kamu masih gak ngasi kepastian apa-apa kan?!"
"Tapi aku selalu datang untuk kamu," katanya.
Kemuning mendengus dan melipat kedua tangannya di dada, hampir dua tahun ia mengalah, membiarkan semua orang menghinanya dengan berbagai kalimat menyakitkan, bahkan sampai disangka tidak waras karena memilih tinggal di dekat Pantai.
Angin badai, hujan petir, panas kerontang, semuanya Kemuning hadapi selama menunggu kedatangan Amer dengan Kapal Pesiar kebanggaan, dan semua itu ia lakukan demi cinta.
"Aku gak mau berhubungan sama kamu lagi!"
"Kemuning ... Tapi aku cinta kamu," lirih Amer.
"Yang bilang cinta sama aku tuh banyak, Mas, jadi bukan cuma kamu aja!"
"Tapi cintaku beneran tulus, Kemuning, kalau aku gak cinta aku gak bakalan balik ke sini cuma buat nemuin kamu lagi!" Amer masih berusaha meyakinkan gadis cantik di depannya, meskipun Kemuning sudah malas.
Kalau bicara soal kecantikan dan daya tarik Kemuning memang juaranya, tidak ada seorang pria pun yang tidak jatuh hati kepadanya, bahkan Amer sendiri bisa jatuh hati berulang kali di setiap kali mereka bertemu.
"Kemuning ..." Amer maju beberapa langkah ke depan, sehingga berhadapan langsung dengan Kemuning yang masih merajuk. "Aku janji akan nikahi kamu secepatnya, kita akan segera menikah!"
"Kapan kamu datengin orangtuaku?" tanya Kemuning.
"Ya, aku akan menemui mereka sekarang juga!"
Kedua bola mata Kemuning yang sayu seketika berseri-seri, ia menatap wajah tampan Amer yang saat ini menatap ke arahnya juga, lalu gadis itu pun tersenyum lebar.
"Beneran?"
Amer menganggukkan kepalanya, lalu menarik tubuh ramping Kemuning ke dalam pelukannya yang hangat.
***
Kemuning terbangun dari tidurnya yang tidak nyaman, menyibakkan selimut, dengan perasaan hampa gadis malang itu pun bangkit, bahkan masih mendambakan seseorang yang telah berjanji akan datang.
Tetapi hingga detik ini Amer tak kunjung balik.
/0/21879/coverorgin.jpg?v=75689e1bdad7e08cc59e4ac4ee31b608&imageMogr2/format/webp)
/0/10342/coverorgin.jpg?v=b83176629109b0570095bbceb59e18ae&imageMogr2/format/webp)
/0/19393/coverorgin.jpg?v=2c2b1a74c0c4231e40d07a9eaa68d303&imageMogr2/format/webp)
/0/19051/coverorgin.jpg?v=e67300697797524500dadbc4d1e1b62a&imageMogr2/format/webp)
/0/10617/coverorgin.jpg?v=57f0081a469f492b1446a4f98d1ba2f4&imageMogr2/format/webp)
/0/17655/coverorgin.jpg?v=fd7c088aedcee4c6f93d3a95354c4ad2&imageMogr2/format/webp)
/0/8955/coverorgin.jpg?v=61037f03d31679b008f290fcfa2ba8c3&imageMogr2/format/webp)
/0/22122/coverorgin.jpg?v=80ae678eabcbaa6a5b88295ff4cf033d&imageMogr2/format/webp)
/0/3010/coverorgin.jpg?v=f564c8f71c289888789401bb3dc6ef74&imageMogr2/format/webp)
/0/2270/coverorgin.jpg?v=4cf9bbb0b464844e876cc18a65758ef0&imageMogr2/format/webp)
/0/14628/coverorgin.jpg?v=a099a2c30c9d03a2cd4790cbaf5f9d95&imageMogr2/format/webp)
/0/7196/coverorgin.jpg?v=7592a2eb81064573854cf2324235abe9&imageMogr2/format/webp)
/0/6031/coverorgin.jpg?v=aae5f0898ccd7fcf0639082b17e0d0df&imageMogr2/format/webp)
/0/14152/coverorgin.jpg?v=efdc21e45b5252f06d5cabf6bc2cffcf&imageMogr2/format/webp)
/0/2655/coverorgin.jpg?v=f41c6b802ee18a718228e0b4961c7d35&imageMogr2/format/webp)
/0/21834/coverorgin.jpg?v=73f4c4041152a5c211a3f6f52811f89c&imageMogr2/format/webp)