Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Aku Jauh di Luar Jangkauanmu
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Disebuah tempat yang menjadi jantung kota kecil disebelah timur laut dari perbatasan antara wilayah Hamoursh dengan bangsa Elfair, suara bising orang-orang yang beraktivitas disana terus saja terdengar saling bersahutan. Kepadatan ditempat tersebut terus meningkat seiring berjalannya waktu. Itulah pasar. Dimana banyak pedagang yang menawarkan barang dagangannya, untuk ditukar dengan beberapa keping Ruby yang memang menjadi sebuah mata uang dibenua Magire Kivanal ini.
Matahari semakin meninggi sejak tadi, namun hal itu sama sekali tak menghalangi mereka untuk terus mencari sekantung uang. Dibalik semua itu, tak pernah luput juga dari yang namanya 'Tikus Jalanan' atau bisa dikatakan sebagai berandal jalanan yang setiap harinya mencuri apa saja yang memuaskan kedua mata kotor orang-orang seperti itu. Melakukan keahlian mereka, bermain dengan kedua tangan hina itu untuk mengelabuhi dan memanfaatkan keramaian dari setiap situasi yang ada.
Tempat itu memang tak akan pernah lepas dari orang-orang seperti itu. Dan yang lebih dikenalnya lagi adalah para bedebah yang hidup didalam sebuah Guild perampok yang jaraknya sekitar kurang dari dua kilometer dari pasar itu.
Siang hari ini, seorang pria berambut cokelat gelap tengah mengibaskan pandangannya ke segala arah, memperhatikan kerumunan yang terjadi disekitarnya, sembari mencari sebuah celah yang tepat untuk beraksi. Ini memang bukan pertama kalinya mereka melakukan hal seperti itu. Mencuri memang sudah menjadi sebuah pekerjaan bagi orang-orang seperti dirinya.
Siang hari yang cerah diantara kerumunan yang tengah tenggelam dalam kesibukan masing-masing, pria itu tak sendirian. Ia bersama para komplotan tengah menjalankan sebuah rencana yang sebelumnya telah mereka susun ketika pertemuannya disebuah ruang makan yang kecil dan hangat di Guild mereka itu. Hari ini adalah hari dirinya bertugas bersama ketiga rekannya yang lainnya.
Dia bersama seorang anak berusia sekitar sebelas tahun tengah menyusuri jalan umum. "Kau siap, Fyerith?" Tanyanya pada bocah berambut pirang disampingnya tersebut. Bocah itu spontan mengangguk, diwajahnya tak terlukis sedikitpun tentang keraguan yang menghiasi wajah kalem itu.
Fyerith memang adalah seorang anak yang lebih tenang, berkat sebuah didikan yang dilakukan oleh Horald, sukses membuat sosok Fyerith tumbuh menjadi seorang bocah berkepala dingin. Berpikir sebelum bertindak adalah salah satu nasehat yang selalu diucapkan Horald padanya.
"Apa yang lain akan mengetahui keberadaan kita, Edgar?" Kini balik Fyerith yang bertanya pada dirinya. Edgar kembali mengibaskan pandangannya mencari kedua sosok temannya tersebut, meskipun tak ada satupun orang yang dicarinya itu ada dalam pandangannya, namun setelah beberapa detik kemudian, ia melihat sosok Liza bersama Fyon yang tengah berada didekat sebuah pertunjukan atraksi kecil diujung jalan yang mereka lalui saat ini.
Intinya hari ini, apapun caranya mereka harus berhasil mendapatkan rampasan sebelum kembali ke Guild mereka. Red Raven adalah sebuah nama Guild yang sudah didirikan sejak lama sekali. Edgar sama sekali tak tahu dimana nama itu dibuat. Tapi, semalam Liza membuat sebuah nama untuk kelompok mereka. Karena dua hari yang lalu Dryzell telah memberikan sebuah perintah kepada seluruh anggota Guild untuk membuat regu beranggotakan minimal empat orang, demi mempermudah pekerjaan.
Kemudian Liza memilih lalu mengusulkan sebuah nama untuk keempat anggota yang berisikan Edgar, gadis berambut kuncir kuda itu, Fyerith si bocah pirang, dan juga Fyon. Liza menyebut kelompok itu dengan sebutan 'Aegis of the Sun'. Awalnya Fyon sangat terbahak setelah mendengar nama itu yang baginya terdengar aneh, namun setelah lama kelamaan pria berbadan tegap tersebut menjadi semakin akrab dengan sebutan itu. Bukan karena terpaksa ia harus menyetujuinya, tapi karena juga Liza telah mengancamnya jika menolak dan mencoba memberi nama baru.
Sedangkan Edgar ataupun Fyerith sama sekali tak pernah mempermasalahkan hal tersebut, karena bagi Edgar secara pribadi, ia memang sangat menyukai kata itu. Seperti sebuah makna yang lebih besar dari sekadar beberapa kata yang terucap.