Cinta yang Tersulut Kembali
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Mantanku yang Berhati Dingin Menuntut Pernikahan
Balas Dendam Manis Sang Ratu Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta di Jalur Cepat
Gairah Liar Pembantu Lugu
Jangan Main-Main Dengan Dia
Mantan Istri Genius yang Diidamkan Dunia
Tawaran Gila Suamiku
Di Istana Putri di Ibu Kota Kekaisaran Ning, seorang wanita berlutut di tanah di hadapan menara paling tinggi yang ada di tempat itu. Dia tidak merasakan dinginnya udara malam atau gerimis deras yang turun dengan tanpa ampun.
Wanita itu tampak cantik, dengan kulit putih dan rambut hitam sehalus sutra, tetapi matanya tampak hampa. Dia sedang menggendong seorang bayi dalam pelukannya. Dia tampak khawatir ketika melihat wajah bayi itu membiru karena sulit bernapas. Setiap napas yang dia ambil tampak seolah-olah akan menjadi napas terakhir baginya.
"Tolong kembalilah, Putri Yun Shang. Menantu Kaisar tidak akan bertemu denganmu." Lian Xin sedang menjaga pintu masuk menara. Dia telah menjadi pelayan istana Putri Yun Shang yang paling terpercaya sejak sang putri masih kecil.
Langit malam itu terbelah ketika hati Yun Shang hancur, membasahi dirinya dan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Sambil menggertakkan giginya, dia menarik jubahnya. Dia ingin melindungi bayinya agar tidak basah terkena air hujan. Kapan itu dimulai? Yun Shang berpikir dalam lamunannya. Kapan semua orang yang dia percaya mulai mengkhianatinya satu demi satu?
Wajahnya masih bersih dari air mata. Mungkin semua air matanya sudah mengering? Dia telah menangis dengan begitu sedih di masa lalu sehingga sekarang, bahkan ketika dia merasakan rasa sakit paling parah yang bisa dia rasakan di hatinya, dia tidak bisa meneteskan air mata lagi.
Yun Shang bersujud di hadapan Lian Xin sebanyak tiga kali dan berkata, "Kamu telah menjadi pelayanku selama lebih dari sepuluh tahun, Lian Xin. Aku selalu memperlakukanmu dengan baik selama ini. Sekarang, kumohon. Aku hanya ingin bertemu dengan Menantu Kaisar dan memintanya untuk mengirim seorang tabib untuk menyembuhkan bayiku. Ini adalah bayiku dan juga bayinya .…" Suara Yun Shang terdengar serak.
"Putri Yun Shang, tidak ada gunanya memohon padaku. Menantu Kaisar telah memerintahkan agar tidak ada siapa pun yang mengganggunya." Lian Xin berdiri di bawah atap dan menatap wanita yang sedang berlutut itu. Seringai jijik muncul di sudut bibirnya. 'Hanya itu yang pantas kamu dapatkan, Yun Shang.' ucap Lian Xin dalam hati.
Yun Shang menggenggam tangan kecil bayi yang dingin di pelukannya itu sambil berpikir. Semua rasa pahit dan amarahnya memuncak menjadi tak tertahankan. Dia bangkit dan berlari ke arah Lian Xin. Sang pelayan sama sekali tidak menduga tindakannya itu. Dia mempersiapkan tubuh untuk menghadangnya, tetapi sang putri adalah wanita yang kuat. Dia jatuh dan berteriak, "Ah!" Yun Shang mengambil kesempatan itu untuk membuka pintu menara dan berlari ke atas.
"Oh, tidak, tidak, tidak. Kamu tidak diizinkan untuk naik .…" Lian Xin mengerutkan kening dan menyentuh bagian tubuhnya yang sakit. "Huh! Menurutmu, apa yang akan kamu capai dengan naik ke atas seperti itu?" teriak Lian Xin ke arah sosok sang putri yang semakin menjauh. "Apakah kamu benar-benar berpikir bahwa Menantu Kaisar dan Putri Hua Jing akan mengirimkan tabib untuk anakmu?"
Yun Shang berlari menaiki tangga. Begitu dia menginjakkan kakinya di anak tangga terakhir, dia mendengar suara Hua Jing," Emm …" "Ah …" "Jangan sentuh itu. Ah …" "Jingran …"
Yun Shang merasa pusing. Tangannya terasa sangat lemah sehingga dia merasa hampir tidak bisa menggendong bayinya. Dia harus bersandar pada pegangan tangga kayu untuk menopang dirinya sendiri.
Akhirnya, dia menemukan kekuatan untuk menaiki anak tangga terakhir. Dia membuka pintu dengan sikunya dan mengatupkan rahangnya untuk menahan rasa sakit yang dia rasakan saat itu.
"Siapa yang berani masuk …" Suara seorang pria yang terengah-engah menggema melalui dinding batu ruangan itu. Yun Shang secara refleks melangkah mundur ketika dia melihat dua sosok telanjang yang ada di tempat tidur.
"Keluar!" Mo Jingran meraung dengan marah begitu dia melihat Yun Shang berdiri di ambang pintu.
Yun Shang membuka mulutnya, tetapi mendapati dirinya tidak bisa mengatakan apa-apa. Setelah menarik napas beberapa kali dengan susah payah, dia berhasil berbisik, "Huan'er sakit. Tolong carikan tabib untuknya, Tuanku."
"Hm." Mo Jingran mempertimbangkan permintaannya itu sejenak. Sebelum Mo Jingran bisa memarahinya lagi, wanita yang berbaring di bawah tubuhnya mengusap dadanya dengan nakal. Dia melihat senyumnya yang tampak agak liar dan membalas senyuman itu. Wanita itu berkata, "Jingran, jika adikku ingin melihat kita, biarkan saja. Mengapa kita tidak mengikatnya ke kursi saja agar dia bisa menyaksikan kita bermesraan?"
Mulut Mo Jingran melengkung membentuk seringai dingin. Dia meninggalkan tempat tidur untuk mencari sebuah tali. "Letakkan Huan'er di atas meja. Setelah kamu menonton, aku akan mengirim tabib untuk mengobati penyakit Huan'er."
Yun Shang terdiam sejenak, merasa ragu-ragu. Mengetahui bahwa dia tidak memiliki jalan keluar lain, dia akhirnya mengangguk dengan hampa. Tidak ada seorang pun di Istana Putri yang akan mendukungnya sekarang. Yun Shang meletakkan bayinya di atas meja dan duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur. Mo Jingran menghampirinya dan mengikat kedua tangannya dengan tali.
Ketika Mo Jingran kembali ke tempat tidur, wanita telanjang itu mengulurkan kakinya dan melingkarkannya di pinggangnya. Jemari kakinya membelai punggungnya dengan lembut. Api gairah seketika menyala di mata Mo Jingran. Dia bergerak dengan kuat dan wanita di bawahnya mengerang ketika dia memasukinya.
Wanita itu menatap Yun Shang. Dia memperlihatkan senyumnya yang paling menawan dan berkata, "Lihatlah, adikku. Biarkan kakakmu ini mengajarimu cara memuaskan seorang pria."
Mo Jingran tertawa terbahak-bahak, sebelum kembali menggerakkan pinggulnya dengan irama yang cepat.
Dalam sekejap, desahan dan erangan penuh gairah memenuhi seluruh ruangan itu.
Yun Shang merasa seolah-olah hatinya sedang diiris berkali-kali. Dalam lamunannya, dia bahkan bisa mendengar suara luka yang sedang dicambukkan pada hatinya itu.
'Jadi, ini adalah Menantu Kaisar yang aku pilih untuk diriku sendiri dan wanita yang bersamanya adalah kakak perempuanku yang selalu aku sembah dan hormati.'
Beberapa waktu berlalu, cukup lama untuk membakar habis dua batang dupa menjadi abu. Yun Shang memandangi bayinya yang masih terbaring di atas meja. Wajahnya kini tampak lebih pucat dan matanya tidak berbinar lagi. Dia mulai khawatir. Air mata akhirnya jatuh ke pipinya, "Tolong, Menantu Kaisar dan Kakak. Tolong selamatkan bayiku. Dia sekarat, kumohon …"
"Kamu sangat menyebalkan. Mengapa kamu berisik sekali?" Mo Jingran tiba-tiba menoleh dan berteriak kepada Yun Shang. Setelah turun dari tempat tidur untuk kedua kalinya, dia berjalan menghampiri Yun Shang, tetapi kemudian berhenti untuk melihat bayi yang terletak di atas meja, "Sekarat, 'kan? Jika dia sekarat lalu mengapa kamu membawanya ke sini?"
Setelah mengatakan itu, Mo Jingran menggendong bayi itu, membuka jendela, dan melemparnya keluar.
"Tidak … !" Yun Shang sangat terkejut sehingga dia berdiri dari kursinya secara refleks. Dia lupa bahwa dirinya telah diikat. Tali yang mengikatnya menarik tubuhnya dengan kencang dan dia jatuh ke tanah.
"Bayi … bayiku … bayiku!" Terlepas dari rasa sakit yang dia rasakan, Yun Shang berteriak. Jeritannya terdengar begitu memilukan sehingga siapa pun yang mendengarnya bisa merasakan kesedihannya.