Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Aku baru saja selesai menuntaskan tugas untuk memuaskan hasrat tante Lola, seorang janda kaya yang ditinggal mati suaminya karena penyakit jantung.
"Ikut tante ke Paris yuk sayang " pintanya saat aku mengenakan kembali kemeja menghadap kaca. Kali ini tante memintaku datang langsung keapartemennya padahal biasanya dia akan memesan kamar vip disebuah hotel bintang lima.
Kalau bukan karena uang pasti sudah kubuang jauh wanita ini. Gayanya yang seperti abegeh padahal umurnya sudah lebih dari setengah abad tersebut sangatlah tidak sesuai.
"Jadwalku sangat padat sekali akhir-akhir ini tan." Jawabku malas tapi tetap kupaksakan tersenyum menggoda kearahnya. Tante genit itu kini menghampiriku. Padahal ingin sekali aku segera pergi dari sini. "Aku harus kerja setoran untuk membayar cicilan rumahku " kilahku.
"Padahal sudah sering tante bilang kepadamu untuk tidak melanjutkan pekerjaan ini. Tante akan siap memberikan dan mencukupi semua kebutuhan kamu asalkan mau menuruti semua permintaan tante,cukup mudah bukan?" memang benar tante Lola sering berkata seperti itu. Sebenarnya aku sudah sangat muak melayani tante genit ini. Lihatlah saja sekarang dia sedang berlekuk-lekuk memamerkan tubuhnya dihadapanku mungkin dia pikir aku akan tergoda padahal aku sudah sangat muak sekali.
Tante Lola berjalan menghampiriku dengan hanya mengenakan lingeri, aku berfikir keras merangkai alasan untuk mengakhiri pertemuan kami malam ini hingga tiba-tiba ponselku berbunyi. Sungguh sangat sebuah keberuntungan ku kali ini.
Aku bergerak menuju ponsel dan membukanya. Sebuah pesan yang biasa terkirim kepadaku. sempat kulihat ekspresi tante Lola yang kecewa tapi aku tak peduli.
"Tanteku sayang maafkan aku kali ini Ya. sepertinya aku harus segera pergi. Mungkin sepulangnya dari Paris Tante bisa menghubungiku lagi." aku mengecup kedua pipinya yang sudah sedikit nampak keriputnya. "Jangan cemberut seperti itu, nanti wajahmu yang cantik ini terlihat keriput." Aku menggodanya, dia tersenyum malu-malu. Ya apa boleh buat karena Tugasku memanglah menyenangkan hatinya.
Akhirnya aku bisa terbebas dari Tante Lola. Ketika sampai di mobil mewah hasil jerih payahku mengumpulkan keringat para wanita kaya yang kesepian tersebut. Kadang aku merasa jenuh dengan pekerjaan sampingan ini, ya aku mengatakannya sebuah pekerjaan sampingan karena pekerjaan utamaku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan redaksi terkenal dinegara ini. Tapi siapa yang tau bahwa manajer pemasaran ini adalah seorang lelaki bayaran yang melayani pelanggan vip yang tak bisa sembarang dipesan.
Sebuah pesan dari calon pelanggan yang belum pernah kutemui sebelumnya. Fotonya Hanya berupa Ava kosong yang tidak nampak gambar aslinya aku semakin penasaran Siapa orang dibalik akun ini.
Terlebih dahulu aku menghubungi Robby, mucikari yang biasa menghubungkan ku dengan para pelanggan ku aku bertanya siapakah tamu ku selanjutnya ini namun dia hanya menjawab bahwa ini adalah pelanggan baru yang harus diberi servis terbaik.
Pikiran buruk ku berkelana, siapa lagi kalau bukan sosok jelek bertubuh tambun seperti tante Lola. Sebenarnya aku sudah sangat malas tapi apa boleh buat karena sudah terlanjut menyetujui janji temu ini.
Robi mengirimkan alamat hotel yang akan digunakan sebagai tempat eksekusi ku malam ini. Sebuah hotel bintang lima yang biasa dipesan oleh tante Lola. Tempatnya tidak terlalu jauh mungkin 15 menit dari sini.
Ku lajukan mobilku dengan cepat menuju alamat hotel yang sudah dikirimkan Robby, Segera menuju resepsionis untuk sekedar basa-basi padahal dia juga sudah paham maksud kedatanganku karena terlalu seringnya aku datang kemari.
"Sudah menunggu didalam" Ucap gadis yang kutau bernama Lisa. Dia biasa menggodaku namun selalu ku abaikan.
Ku buka kamar mewah itu dengan perasaan malas, tak kulihat siapa-siapa. Kembali keluar melihat nomor yang sudah sesuai lalu kembali lagi masuk kedalam untuk mengecek pelanggan baru tersebut.
"Hallo, permisi." Suara gemericih air dari shower kamar mandi membuatku bernafas lega. Setidaknya aku bisa memastikan bahwa ini bukanlah pesanan fiktif.
Aku menunggu sosok itu dengan duduk disofa yang tak jauh dari kamar mandi. Tak mau membayangkan bagaimana bentuk pelanggan ku malam ini karena takut akan membuat moodku hancur.
Robbi bilang pelanggan ini sungguh spesial, dia memberi bayaran penuh diawal tanpa banyak kemauan kecuali merahasiakan pertemuan kami setelah ini.
Cukup lama hingga sosok wanita keluar dari kamar mandi. Hanya mengenakan handuk yang melilit tubuhnya. Aku memandangnya takjub, wanita berbadan putih bersih dengan tubuh ramping dan saat aku melihat wajahnya semakin membuatku terpana. Cantik, hanya satu kata yang bisa terucap menggambarkan sosoknya.
Dia berjalan mendekat, kemudian duduk diranjang yang ada dihadapanku, kami sekarang memang duduk berseberangan. Dia menggerakkan kedua tangannya untuk mengikat rambut yang setengah basah tersebut. Aku menelan saliva melihat pemandangan didepanku ini. Sungguh, tanpa dia membayar pun aku sudah siap melayaninya secara sukarela.
"Ini kali pertamanya aku sekamar bersama pria lain." Ucapnya lalu menghela nafas kasar. "Kamu pasti sudah sangat ahli memuaskan banyak wanita."
Aku mendekat kearahnya lalu duduk disebelahnya. Dia sedikit beringsut dengan menggeser posisi duduknya.
"Kamu ingin memulainya sekarang?" Aku bertanya dengan ikut menggeser posisi dudukku agar lebih dekat dengannya. Mulai membuka kancing dari atas namun tiba-tiba tangannya menarik tanganku memberi isyarat untuk menghentikan gerakan ku. Aku menatapnya dengan tanya yang tak ku sampaikan.
"Aku membayar mu semalaman, Itu artinya masih ada banyak waktu sampai besok pagi."