Cinta yang Tersulut Kembali
Mantan Istriku yang Penurut Adalah Seorang Bos Rahasia?!
Permainan Cinta: Topeng-Topeng Kekasih
Gairah Membara: Cinta Tak Pernah Mati
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Cinta Setelah Perceraian: Mantan Suami Ingin Aku Kembali
Cinta, Pengkhianatan dan Dendam: Godaan Mantan Istri yang Tak Tertahankan
Kecemerlangan Tak Terbelenggu: Menangkap Mata Sang CEO
Sang Pemuas
Kembalilah, Cintaku: Merayu Mantan Istriku yang Terabaikan
Terdengar riuh suara benda-benda yang pecah juga diselingi teriakan seorang wanita bersama seorang balita. Tetangga mereka hanya bisa mendengarkan dan memantau dari luar rumah yang bergaya minimalis itu. Mereka semua menunggu kedatangan polisi dan juga aparatur Desa.
"Mama!" teriak balita yang sudah bisa memanggil ibunya itu.
Ia menangis dan hanya bisa meratapi bagaimana keadaan sang Mama yang berusaha melindunginya dari amukan sang Ayah tiri. Mia, seorang ibu muda yang akan mempunyai dua anak itu hanya bisa meringkuk melindungi putra sulungnya dan juga janin yang ada dalam rahimnya. Suaminya tengah menggila karena baru saja di PHK.
"Argh!" Mia berteriak saat tubuhnya terus saja mendapatkan bogem mentah dari Edo lelaki yang menikah dengannya 6 bulan lalu.
Belum lama memang Mia dan Edo menikah, keduanya menikah setelah Mia menjanda selama 3 tahun setelah kematian suami pertamanya. Edo, merupakan salah satu pria pilihan Tantenya. Awalnya semuanya baik-baik saja dan Edo pun tidak menunjukkan perangai mengerikan seperti ini.
Namun, karena Pemutusan Hubungan Kerja, ia menjadi menggila. Pasalnya, Edo mendapatkan tindakan tegas dari kantornya karena menjalin hubungan dengan sekertaris atasannya. Hal itu yang menjadi asal mula kesalahpahaman diantara Edo dan Mia.
Edo menuduh Mia lah yang mengadukan hal tersebut ke kantornya. Padahal tidak sama sekali, memang pagi harinya sebelum Edi berangkat, mereka sempat cekcok. Namun, Mia tidak sebodoh itu dalam bertindak. Ia bahkan samasekali tidak tahu menahu perihal kasus tersebut.
"Kurang ajar! Semua gara-gara kamu!" amuk Edo sambil menendang pinggang Mia.
"Ampun Mas, aku sama sekali tidak mengadukannya!" ucap Mia sambil merintih memohon ampun memeluk kaki Edo.
"Ah bohong! Kamu pasti yang melakukan ini, Kamu senang melihat aku di pecat? Mau makan apa kamu!" seru Edo yang lagi-lagi menghujani tubuh ringkih Mia dengan tinju dan tendang.
"Ampun Mas," Mia berucap dengan sisa tenaganya, ia menangis dan terkulai lemas memeluk tubuh putranya-Gio.
"Tangkap dia Pak! Dia sudah kelewatan terhadap keponakanku!" seru seorang wanita yang baru saja datang sambil membawa rombongan polisi dan juga aparat desa.
Bersimbah darah yang mengalir merambat di paha kanan Mia. Wanita itu telah berjuang sekuat tenaga. Isakan sang putra juga tangisan sang Tante menghantarkan dirinya menuju ke rumah sakit.
Edo dinyatakan bersalah dan mendapatkan hukuman atas kejahatannya. Juga Tante Laras yang kemudian meminta pengacara untuk mengurus perceraian antara Mia dan Edo. Sementara itu, Mia masih tak sadarkan diri.
"Mama mana Nek?" tanya bocah kecil bermata coklat yang memiliki pipi tembem itu.
"Mama lagi bobok sayang, kepalanya pusing," jawab Laras sambil menangis saat mengatakan kebohongan pada cucu keponakannya itu.
"Lagi bobok?" ulang Gio yang belum sepenuhnya percaya.
"Iya, nanti kita lihat Mama ya, kalau Pak Dokter sudah keluar. Gio kangen Mama?"
Gio mengangguk dengan lugu. Ia kemudian memeluk leher Laras lalu memejamkan matanya. Rupanya, bocah kecil itu banyak bertanya karena lelah dan mengantuk setelah banyak menguras air matanya.
'Kasihan sekali kamu sayang, maafkan Nenek yang salah memilihkan Ayah untukmu. Aku pikir dia yang agamanya baik tidak akan berbuat jahat seperti ini. Ternyata dia hanya jelmaan iblis berbaju sopan,' batin Laras sambil mengusap punggung cucunya.
Dokter keluar dari UGD dan menghela napasnya sebelum melangkah. Ia terlihat lega meskipun lelah. Laras segera mendekat dan menanyakan banyak hal mengenai Mia.
"Dok, bagaimana keadaan keponakan saya?"
"Dia mengalami keguguran, kami tidak bisa menyelamatkan janinnya. Dan untuk kondisinya, dia belum sadarkan diri jadi kami belum bisa memeriksa keadaan mentalnya. Bersabar saja dan tunggu dia bangun," kata Dokter yang memberikan senyuman piasnya.
"Lalu, Dok apakah ada cidera parah lainnya."
"Tidak ada, hanya saja ia mengalami lebam di sekujur tubuhnya. Tampaknya pelaku menyerangnya secara brutal," ucap sang Dokter.