Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Sang Pemuas
Cinta yang Tak Bisa Dipatahkan
Ratih, wanita berusia dua puluh empat tahun. Menikahi senior selama kuliah, Prima yang berbeda tiga tahun dengannya. Mereka sudah menikah hampir setahun, tidak membutuhkan waktu lama bagi Ratih hamil buah cinta mereka. Semua terasa berat saat Prima mendapatkan pekerjaan yang menempatkannya di Kalimantan, Chika masih bayi dan Ratih sendiri semester akhir jadi tidak bisa ikut Prima. Keputusan berat yang mereka ambil adalah menjalani hubungan jarak jauh, Ratih tidak mungkin pulang ke rumah orang tua mereka yang jauh dari tempat kuliah Ratih.
“Kamu yakin bisa berdua aja sama Chika?” tanya Prima memastikan kembali.
“Yakin, lagipula ada Mbak Ayu sama Mega. Aku bisa nitip Chika ke mereka, apalagi Pak Wira pasti senang sama Chika biar Mega ada temannya juga, belum lagi Mbak Ayu yang masih nunggu hamil sama Mas Heru.”
“Baiklah,” ucap Prima pasrah. “Penting kamu bisa jaga diri, kuliah yang benar biar cepat lulus dan nyusul aku disana.”
Ratih menyiapkan pakaian dan obat-obatan yang akan dibawa Prima, sedangkan pria itu sendiri melakukan hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan. Chika sudah tidur dari beberapa menit yang lalu, membuat mereka memiliki waktu untuk berkemas.
“Kamu akan lama disana, Mas?” Ratih membuka suara membuat Prima mengalihkan pandangan kearahnya dan mengangkat bahunya “Kamu akan pulang berapa minggu sekali?”
“Kalau memang waktunya memungkinkan setiap dua minggu sekali pulang, tapi tiket pesawat mahal pastinya.” Prima menjawab tanpa menatap Ratih.
Hembusan nafas dikeluarkan pelan, Ratih mulai membayangkan kehidupannya setiap hari tanpa Prima. Usia mereka masih muda pastinya memiliki hasrat yang tinggi, mereka saja melakukan seminggu empat kali untuk menuntaskan hasrat. Sekarang Ratih harus bisa menahan diri atas hasrat dan nafsunya, memiliki hasrat tinggi membuat Ratih tidak yakin bisa menahan dirinya.
“Tih, sebelum berangkat kita main gimana?” suara Prima membuyarkan lamunan Ratih.
“Sebentar, aku benarkan ini dulu. Memang mas sudah selesai?” Ratih menatap Prima yang hanya mengangguk.
Memilih fokus pada pekerjaannya, Prima membantu Ratih membuat semua selesai dengan cepat. Membawa keluar koper dan semua yang dibawanya ke Kalimantan, Ratih sendiri memilih masuk kedalam kamar mandi menyiapkan sebagai perpisahan pada Prima sebelum berangkat ke Kalimantan. Ratih ingin Prima mengingat semua tentang dirinya, terutama saat berada diatas ranjang.
Menatap penampilannya depan cermin, menggunakan pakaian mini yang memperlihatkan lekuk tubuhnya. Ratih tahu jika bentuk badannya membuat para pria menatap kearahnya, sejauh ini tidak pernah peduli tapi setelah ini akan melakukan hal gila. Tersenyum kecil membayangkan apa yang akan dilakukannya nanti, memberikan parfum pada tubuhnya yang akan membuat Prima senang pastinya. Keluar dari kamar mendapati pemandangan Prima sedang menatap Chika dengan tatapan sedih, melangkah kearahnya dengan melingkarkan tangannya di pinggang Prima.
“Aku bakal kangen sama kalian berdua.” Prima memutar tubuhnya membuat mata mereka saling menatap, “Kamu wanita luar biasa yang membuatku jatuh cinta.”