SHEILA, GAIRAH LIAR BERSELIMUT DENDAM

SHEILA, GAIRAH LIAR BERSELIMUT DENDAM

Cathalea

4.9
Komentar
155.5K
Penayangan
182
Bab

"Penjara ... atau habiskan satu malam denganku." "Maaf, keperawanan saya tidak bisa Anda dapatkan begitu saja, Pak!" "Kalau begitu bersiaplah berhadapan dengan proses hukum. Asal kamu tahu, aku tidak akan segan menuntutmu dengan hukuman berat." "Keperawanan saya sangat berharga. Saya tidak ada niat melakukan hubungan itu sebelum menikah. Kalau Anda menginginkan keperawanan saya ... nikahi saya terlebih dahulu!" "Aku tidak perlu menikah jika hanya untuk meniduri perempuan. Apa istimewanya milikmu itu sampai aku harus menikahimu?" Di depan lelaki itu, ia membuka pakaian dalamnya lalu memperlihatkan miliknya yang istimewa. Lelaki itu terpana, dengan gugup bertanya, "Apakah kau yakin sudah berusia dua puluh lima tahun? Mengapa milikmu bisa mulus seperti bayi begini?" *** Sheila Damaris tidak menyangka keputusannya untuk membiayai pengobatan sang ibu akan mengubah jalan hidupnya sedemikian drastis. Dari wanita elegan yang terkenal di kalangan pria, ia harus hidup sebagai istri kontrak sang direktur yang angkuh dan kejam. Awalnya ia menikmati peran baru sebagai istri Revian-sang direktur di tempatnya berkerja-, tetapi begitu lelaki itu tahu identitas kekasih Sheila sebelum menikahinya, sikapnya langsung berubah total. Hari demi hari Sheila lalui dalam penderitaan karena Revian hanya menjadikannya sebagai budak pemuas nafsu semata. Siapakah identitas kekasih Sheila sebelumnya? Apa yang akan Sheila lakukan untuk membalas semua kekejaman Revian?

Bab 1 Pilihan Pelik

Sheila berjalan dengan langkah tergesa menuju halte, meninggalkan gedung PT. EP yang menjulang megah tempatnya mencari nafkah selama ini. Dengan tak sabar ia menyetop taksi, lalu meminta sopir taksi itu untuk bergegas.

"Ke rumah sakit Haluan, Pak. Kalau bisa ngebut saja ya," pinta Sheila dengan wajah cemas.

Wanita cantik dengan bola mata biru gelap itu terus melirik arloji di pergelangan tangannya. Telepon dari orang yang ia tugaskan untuk menemani ibunya adalah alasan dia cemas sekali siang itu.

"Mbak Sheila, ibu pingsan di kamar mandi, dari hidungnya keluar darah!"

Itulah kata-kata yang ia dengar beberapa saat lalu, yang dalam sekejap mata membuat Sheila langsung berlari meninggalkan meja kerjanya.

Sheila tidak akan sepanik itu jika saja keluarganya masih utuh. Sayangnya, sang ayah meninggal tidak lama setelah perusahaannya dinyatakan bangkrut. Selepas kepergian ayahnya itu, hidup Sheila semakin kacau. Jangankan mendapat warisan yang berlimpah, semua aset keluarganya justru disita untuk membayar hutang. Itu sebabnya, Sheila harus berkerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan membiayai pengobatan sang ibu yang sakit-sakitan.

"Tolong lebih cepat lagi, Pak," pinta Sheila sambil menepuk-nepuk sandaran jok sopir itu dari belakang. Ia benar-benar tak sabar untuk segera melihat kondisi ibunya.

"Ini sudah sangat cepat, Mbak. Kalau lebih cepat lagi kita bisa celaka," jawab sopir taksi bertubuh besar itu.

"Oh, maaf. Saya sedang sangat buru-buru soalnya, ibu saya baru saja dibawa ke IGD rumah sakit itu," ujar Sheila dengan wajah yang hampir menangis.

Namun, ia tidak mau air mata itu jatuh dengan mudah. Sheila mengangkat kepalanya, mencegah air mata itu meluncur ke pipinya. Akan tetapi, tentu saja cara itu tidak akan membantu sama sekali. Air mata itu tetap meleleh di pipinya yang mulus.

Akhirnya, taksi itu sampai dengan selamat di rumah sakit yang ia tuju. Setelah membayar ongkos, Sheila berlari secepat mungkin menuju IGD, tempat sang bunda tercinta berada saat ini. Kaki Sheila lemas seolah tak bertulang saat mendapati ibunya terbaring tak berdaya dengan berbagai macam alat menempel di tubuhnya.

"Ibu Anda harus segera dioperasi, dia kritis."

Kata-kata dokter itu bagaikan palu besar menghantam dada Sheila. Sangat sakit dan menyesakkan dadanya. Tubuh Sheila bergetar hebat, ia bingung dan juga takut dalam satu waktu. Ia takut kehilangan ibunya, tetapi ia bingung dengan biaya pengobatan yang pastinya tidak sedikit itu.

'Operasi? Biayanya pasti besar sekali. Apa yang harus aku lakukan? Dari mana aku bisa mendapatkan uang untuk membayarnya?'

Sheila berdiri resah di hadapan dokter itu. Tanpa sadar ia menggigiti kukunya sendiri sambil menatap pilu pada ibunya yang tak sadarkan diri.

'Tabunganku hanya cukup untuk biaya hidup hingga gajian bulan depan. Ke mana aku harus mencari uang dalam waktu singkat ini? Haruskah aku ...? Ah, tidak-tidak. Tidak boleh, itu melanggar hukum, Sheila!'

Sheila terus bergelut dengan pikirannya sendiri.

"Tolong cepat, Mbak. Ini dokumennya, tolong ditandatangani. Lalu selesaikan administrasinya di kasir, ya."

Beberapa lembar kertas berpindah ke tangan Sheila. Ia benar-benar harus berpikir cepat kali ini karena satu detik saja terbuang bisa berakibat fatal pada ibunya. Tanpa berpikir panjang lagi Sheila menandatangani semua berkas itu lalu menyerahkannya pada petugas yang itu kembali.

"Biaya operasinya empat puluh delapan juta. Sesuai dengan peraturan rumah sakit ini, Anda harus membayar minimal setengah dari biaya tersebut agar pasien bisa di operasi secepatnya. Sisanya bisa Anda lunasi maksimal satu minggu setelah operasi selesai," kata kasir itu.

Sheila mengangguk dengan pikiran bercabang. Akal sehatnya benar-benar sudah hilang. Meski dengan tangan yang masih bergetar hebat, ia membuka dompet lalu mengeluarkan selembar cek yang baru saja ia terima tadi pagi.

'Ya, Tuhan. Tolong ampuni aku kali ini saja,' desis Sheila dengan suara yang sangat lirih.

Wanita berparas cantik itu memejamkan mata dengan perasaan bersalah. Namun, terbayang wajah ibunya yang sekarat, semua perasaan bersalah itu langsung raib tak bersisa. Bagi Sheila, nyawa ibunya lebih berharga. Ia tidak peduli lagi dengan risiko yang akan ia hadapi karena menggunakan cek itu tanpa izin pemiliknya.

"I-ini, Mbak. Sa-saya bisa bayar dengan cek, 'kan?" tanya Sheila gugup.

Kasir itu mengangguk, ia menerima lembaran cek yang Sheila sodorkan. Dalam hitungan detik, Sheila sudah menerima bukti pembayaran lunas, beserta uang kembalian senilai dua juta rupiah. Yah, cek senilai lima puluh juta yang seharusnya ia setorkan ke rekening perusahaan itu telah berpindah tangan sekarang.

Ia tidak tahu apakah rasa syukurnya hadir untuk alasan yang tepat, tetapi tidak bisa dipungkiri hal ini bisa ia lakukan karena kolom penerima pada cek tersebut tidak diisi oleh rekan bisnis yang mengeluarkan cek itu. Bagi mereka tanda terima pembayaran yang Sheila berikan sudah cukup sebagai bukti bahwa cek itu sudah sah sebagai alat pembayaran dari mereka.

Sheila melangkah meninggalkan meja kasir menuju ruang operasi. Ia tahu, saat ini sebelah kakinya sudah berada di penjara, tetapi ia tidak peduli karena saat ini yang terpenting adalah bisa menyelamatkan ibunya, satu-satunya keluarga yang masih ia miliki.

Beberapa jam sudah berlalu, Sheila masih duduk menunggu di depan kamar operasi yang lampunya masih menyala. Jantungnya berdetak beberapa kali lipat saat melihat jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul lima belas lewat lima menit. Ia tahu arti angka di penunjuk waktu itu, karena di jam segitu biasanya ia sudah membuat laporan penerimaan pembayaran harian.

Tugas itu tentu saja sudah ia limpahkan pada rekan kerjanya sebelum pergi tadi, tetapi yang membuat jantungnya berdebar lebih cepat adalah fakta bahwa dirinya telah menggelapkan satu lembar cek yang seharusnya masuk dalam rekapitulasi penerimaan pembayaran hari ini.

Pukul lima sore lewat lima belas menit, enam jam sudah operasi itu berlangsung. Sheila mulai berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Meski waktu operasi yang disebutkan dokter masih empat jam lagi, tetapi Sheila tetap tidak bisa tenang sebelum mendapat kabar bahwa operasi itu berhasil dilakukan.

Ia terus menatap ke pintu ruang operasi itu berharap dokter yang membedah tubuh ibunya keluar dari sana dengan wajah lega. Namun, lain yang ditunggunya lain pula yang ia dapatkan.

Dering ponsel yang memperlihatkan panggilan masuk dari ruang direktur membuat jantung Sheila terasa akan melompat ke luar.

["Selamat sore, Bu Sheila. Saya Chiara, sekretaris direktur. Pak Revian meminta Anda menghadapnya sekarang juga."]

"I-iya, Bu Chiara. Tetapi ... saya sedang di rumah sakit sekarang. Bisakah saya menemui beliau besok pagi?" pinta Sheila dengan suara terbata.

["Maaf, Bu Sheila. Pak Revian bilang harus sekarang, dia tidak akan menerima kedatangan Ibu besok pagi.]

Keringat dingin terasa mengalir deras di tubuhnya. Sheila tahu apa yang akan ia hadapi di ruangan direktur itu nanti. Tidak ada cara lain, ia harus menghadapi orang nomor satu di perusahaan itu jika masih ingin hidup dengan sedikit kewarasan yang tersisa.

Tiga puluh menit kemudian Sheila sudah berada di ruangan direktur berparas tampan itu. Muda, tubuh proporsional, cerdas, dan mapan. Tidak ada wanita yang menolak pesona eksekutif muda seperti Revian Adolf, sang konglomerat muda yang terkenal itu.

Jika saja hatinya tidak terikat pada seorang pria yang berada di masa lalu, mungkin dirinya sudah jatuh cinta pada ketampanan sosok di depannya saat ini. Sayangnya, sampai detik ini di hatinya masih bertahta nama pria itu. Pria yang ia sayangi sekaligus harus ia lupakan karena kemelut di kehidupan pribadinya.

"Sheila ... sudah berapa lama kamu berkerja di perusahaan ini?" tanya Revian dengan tatapan tajam, membuat lamunan panjang Sheila buyar seketika.

Kedua sikunya bertumpu di atas meja, sementara jari-jarinya yang panjang sibuk memainkan pena yang bagian atasnya bertuliskan namanya dengan tinta emas.

"Sudah dua tahun, Pak," jawab Sheila dengan suara yang dibuat setenang mungkin.

Pada hal aslinya ia sangat gugup sekali, tetapi Sheila berusaha untuk tetap terkendali di hadapan pemilik perusahaan itu.

"Apa posisimu di perusahaan ini?" tanya Revian lagi.

"Kasir utama, Pak."

"Dua tahun menduduki jabatan kasir utama PT. Eksim Perkasa. Wow ... cukup hebat," puji Revian dengan sebelah sudut bibir terangkat.

Lelaki itu tersenyum sambil memujinya, tetapi, di telinga Sheila pujian itu terdengar seperti seringai serigala yang sedang berhadapan dengan mangsanya. Ia benar-benar terpojok dan tidak berkutik, tubuhnya mendadak terasa kerdil di hadapan Revian yang berkuasa.

"Semua ... karena support dari Anda ..., Pak Revian," jawab Sheila yang semakin gugup.

Deru napasnya tak lagi teratur. Ia bisa merasakan sekujur tubuhnya basah oleh keringat.

"Selama kurun waktu tersebut ... berapa banyak uang perusahaan yang sudah kamu gelapkan?" tuding Revian tajam.

Sheila tersentak. Harga dirinya terluka mendengar pertanyaan yang mengarah pada tuduhan itu. Ia tidak bisa menerima perlakuan tidak adil itu begitu saja, karena selama ini ia mendedikasikan dirinya sepenuh hati pada perusahaan itu.

"Maaf, Pak. Saya keberatan dengan pertanyaan Anda yang jelas-jelas disertai tuduhan itu. Selama berkerja di sini saya tidak melakukan hal serendah itu, Pak. Saya adalah karyawan yang jujur dan penuh tanggung jawab," jawab Sheila dengan intonasi sedikit meninggi.

"Good! Memang itu yang saya butuhkan dari para karyawan yang berkerja di perusahaan ini," sahut Revian cepat.

"Lalu ... apa yang baru saja kamu lakukan dengan cek ini?" lanjut Revian seraya melemparkan fotocopy lembaran cek, di mana yang aslinya beberapa saat lalu sudah Sheila gunakan untuk membayar pengobatan ibunya.

Tubuh Sheila membeku. Kakinya bagai terpatri ke lantai, membuatnya tak lagi mampu bergerak meski hanya untuk sekedar menggelengkan kepala.

"Sa-saya terpaksa ... menggunakan cek itu ... untuk membiayai operasi ibu saya," jawab Sheila dengan kalimat yang terputus-putus.

"Kamu tahu, 'kan? Perusahaan ini bukan yayasan amal, Sheila. Apa pun alasannya, kamu telah menggunakan uang perusahaan untuk kepentingan pribadi, dan itu jelas-jelas melanggar hukum!" kecam Revian.

Kepala Sheila tertunduk, ia mengaku salah kali ini. Setelah dua tahun berkerja, inilah pertama kalinya ia melakukan hal tercela begitu.

"To-tolong beri saya kesempatan untuk membayarnya, Pak," pinta Sheila dengan suara yang lemah.

"Satu hari, paling lambat besok sore kamu harus membawakan uang senilai cek ini ke hadapan saya," tegas Revian.

Sheila semakin tidak berdaya karena ia tahu itu adalah hal yang sangat mustahil untuk ia penuhi.

"Saya mohon, Pak. Izinkan saya mencicilnya dari gaji," pinta Sheila lagi, masih tidak menyerah untuk mendapatkan solusi terbaik untuk kesalahannya.

"Nope! Kamu telah menggelapkan uang perusahaan, berarti kamu mengkhianati kepercayaanku. Tidak ada tempat bagi pengkhianat di perusahaan ini," tolak Revian tegas.

Sheila tidak tahu lagi harus berkata apa untuk melunakkan hati Revian. Ia benar-benar tidak memiliki jalan keluar dari masalah itu.

"Sekarang begini saja," cetus Revian setelah beberapa saat terdiam, membiarkan Sheila larut dengan pikirannya sendiri.

"Aku ajukan dua opsi untukmu," ujar Revian dengan tatapan licik.

Kepala Sheila langsung terangkat demi mendengar solusi yang Revian tawarkan. Ia menatap penuh harap kepada lelaki yang kini mengumbar senyum kemenangan di hadapannya.

"Kamu boleh memilih salah satu. Penjara ... atau ... habiskan satu malam denganku."

Sheila tersentak, ia sampai mundur satu langkah saking kagetnya mendengar pilihan yang diberikan Revian.

"Maaf, Pak Revian. Tetapi keperawanan saya tidak akan pernah saya serahkan begitu saja tanpa ada ikatan pernikahan!" tolak Sheila dengan suara bergetar.

"Kalau begitu bersiaplah berhadapan dengan proses hukum. Asal kamu tahu, aku tidak akan segan menuntutmu dengan hukuman berat," jawab Revian dengan nada mengancam.

Namun, Sheila juga tidak mau menyerah begitu mudah. Jika memang harus mengorbankan hal paling berharga di dalam hidupnya itu, ia tidak mau berkorban tanpa mendapatkan apa pun selain bebas dari tuntutan hukum.

"Keperawanan saya sangat berharga, Pak. Inilah satu-satunya yang membuat diri saya merasa bernilai saat ini, yang membuktikan bahwa saya bukan wanita murahan. Bahkan dengan kekasih sekalipun, saya tidak pernah memiliki niat untuk melakukan hubungan itu sebelum menikah. Jadi ... kalau Anda menginginkan keperawanan saya ini ... nikahi saya terlebih dahulu!" ucap Sheila dengan tegas.

Revian berdecak dengan nada mencemooh.

"Aku tidak perlu menikah jika hanya untuk meniduri perempuan. Banyak perempuan di luar sana yang rela aku tiduri dengan cuma-cuma, mengapa harus repot? Lagi pula apa istimewanya milikmu itu sampai aku harus menikahimu?"

Di depan lelaki itu, ia membuka pakaian dalamnya lalu memperlihatkan miliknya yang memang istimewa.

Lelaki itu terpana, lalu dengan gugup bertanya, "Apakah kau yakin sudah berusia dua puluh lima tahun? Mengapa milikmu bisa mulus seperti bayi begini?"

Lanjutkan Membaca

Buku lain oleh Cathalea

Selebihnya

Buku serupa

Bosku Kenikmatanku

Bosku Kenikmatanku

Juliana
5.0

Aku semakin semangat untuk membuat dia bertekuk lutut, sengaja aku tidak meminta nya untuk membuka pakaian, tanganku masuk kedalam kaosnya dan mencari buah dada yang sering aku curi pandang tetapi aku melepaskan terlebih dulu pengait bh nya Aku elus pelan dari pangkal sampai ujung, aku putar dan sedikit remasan nampak ci jeny mulai menggigit bibir bawahnya.. Terus aku berikan rangsang an dan ketika jari tanganku memilin dan menekan punting nya pelan "Ohhsss... Hemm.. Din.. Desahannya dan kedua kakinya ditekuk dilipat kan dan kedua tangan nya memeluk ku Sekarang sudah terlihat ci jeny terangsang dan nafsu. Tangan kiri ku turun ke bawah melewati perutnya yang masih datar dan halus sampai menemukan bukit yang spertinya lebat ditumbuhi bulu jembut. Jari jariku masih mengelus dan bermain di bulu jembutnya kadang ku tarik Saat aku teruskan kebawah kedalam celah vaginanya.. Yes sudah basah. Aku segera masukan jariku kedalam nya dan kini bibirku sudah menciumi buah dadanya yang montok putih.. " Dinn... Dino... Hhmmm sssttt.. Ohhsss.... Kamu iniii ah sss... Desahannya panjang " Kenapa Ci.. Ga enak ya.. Kataku menghentikan aktifitas tanganku di lobang vaginanya... " Akhhs jangan berhenti begitu katanya dengan mengangkat pinggul nya... " Mau lebih dari ini ga.. Tanyaku " Hemmm.. Terserah kamu saja katanya sepertinya malu " Buka pakaian enci sekarang.. Dan pakaian yang saya pake juga sambil aku kocokan lebih dalam dan aku sedot punting susu nya " Aoww... Dinnnn kamu bikin aku jadi seperti ini.. Sambil bangun ke tika aku udahin aktifitas ku dan dengan cepat dia melepaskan pakaian nya sampai tersisa celana dalamnya Dan setelah itu ci jeny melepaskan pakaian ku dan menyisakan celana dalamnya Aku diam terpaku melihat tubuh nya cantik pasti,putih dan mulus, body nya yang montok.. Aku ga menyangka bisa menikmati tubuh itu " Hai.. Malah diem saja, apa aku cuma jadi bahan tonton nan saja,bukannya ini jadi hayalanmu selama ini. Katanya membuyarkan lamunanku " Pastinya Ci..kenapa celana dalamnya ga di lepas sekalian.. Tanyaku " Kamu saja yang melepaskannya.. Kata dia sambil duduk di sofa bed. Aku lepaskan celana dalamku dan penislku yang sudah berdiri keras mengangguk angguk di depannya. Aku lihat di sempat kagett melihat punyaku untuk ukuran biasa saja dengan panjang 18cm diameter 4cm, setelah aku dekatkan ke wajahnya. Ada rasa ragu ragu " Memang selama ini belum pernah Ci melakukan oral? Tanyaku dan dia menggelengkan kepala

Mengandung Anak Tuan Serigala

Mengandung Anak Tuan Serigala

Linsing
5.0

Fang Yi Lan adalah seorang mahasiswi jenius dari jurusan kedokteran. Walaupun memiliki otak yang jenius, tetapi Yi Lan benar-benar buruk dalam menilai seorang pria. Di hari ulang tahunnya yang ke-20, Yi Lan tidak sengaja memergoki kekasihnya sedang berselingkuh dengan adik tirinya. Belum cukup sampai disana, Ayahnya malah menyuruhnya untuk merelakan kekasihnya untuk adik tirinya itu. Selain itu, dia malah dipaksa untuk menerima lamaran dari seorang pria hidung belang. . Yi Lan tentu saja tidak bisa menerima keputusan Ayahnya. Dia langsung memberontak sejadi-jadinya. Dia merasa takdirnya benar-benar kejam dan tidak adil. Dengan segala daya upaya, Yi Lan akhirnya berhasil melarikan diri dari rumah Ayahnya. . Di dalam pelariannya, Yi Lan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria yang sedang terluka parah. Pria itu berwajah sangat tampan dan dingin. Tubuhnya juga terlihat sangat kekar dan kuat. Tetapi sayangnya, ketika pria itu pingsan, pria itu tiba-tiba berubah wujud menjadi seekor serigala hitam yang berbulu lebat. . Yi Lan benar-benar terkejut saat melihat perubahan pria itu. Dia refleks langsung berusaha untuk melarikan diri. Tetapi sayangnya, hati nuraninya sebagai seorang dokter melarangnya untuk meninggalkan pria itu. Karena dibebani oleh rasa iba, Yi Lan akhirnya menolong pria itu. . Setelah luka-lukanya diobati, pria itu akhirnya kembali berubah wujud menjadi manuisa. Tetapi sayangnya, bukannya berterima kasih kepada Yi Lan, pria itu malah mengigit leher Yi Lan sampai meninggalkan jejak. Setelah itu, pria itu langsung memperkos4 Yi Lan dengan ganas. . " Wangimu benar-benar enak Nona..., mulai malam ini, kau adalah pasanganku, aku akan membuatmu mengandung anak-anakku... !!" . Yi Lan hanya bisa menangis histeris saat diperkos4 oleh pria itu. Dia merasa nasibnya benar-benar sangat buruk. Kesialan menimpanya tanpa henti. Seandainya memungkinkan, dia ingin mati sekarang juga.

Pemuas Nafsu Keponakan

Pemuas Nafsu Keponakan

kodav
5.0

Warning!!!!! 21++ Dark Adult Novel Aku, Rina, seorang wanita 30 Tahun yang berjuang menghadapi kesepian dalam pernikahan jarak jauh. Suamiku bekerja di kapal pesiar, meninggalkanku untuk sementara tinggal bersama kakakku dan keponakanku, Aldi, yang telah tumbuh menjadi remaja 17 tahun. Kehadiranku di rumah kakakku awalnya membawa harapan untuk menemukan ketenangan, namun perlahan berubah menjadi mimpi buruk yang menghantui setiap langkahku. Aldi, keponakanku yang dulu polos, kini memiliki perasaan yang lebih dari sekadar hubungan keluarga. Perasaan itu berkembang menjadi pelampiasan hasrat yang memaksaku dalam situasi yang tak pernah kubayangkan. Di antara rasa bersalah dan penyesalan, aku terjebak dalam perang batin yang terus mencengkeramku. Bayang-bayang kenikmatan dan dosa menghantui setiap malam, membuatku bertanya-tanya bagaimana aku bisa melanjutkan hidup dengan beban ini. Kakakku, yang tidak menyadari apa yang terjadi di balik pintu tertutup, tetap percaya bahwa segala sesuatu berjalan baik di rumahnya. Kepercayaannya yang besar terhadap Aldi dan cintanya padaku membuatnya buta terhadap konflik dan ketegangan yang sebenarnya terjadi. Setiap kali dia pergi, meninggalkan aku dan Aldi sendirian, ketakutan dan kebingungan semakin menguasai diriku. Di tengah ketegangan ini, aku mencoba berbicara dengan Aldi, berharap bisa menghentikan siklus yang mengerikan ini. Namun, perasaan bingung dan nafsu yang tak terkendali membuat Aldi semakin sulit dikendalikan. Setiap malam adalah perjuangan untuk tetap kuat dan mempertahankan batasan yang semakin tipis. Kisah ini adalah tentang perjuanganku mencari ketenangan di tengah badai emosi dan cinta terlarang. Dalam setiap langkahku, aku berusaha menemukan jalan keluar dari jerat yang mencengkeram hatiku. Akankah aku berhasil menghentikan pelampiasan keponakanku dan kembali menemukan kedamaian dalam hidupku? Atau akankah aku terus terjebak dalam bayang-bayang kesepian dan penyesalan yang tak kunjung usai?

Bab
Baca Sekarang
Unduh Buku
SHEILA, GAIRAH LIAR BERSELIMUT DENDAM
1

Bab 1 Pilihan Pelik

06/07/2022

2

Bab 2 Tawar Menawar Keperawanan

08/07/2022

3

Bab 3 Bawa Dia ke Hotel

13/07/2022

4

Bab 4 Manusia Berhati Batu

31/07/2022

5

Bab 5 Tubuh Kamu adalah Milikku

03/08/2022

6

Bab 6 Memberi Kepuasan

05/08/2022

7

Bab 7 Belum Berpengalaman

06/08/2022

8

Bab 8 Seseorang dari Masa Lalu

07/08/2022

9

Bab 9 Sepenggal Kisah Pilu

09/08/2022

10

Bab 10 Malam Pertama

09/08/2022

11

Bab 11 Benih-benih Cinta yang Mulai Bersemi

11/08/2022

12

Bab 12 Rahasia yang Terungkap

11/08/2022

13

Bab 13 Kemelut di Hati Revian

16/08/2022

14

Bab 14 Cemburu dan Curiga

16/08/2022

15

Bab 15 Sebuah Hukuman

18/08/2022

16

Bab 16 Menara Pengasingan

20/08/2022

17

Bab 17 Jangan Benci Aku

22/08/2022

18

Bab 18 Gairah Berujung Petaka

23/08/2022

19

Bab 19 Menghilang

24/08/2022

20

Bab 20 Berbagai Kemungkinan Terburuk

25/08/2022

21

Bab 21 Titik Balik

01/09/2022

22

Bab 22 Welcome to The XCort

01/09/2022

23

Bab 23 Pelanggan yang Nekad

02/09/2022

24

Bab 24 Merancang Pembalasan

02/09/2022

25

Bab 25 Bertemu Seteru

04/09/2022

26

Bab 26 Pertunjukan Solo

04/09/2022

27

Bab 27 Siksaan Kenikmatan

05/09/2022

28

Bab 28 Terjebak Permainan Erotis

05/09/2022

29

Bab 29 Bertemu Sang Dominan

06/09/2022

30

Bab 30 Somnophilia

07/09/2022

31

Bab 31 Pengkhianatan

08/09/2022

32

Bab 32 Ketakutan Sheila

08/09/2022

33

Bab 33 Dalam Hitungan Kesepuluh

09/09/2022

34

Bab 34 Terlalu Basah

10/09/2022

35

Bab 35 Identitas Sang Lady

10/09/2022

36

Bab 36 Siasat Licik Jessica

11/09/2022

37

Bab 37 Terancam

11/09/2022

38

Bab 38 Bukan Orang yang Sama

12/09/2022

39

Bab 39 Cosplay Pertunjukan

13/09/2022

40

Bab 40 Wanita Pertama

14/09/2022