Cinta di Tepi: Tetaplah Bersamaku
Cinta yang Tersulut Kembali
Rahasia Istri yang Terlantar
Kembalinya Istri yang Tak Diinginkan
Gairah Liar Pembantu Lugu
Pernikahan Tak Disengaja: Suamiku Sangat Kaya
Kesempatan Kedua dengan Sang Miliarder
Istri Sang CEO yang Melarikan Diri
Sang Pemuas
Dimanjakan oleh Taipan yang Menyendiri
Malam semakin larut,
Alam semesta diselubungi kesunyian,
suara hewan malam menjadi hiasannya,
rembulan di cakrawala menggantung pucat,
Sesekali bersembunyi di balik mega,
Angin malam menusuk hingga kedalam ke tulang,
Kehidupan terus berjalan,
Nasib anak manusia telah pun digariskan.
Di siang hari sang mentari begitu angkuh memancarkan sinar,
panas seakan ingin mem bakar.
Seorang gadis manis dengan rambut sebahu, tengah berjalan tergesa - gesa dibawah teriknya matahari. Sesekali di dalam hatinya menggerutu, karena menahan panas yang seakan membakar.
Kota M, siang ini memang cuacanya begitu panas. Mungkin karena musim kemarau telah tiba.
“Maya, tunggu jangan terlalu cepat langkahmu!” teriak gadis itu pada temannya yang terus berjalan tanpa menoleh ke arah suara yang seakan ingin mencegah langkahnya.
“Huft, bukan main panasnya hari ini!” kesahnya gadis itu setelah berada di dekat temannya yang lebih dahulu sampai di halte bis.
“Lambat amat sih jalan kamu Ris, kayak siput tau!” tegur Maya pada Risa yang terus menggerutu.
“ Hei, jangan asal ngomong ya, kamu tuh yang terlalu cepat langkahmu!” ketusnya pada Maya
“Hari ini panas banget, kerongkongan jadi kering nih, mana penjual minuman gak ada lagi nongkrong!”
“Iya, kok tumben nih Pak Wahyu gak ada berjualan!” ucap Risa membenarkan Maya.
“Ris, sore kamu ada gak acara?” tanya Maya
“ Gak ada, emang kenapa May, mau ngajak aku makan ya!” jawab Risa pada Maya yang memperhatikan orang yang berlalu lalang di hadapan mereka.
“ Kamu tuh ya, soal makan saja yang dipikirkan, tapi badan gitu - gitu aja, gak pernah gemuk!”
“ Ini namanya langsing, May!” bela Risa.
“Gak, kebetulan entar sore tante Tati, teman mama, tuh adain acara syukuran kecil, karena anaknya lulus dan diterima di Perguruan Tinggi Negeri!” jelas Maya.
“ Wah, ini namanya makan - makan tau, hehehe!” tawa kecil Risa.
“ Dasar kamu ya, tukang makan tapi tubuh gak pernah gemuk!” tukas Maya
“Mau gak ikutan sebentar sore!” tanya Maya dengan nada agak keras.
“Mau dong, May !’ balas Risa.
Sore hari pun tiba, Risa dan Maya bersama Ibu Maya, Nora menuju ke rumah tante Tati. Tidak terlalu banyak yang datang. Menurut tante Tati dia tidak mengundang hanya memanggil beberapa teman saja.
“Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam!” orang - orang yang ada didalam rumah Tante Tati hampir bersamaan menjawab salam mereka.
“Yuk, masuk sini, !” Tante Tati mempersilahkan tamunya masuk.
“Terima kasih ya, sudah mau datang!” kata tante Tati dengan senyum manis menyambut tamunya itu.
“O iya Tante, ini teman May, yang selalu saya bicarakan itu!” jelas May pada Tante Tati sambil memperkenalkan Risa.
“Hmm, ya ya, gimana kabar kamu Risa, perkenalkan, aku Tati. Panggil aja Tante Tati!” sambil menyodorkan tangan berkenalan dengan Risa.
“Silahkan, langsung saja di cicipi hidangan ala kadarnya, maklum cuma acara kecil - kecil!” lanjut Tante Tati pada tamunya.
“ Anggap seperti di rumah sendiri!” lanjutnya